Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenangan bersama KAI, dari Kejadian Menabrak Mobil hingga Ditraktir Nasi Sapi Lada Hitam

18 Oktober 2024   22:04 Diperbarui: 19 Oktober 2024   01:18 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman naik kereta api sendiri ke Jakarta (Dokumentasi Pribadi)

"Mbak Mutiara, kamu gapapa, tadi bapak lihat di berita, kereta yang kamu naiki nabrak mobil ya di daerah Tambun?"

Sebuah notifikasi whatsapp terlihat menyembul di layar ponsel saya. Ternyata, itu dari bapak yang bertanya soal kecelakaan kereta yang saya naiki. Sebagai orang tua, jelas, beliau khawatir dengan kondisi saya. 

POV tertabraknya mobil oleh KAI Argo Sindoro di Tambun dari ujung kereta (foto : Kompas.com) 
POV tertabraknya mobil oleh KAI Argo Sindoro di Tambun dari ujung kereta (foto : Kompas.com) 

Di pintu gerbong nomor 3 kereta api Argo Sindoro CC 206 13 52, saya mulai mengambil beberapa gambar dan mengirimkan ke orang tua saya di rumah, agar mereka tak cemas. 

POV evakuasi dari gerbong KAI Argo Sindoro yang saya naiki (dokumentasi pribadi) 
POV evakuasi dari gerbong KAI Argo Sindoro yang saya naiki (dokumentasi pribadi) 

Masih ingat rasanya kala itu, saya bersama dengan penumpang lain harus menunggu lebih dari 1 jam di kereta. Saya yang sejak awal belum makan apapun serta ada acara dalam waktu dekat merasa cukup was-was. 

Selama menunggu proses evakuasi mobil, saya bertemu dengan teman baru. Sampai saat ini, kami masih saling berinteraksi melalui ponsel. Namanya Bu Marta. Beliau berasal dari Kota Semarang.

Bu Marta bercerita bahwa ini pertama kalinya beliau naik kereta sejak 20 tahun terakhir. Ini juga pertama kalinya beliau pergi ke Jakarta untuk mengunjungi anaknya yang berkuliah di sebuah PTN di Jakarta. 

Selama 1 jam kami saling ngobrol. Bu Marta bercerita, terakhir ia naik kereta jarak jauh tujuan Cirebon. Suasananya sangat berbeda. Dulu, interior kereta tidak serapi saat ini. Penumpang pun masih bisa keluar masuk stasiun meski tanpa tiket. 

Cerita perubahan-perubahan itulah yang membuat Bu Marta dan saya bisa terkoneksi satu sama lain. Saat kecil, saya juga pernah merasakan jadi penumpang yang bercampur satu sama lain dengan pedagang asongan. Tepatnya ketika naik KRD (Kereta Rel Diesel) dari Pekalongan ke Kendal. 

Saat itu, usia saya masih sangat kecil. Kedua orang tua selalu memanfaatkan KRD saat berkunjung ke rumah simbah di Kendal. Saya masih ingat, harga tiket Kereta Api Indonesia jenis KRD kala itu Rp 1000. 

Wujud tiket kereta api zaman dulu (dokumentasi pribadi) 
Wujud tiket kereta api zaman dulu (dokumentasi pribadi) 

Bentuk tiketnya pun masih sederhana. Warna-warni dengan bahan kertas karton. Nantinya, kondektur akan berkeliling untuk melubangi tiket. Sungguh sangat memorable. 

Kembali pada percakapan Bu Marta dan saya di kereta Argo Sindoro kala itu. Selepas kami bercerita banyak, Bu Marta mentraktir saya sekotak Nasi Sapi Lada Hitam dan Kopi. Benar-benar rezeki tak terduga. Jujur, itu pertama kalinya saya makan nasi di kereta api.

Kopi KAI dan Nasi Sapi Lada Hitam yang dibelikan Bu Marta (dokumentasi pribadi) 
Kopi KAI dan Nasi Sapi Lada Hitam yang dibelikan Bu Marta (dokumentasi pribadi) 

Beliau bahagia bisa bertemu dan berbincang dengan teman baru di kereta. Bu Marta mengatakan bahwa saya cukup mirip dengan anaknya. Kebetulan jurusan pendidikan kami juga sama, Manajemen. 

Pertemuan kami di kereta kala itu benar-benar pengalaman manis diantara dag dig dug ser-nya perjalanan kereta yang terhenti akibat kecelakaan menabrak mobil. Ngeri rasanya melihat puing-puing mesin mobil berantakan di atas batu-batu. 

Sampai sekarang, pengalaman naik Argo Sindoro yang menabrak mobil itu cukup membekas dalam ingatan. Apalagi, goncangan yang diakibatkan juga cukup besar. 

Begitu juga dengan traktiran Nasi Sapi Lada Hitam nan lezat oleh Bu Marta. Kenangan ini begitu manis untuk diingat. Sebab, saat itu uang cash saya hanya cukup untuk biaya ojol setelah turun di Stasiun Gambir. (Belum ambil uang di ATM). 

Perkembangan Kereta Api Indonesia Era Kiwari

Saat ini, perkembangan Kereta Api Indonesia (KAI) sudah cukup bagus. Pihak perusahaan selalu mengusahakan langkah-langkah terbaik agar penumpang semakin nyaman. 

Perbedaan kursi pada kereta ekonomi (sumber gambar : Kompas.com) 
Perbedaan kursi pada kereta ekonomi (sumber gambar : Kompas.com) 

Katakanlah seperti perubahan kursi pada kereta Ekonomi New Generation. Kursi-kursi yang semula kurang nyaman karena tegak lurus, sekarang bisa disesuaikan dengan keinginan penumpang. 

Lay out dan bentuk kursi juga hampir serupa dengan kereta eksekutif, yang saya nilai nyaman karena lebih empuk dan bagian kaki bisa lebih luas. Memang, kereta ekonomi New Generation belum diaplikasikan ke semua kereta ekonomi. Namun perlahan, semoga bisa dilakukan. 

Selain KAI Ekonomi New Generation, akhir-akhir ini saya mendapati jenis gerbong Panoramik dan Luxury. Tujuan dibuat kompartemen ini agar lebih variatif sehingga masyarakat bisa memilih gerbong ternyaman untuk perjalanan mereka. 

Taruhlah seperti KAI Panoramik. Sejak kemunculannya pertama kali pada 24 Desember 2022 lalu, saya cukup terpukau dengan desain luar dan dalam gerbong. Pernah lihat orang berwisata naik kereta api di Swiss? Nah, desain gerbongnya hampir mirip. 

Sebelum KAI Panoramik hadir, saya pernah membayangkan Indonesia bisa seperti Swiss yang memiliki kereta dengan jendela besar untuk melihat dunia luar. 

Desain bagian dalam dan jendela KA Panoramik yang cantik (Sumber : Kompas.com) 
Desain bagian dalam dan jendela KA Panoramik yang cantik (Sumber : Kompas.com) 

Kebetulan, saat di kereta saya sendiri suka duduk melamun sambil memandangi luar jendela. Ada hal menyenangkan yang tak bisa dijelaskan. Hal itulah yang membuat saya selalu memilih tempat duduk dekat jendela. 

Hadirnya kereta Panoramik tentu saja mampu memanjakan siapapun orang yang suka duduk dekat jendela seperti saya. Mereka bisa lebih leluasa melihat persawahan, bangunan-bangunan hingga pemandangan cantik sepanjang perjalanan. 

Saya akui, inisiatif Bapak Didiek Hartantyo selaku Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), soal kereta Panoramik, Ekonomi dan Eksekutif New Generation dan Gerbong Luxury layak diacungi banyak jempol. Inovasi yang ditorehkan menambah optimisme saya soal transportasi kereta di masa depan. 

Harapan Untuk KAI Kedepan Agar Lebih Maju

Setiap waktu saya selalu berharap bahwa KAI bisa terus berinovasi dalam melayani kebutuhan transportasi masyarakat. Sebagai pecinta kereta api, saya berharap suatu hari, 

Pertama. KAI bisa melahirkan layanan kereta lokal untuk wilayah Semarang-Tegal dengan harga terjangkau layaknya KRL di Jogja atau Jakarta sana. Beneran, ini bakal membantu sekali. Sebab, belum semua orang pernah merasakan naik kereta api di Pekalongan. Misalnya adik-adik saya.

Kedua. Variasi makanan yang disajikan di restonya lebih diperbanyak dengan harga lebih affordable. Saat ini, sudah ada beberapa jenis makanan berat, ringan serta minuman yang bisa dipesan via aplikasi KAI Access atau melalui padma-padmi yang bertugas. Untuk makanan, kalau ada tambahan produk lokal yang ditawarkan, semakin baik.

Kan bagus tuh, kalau ada turis dari negara lain, mereka bisa mengenal Indonesia bukan hanya dari Nasi Goreng Parahyangan, Nasi Sapi Lada Hitam, tapi juga Bakpia Jogja, Pai susu Bali, Gudeg Jogja versi kering, sambel Pecel Madiun dan sebagainya. Minuman juga, mungkin bisa ditambah jahe susu, wedang ronde atau lainnya.

Saya membayangkan, KAI bukan hanya dimanfaatkan masyarakat lokal tapi juga para turis mancanegara. Misalnya kereta Panoramik, jika memungkinkan, terdapat lemari khusus untuk menjual oleh-oleh yang bisa ditawarkan ke wisatawan. 

Ketiga. Penegasan aturan soal bagasi minimal dan lokasi menaruh bagasi yang melebihi kapasitas. Jadi, kalau ada penumpang bawa barang secara over, tidak mengganggu penumpang lainnya. Misal, dibuat seperti pesawat, ada kereta khusus untuk barang penumpang. 

Salah satu contoh peletakan barang yang mengganggu akses jalan ke toilet dan pintu keluar (dok.pri) 
Salah satu contoh peletakan barang yang mengganggu akses jalan ke toilet dan pintu keluar (dok.pri) 

Jujur, selama naik kereta ekonomi, saya sering menemukan tas-tas besar milik penumpang terhampar di jalan. Mau ngomong menghalangi, tapi yang punya tas galak minta ampun. 

Saya juga pernah hampir tertimpa kardus yang diletakkan penumpang di bagian atas kereta. Kebetulan, kardus tersebut berukuran besar. Untungnya, ada ibu-ibu dekat saya yang cekatan menarik tangan sehingga kardus jatuh ke bagian samping saya. 

Keempat. Disediakan fasilitas mumpuni untuk teman-teman difabel serta orang sepuh. Dengan demikian, kereta api bisa dinaiki siapapun tanpa terkecuali. 

Kelima. Tingkat keamanan juga harus diperketat. Pernah membaca seorang penumpang kehilangan Ipad (bisa cek di sini), padahal ia naik kereta eksekutif. Jangan sampai kasus kehilangan ini terulang. Sejauh ini, saya menganggap bahwa kereta merupakan transportasi paling aman soal penjagaan barang. 

Nah, selain harapan, saya ingin mengemukakan pula tantangan KAI ke depan. Akhir-akhir ini saya kerap menyaksikan berita kecelakaan kereta akibat keteledoran masyarakat. Truk atau mobil nyelonong palang pintu, berhenti di jalan kereta, lalu tertabrak. 

Bila hal-hal itu terus terjadi, maka KAI akan mengalami kerugian besar. Terlebih, KAI telah menginovasi gerbong-gerbongnya menjadi lebih baik.

Sayang sekali bukan ketika Gerbong Panoramik, New Gen atau Luxury yang cantik, harus rusak karena menabrak truk? Sungguh, ini tantangan besar bagi Pak Didiek Hartantyo dan rekan-rekan di Balai Yasa maupun PT INKA kedepan. 

***

Kereta Api adalah transportasi umum favorit saya. Sedikit bercerita, saat diundang ke sebuah acara di Jakarta, saya pernah ditawari naik pesawat terbang. Namun, saya memilih naik KAI saja. Mengapa? 

Memang, pesawat terbang lebih cepat sampai ke tujuan. Hanya saja, akses ke lokasi yang dituju lebih praktis menggunakan kereta. Berhenti di stasiun Gambir, tinggal pesan ojek online. 

Naik kereta juga relatif santai. Bagi saya yang suka mengerjakan pekerjaan di perjalanan, kereta menjadi pilihan transportasi jarak jauh yang tepat. Bisa sekalian healing lihat pemandangan di jendela. 

By the way, sampai saat ini saya belum pernah naik kereta jenis Panoramik, Ekonomi New Generation apalagi Luxury. Namun beberapa kali naik kereta eksekutif yang menurut saya sudah sangat nyaman. 

Saya ketika naik kereta eksekutif bersama laptop kesayangan saya (dokumentasi pribadi) 
Saya ketika naik kereta eksekutif bersama laptop kesayangan saya (dokumentasi pribadi) 

Apalagi, kursinya punya meja untuk meletakkan laptop sehingga saya bisa sambil bekerja. Mungkin, selanjutnya kereta ekonomi bisa memiliki fasilitas yang sama? Tentunya dengan harga yang disesuaikan. 

Yup, semoga suatu hari nanti, saya bisa melakukan travel story bersama keluarga menggunakan kereta api. Jujur saja, semenjak KRD arah Pekalongan-Kendal tak ada lagi, keluarga belum pernah naik kereta lagi. 

Siapa tahu, bertahun-tahun kedepan, ada kereta lokal jurusan Tegal-Semarang seperti KRL di Jogja atau Jakarta, sehingga bisa masyarakat gunakan untuk mobilitas. 

Demikian uneg-uneg, harapan dan cerita saya tentang pengalaman tak terlupakan bersama KAI, dalam Didiek Hartantyo x Kompasiana. Semoga cerita ini bisa mendidiek jadi lebih baik. Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun