Ahad, 21 september 2024 salah satu yayasan di Kota langsa yaitu yayasan Al-Marhamah mengadakan seminar yang bertemakan “Seminar Parenting & Temu Ramah Keluarga Besar Al Marhamah : Agar Buah Hati Menjadi Penyejuk Mata”. Seminar tersebut berlokasi di Aula SMK N 3 Langsa yang dihadiri juga oleh wali murid dan pemateri yaitu ustadz Yasir, S.Psi, M.Psi, yang merupakan lulusan dari Universitas Indonesia. Acara ini di pandu oleh umi Farahdiba Thahura,M.Psi yang merupakan Anggota FORSIDA Al-Marhamah. Turut hadir juga pembina yayasan Al Marhamah yaitu Umina Murhamah. S.Ag.
Melirik tema yang sedang marak di masa sekarang, seminar ini menjadi wadah kita untuk berkonsultasi terkait permasalahan yang terus bergejolak dalam kehidupan sehari-hari. Sedikit penjelasan tentang parenting. Parenting adalah pola asuh anak dengan memberikan sepenuhnya peran asuh kepada orang tua yang akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Pola asuh ini memiliki beberapa kategori, meliputi: authoritarian (otoriter), Authoritative (suportif), permisif, dan uninvolved (tidak peduli).
Parenting authoritarian (otoriter) adalah pola asuh yang terbilang keras. Biasanya pada kategori ini, orang tua mempunyai kendali penuh terhadap si anak, parenting ini dapat menyebabkan rasa takut pada anak serta hilangnya rasa percaya diri sehingga mereka tidak leluasa dalam melakukan apapun.Parenting Authoritative (suportif), pola asuh ini tergolong ideal karena orang tua memberikan suport dan respon serta menghargai setiap pendapat anak. Banyak anak yang menginginkan parenting ini, tetapi tidak semua orangtua dapat menerapkannya. Parenting ini sangat bagus diterapkan dengan membangun pendekatan antara anak dan orangtua, sehingga anak lebih terbuka menceritakan segala aktivitasnya.
Selanjutnya parenting permisif adalah pola asuh hangat yang diberikan oleh orangtua tetapi terlihat lemah karena sedikit atau bahkan tidak menerapkan aturan. Pola asuh ini biasanya tergolong memanjakan anak sehingga mereka menganggap orangtua sebagai teman. Dan yang terakhir adalah parenting uninvolved (tidak peduli). Pola asuh ini sangat buruk untuk diterapkan, karena orangtua bersikap dingin dan tidak peduli terhadap aktivitas anak. Hal ini lah yang menyebabkan anak jauh dari orangtua dan mencari kenyamanan di luar.
Terlihat sepele tapi pola asuh ini sebenarnya sangat mempengaruhi anak dalam bersosialisasi. Terkadang orangtua menerapkan pola asuh yang turun temurun. Bagaimana mereka mendapatkan pola asuh, begitu pula yang mereka terapkan kepada anak mereka tanpa melihat dampaknya. Tuntutan dan kontrol orangtua berdampak pada mental anak sehingga berbagai permasalahan yang terjadi hanya mereka pendam dan dilampiaskan ketika mereka menjadi orangtua. Pola asuh itu akan mereka terapkan ke generasi yang akan datang. Pentingnya mengubah pola asuh yang sesuai dengan potensi anak tanpa harus menerapkan pola asuh turun temurun. Jika tidak dihentikan maka pola asuh itu akan terus berada dalam lingkaran setan.
Bagaimana sih memberikan pola asuh agar buah hati menjadi penyejuk mata?
Ustadz Yasir, S.Psi, M.Psi. memberikan tips agar buah hati menjadi penyejuk mata, antara lain :
Pertama, visi keluarga muslim dengan menanamkan kepada anak pola pikir yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Agama. Orangtua memberikan pemahaman kepada anak bahwa tugas manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah dan hamba allah (Q.S az-Zariyat[51]:56 dan Q.S al-Baqarah[2]: 30). Dapat dimulai dari hal-hal kecil yang berkepanjangan seperti berkata jujur. Pemahaman dan praktik jujur harus diterapkan sejak kecil, karena, sekali mereka berbohong pasti akan ada dua kali bahkan terus berlanjut.
Kedua, memohon dan bergantung kepada Allah. Sampaikan nilai-nilai tauhid kepada anak dalam setiap situasi. Mulai dari hal kecil seperti mengucapkan bismillah saat bersyukur, mengucapkan insya Allah ketika berjanji, dan hal lain. Kita hanya mampu berikhtiar selebihnya kita tawakal kepada Allah, ridha atas segala kehendaknya. Kuat kan doa karena do’a terbaik orang tua sangat berdampak pada anak. Sebagaimana sunnah mengatakan “ tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan lagi yaitu doa orangtua, doa orang yang sedang dalam perjalanan (safar), dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536).
Ketiga, personal values. Parenting berasal dari kata parent atau orangtua. Kebaikan yang kita lakukan itu mempengaruhi genetic dan DNA kita. Jadi sebelum membenahi anak, benahi diri kita terlebih dahulu.
Keempat interaksi dalam keluarga, Poin ini adalah poin utama dalam mengasuh anak. Interaksi pasangan didasarkan pada ajaran Agama dan kelembutan. Ketakwaan orangtua kepada allah sangat menentukan ketakwaan anakn kepada allah. Bagaimana interaksi antara ayah dan ibu maka begitu pula interaksi anak dalam bersosialisasi. Apapun yang dilakukan oleh orang tua di rumah, akan dibawa keluar oleh anak. Jadi, usahakanlah untuk bertutur kata yang baik dan sopan sebagai contoh untuk anak.
Kelima, kebiasaan (habit). Menerapkan kebiasaan anak secara teratur sangat mempengaruhi karakter anak. Mulai lah menerapkannya sejak kecil dengan konsisten. Seperti menerapkan waktu shalat, menerapkan do’a ketika ingin melakukan aktivitas dan sebagainya. jika semua bersinergi, maka insya Allah kita menemukan anak yang menjadi qurratu a’yun bagi kita semua.
Salah satu kunci kepribadian anak yang hebat adalah anak-anak yang mendapatkan limpahan cinta dari seorang ibu. Seperti yang dikatakan oleh Hafiz Ibrahim “ ibu adalah madrasah prtama bagi anaknya, jika engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik”. Sedangkan ayah sebagai mudiruha yaitu kepala sekolahnya yang berperan penting dalam menjaga kesehatan mental ibu.
Teruslah jalin komunikasi yang baik antara ibu dan ayah di rumah, ciptakan rumah yang hangat dan penuh cinta bagi anak-anak kita. Jangan biarkan mereka terlalu nyaman diluar, hingga enggan untuk berada dirumah. Tetapi buatlah mereka nyaman di rumah hingga mereka tidak ingin lama berada diluar. Berilah kenyamanan untuk mereka agar mereka tidak mencari kenyamanan itu pada orang lain. Jadilah pendengar yang sejati, agar mereka menjadikan kita sebagai teman curhat dan tempat untuk pulang. Hentikan pola asuh keras, yang tidak memberikan mereka kesempatan berpendapat. Mulailah menerapkan pola asuh yang suportif dan responsif agar mereka mendapatkan kehangatan serta keharmonisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H