Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membuang Sampah Sembarangan, Apakah Budaya Masyarakat Kita?

19 November 2024   08:59 Diperbarui: 19 November 2024   16:59 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Jepang membersihkan kursi-kursi setelah laga kualifikasi (sumber : x @guzelamare) 

"Ada tempat sampah di mana-mana tapi membuang sampah sembarangan, itulah masyarakat kita, Mbak!" (Kata bapak petugas kebersihan di depan Stasiun) 

Pagi itu, saya bersama Arum, sahabat saya berniat menjejak ke Stasiun Tawang, Semarang untuk bertualang tipis-tipis. Arum mengajak saya menyusuri Kota Lama, yang dimulai dari Stasiun Tawang. Kebetulan, saya akan berada di kota lumpia selama 3 hari.

Ketika berlari kecil ke halaman stasiun, lebih tepatnya menuju Polder Tawang (danau buatan), kami mendapati pemandangan cukup mengganggu, yakni sampah-sampah terapung di permukan air.

Padahal, danau buatan tersebut cukup bagus sebagai tempat joging, nongkrong,  kumpul keluarga, maupun jalan tipis seperti yang saya dan Arum lakukan. 

Ironisnya, di sepanjang jalan memutari danau, disediakan tempat sampah dengan jumlah memadai. Bahkan, masing-masing tempat sampah diberi warna, disesuaikan dengan jenis sampah. Tapi kenyataannya, tetap saja plastik-plastik kresek dan minuman berserakan.

Tempat sampah di area danau kecil Stasiun Tawang (dokumentasi Pribadi) 
Tempat sampah di area danau kecil Stasiun Tawang (dokumentasi Pribadi) 
Sepanjang menatap sampah-sampah yang mengapung, saya hanya bisa mengelus dada. Hati kecil saya mengumpat keras pada perilaku-perilaku tak patut yang sering masyarakat lakukan. 

"Bisa-bisanya ada tempat sampah tapi dibuang ke air begitu saja. Apakah membuang sampah sembarangan merupakan budaya masyarakat Indonesia?"

Entahlah. Terkadang, melihat masih banyak individu tak bertanggungjawab membuang bungkus-bungkus plastik jajan atau minuman secara bebas, membuat saya berpikir bahwa masyarakat kita tak bisa diedukasi. Kenapa tak mencontoh negara maju layaknya Jepang atau Korea Selatan? 

Tahu gak sih, paada pertandingan sepakbola antara timnas Indonesia dan Jepang 15 November 2024 lalu, terdapat pemandangan menarik dari suporter Jepang. 

Suporter Jepang membersihkan kursi-kursi setelah laga kualifikasi (sumber : x @guzelamare) 
Suporter Jepang membersihkan kursi-kursi setelah laga kualifikasi (sumber : x @guzelamare) 

Selepas pertandingan berakhir, para suporter tak langsung keluar stadion GBK. Mereka secara sadar membersihkan sampah-sampah di bawah tempat duduk dan memasukkannya ke trash bag berwarna biru. Postingan videonya bisa dilihat di instagram @localfest.id

Jujur saja, pertama kali melihat video tersebut, saya begitu malu. Rasanya malu karena saya  dan masyarakat Indonesia belum bisa seperti itu. 

Bagi orang Jepang, DNA hidup bersih serta menghargai lingkungan sangat tinggi. Mereka tak akan meninggalkan sepeser pun sampah di lokasi yang mereka jejaki. 

Lantas kapan Indonesia bisa seperti orang Jepang? Saya sendiri belum tahu. Saya pernah punya pengalaman menegur orang yang membuang sampah sembarangan di event lokal Kota Pekalongan. 

Saat itu terselenggara acara Sampan Festival dari Bank Indonesia Tegal. Nah, di lokasi tersedia banyak tenant makanan, serta meja kursi bagi pengunjung yang mau menikmati makanan di tempat. Saya dan adik menikmati pempek dan beberapa makanan lain yang dijual.

Selesai menyantap pempek, saya berjalan mencari tempat sampah untuk membuang bungkus jajanan yang saya makan, lantas kembali ke meja untuk menyantap makanan lainnya.

Tiba-tiba, dari meja belakang saya, seorang ibu dengan anaknya membuang begitu saja bungkus makanan yang ia beli. Ukurannya cukup besar. Sedihnya, si ibu membuang tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.

Melihat itu, kontan saya langsung menegur si ibu, 

"Bu, itu tempat sampahnya ada di deket situ, kok dibuang sembarangan begitu?"

Lalu si ibu menjawab, 

"Halah Mbak. Kayak gak pernah buang sampah sembarangan aja, ngomong begitu. Sok bersih banget"

Mendengar kata-kata si ibu, saya cukup terkejut. Diberi tahu tapi malah menyalahkan orang lain. Perlu diketahui, saya bahkan selalu menyimpan sampah-sampah di tas selesai makan, sebelum membuangnya ke tempat sampah. Yup, saya tidak membuang sampah sembarangan. 

Dengan muka kecut, si ibu akhirnya pergi sambil membawa sampah yang sempat ia jatuhkan, lalu memasukkannya ke trash bag yang dicantolkan panitia di tiap sudut lokasi. 

Sebenarnya, saya sendiri mau-mau saja memungut sampah si ibu, kemudian memasukkannya ke tempat sampah. Namun, beliau sudah mengambil sendiri sampah tersebut. 

Berangkat dari kejadian itu, saya jadi paham bila masalah sampah masih jadi hal utama di Indonesia. Tak ada kesadaran untuk menjaga kebersihan. Bayangkan jika tabiat si ibu tersebut dilakukan oleh jutaan orang Indonesia, jumlah sampah yang menumpuk, bakal fantastis jumlahnya.

Pantas bila Polder Tawang dipenuhi sampah mengambang. Bisa jadi, para pengunjung yang datang ke sana abai pada kebersihan, lalu membuang begitu saja sampah mereka ke air.

Mereka merasa malas bergerak menuju tong-tong sampah yang disediakan petugas, padahal jumlahnya memadai dan tersedia di tiap sudut. Hal itu sesuai yang diungkapkan petugas penyapu di lokasi setempat. 

Petugas tersebut mengatakan bila ia dan kawan-kawannya rutin menyaring sampah di permukaan polder, tapi selalu saja ada pengunjung yang membuang sampah ke air.

Pemandangan Polder Tawang, atau danau buatan seberang Stasiun Tawang (dokumentasi pribadi) 
Pemandangan Polder Tawang, atau danau buatan seberang Stasiun Tawang (dokumentasi pribadi) 

Mungkin ajaran membuang sampah memang perlu diberlakukan sejak kecil, dari orang tua. Jika orang tua memberi teladan soal menjaga kebersihan, saya yakin anak-anak akan mengikuti. 

Sama seperti suporter Jepang di GBK pada laga melawan Indonesia, dari anak-anak hingga usia tua, mereka terlihat bergotong royong mengambil sampah, lantas memasukkannya ke trash bag biru. Saya yakin, kebiasaan tersebut dibangun sejak kecil. 

Seandainya ada lebih banyak orang Indonesia sadar menjaga kebersihan dan tak membuang sampah sembarangan, jumlah sampah yang dibersihkan tim Pandawara di lautan atau di sungai tak akan separah itu. 

Yuk yuk guys, mulai dari sekarang, demi masa depan, jaga lingkungan kita dari sampah-sampah. Gak enak banget rasanya lihat fasilitas yang bagus harus terkotori oleh plastik dan segala macam sampah manusia. Gak enak banget di mata. 

Jangan sampai kebiasaan buruk menjadi budaya yang pada akhirnya diwariskan ke anak cucu. Kalau mau mewariskan budaya, tentu pilih perilaku-perilaku yang baik. Saya yakin, tak ada kata terlambat untuk menghempas kebiasaan buruk tersebut.

Akhir kata, sekian uneg-uneg dari saya perihal kebiasaan membuang sampah sembarang. Semoga masalah sampah bisa jadi perhatian bersama, sebab saya yakin, membuang sampah sembarangan bukan budaya masyarakat Indonesia. Bukankah demikian?

Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun