"Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Mengapa Indonesia hanya mengirimkan atlet sebanyak 29 sedangkan Tiongkok bisa 400-orang lebih?"
Ketika membaca narasi soal jumlah atlet Indonesia yang minim, saya sempat kesal juga. Kok bisa gitu loh yang bisa terbang ke Prancis cuma 29 orang? Apa karena gak ada dana untuk memfasilitasi mereka?
Ternyata 29 orang Indonesia yang dikirimkan itu merupakan para atlet yang lolos kualifikasi. Kita tahu bahwa olimpiade diadakan setiap 4 tahun sekali.Â
Selama masa itu, para atlet akan digodog oleh tiap negara agar mendapatkan prestasi gemilang sehingga mendapat peringkat terbaik dan lolos ke olimpiade.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa untuk lolos ke ajang olahraga bergengsi tersebut, Indonesia harus menciptakan atlet-atlet berprestasi yang diakui secara internasional.
Nah kalau dilihat dari segi cabang olahraga yang lolos tahun ini ke Olimpiade Paris, paling banyak di cabor bulu tangkis dengan jumlah 9 atlet.Â
Bersyukurnya, Gregoria Mariska Tunjung menjadi atlet pertama yang menyumbangkan medali perunggu untuk Indonesia dari cabor bulu tangkis yang membuat peringkat Indonesia naik.
Bila ditilik dari 12 cabang olahraga yang lolos, muncul pertanyaan di benak saya, mengapa Indonesia tak bisa berlaga dalam cabang olahraga yang lain?
Jawabannya tentu karena di cabor lain belum terlalu diunggulkan. Padahal, kemampuan para atlet luar biasa. Seperti Vedrriq Leonardo dari cabor Climbing dan Rizki Juniansyah dari angkat beban yang menyuguhkan emas untuk Indonesia.Â
Dari torehan itu seharusnya Pemerintah tak hanya fokus pada cabor unggulannya yakni bulu tangkis, tapi juga memberi spotlight pada cabor-cabor lain sehingga prestasi atlet bisa optimal.Â