Mungkin kalian pernah mendengar istilah Diplomasi Panda?Â
Diplomasi panda merupakan upaya Tiongkok menjalin persahabatan pada negara lain dengan mengirimkan hewan pandanya ke negara tersebut. Tujuannya untuk pertukaran budaya, penyebaran ilmu pengetahuan atau pendidikan publik (State Forestry Administration of China, 2014).
Beberapa waktu lalu, panda yang lahir di Korea Selatan bernama Fu Bao sempat membuat terenyuh netizen karena hubungan antara ia dan penjaganya.
Fu Bao lahir dari panda raksasa bernama Ai Bao dan Le Bao. Kedua panda tersebut dikirim oleh Tiongkok pada tahun 2016 dan memiliki kontrak berada di Korea Selatan selama 15 tahun.
Nantinya, semua panda yang lahir dan berada di seluruh dunia akan diminta kembali oleh Tiongkok. Sebab, itu merupakan harta nasional negara tersebut. Para panda yang telah dikembalikan bakal dibawa ke habitat aslinya di Provinsi Sichuan. Keren ya diplomasi panda.
Melihat betapa seriusnya negara tirai bambu merawat dan mengembangbiakkan panda-panda mereka, membuat saya merasa bahagia sekaligus sedih.Â
Saya bahagia karena masih ada negara yang peduli dengan hewan nasionalnya dan berusaha semaksimal mungkin agar mereka tidak punah. Tapi pada sisi lain, saya sedih melihat Indonesia belum bisa mencontoh usaha Tiongkok melindungi panda, dengan mengembangbiakan badak jawa secara intensif.
Pada 30 Mei 2024, Polda Banten menangkap 14 orang pemburu badak di Taman Nasional ujung Kulon. Tak tanggung-tanggung, jumlah badak yang mati berjumlah 26 ekor dalam kurun waktu 4 tahun.
Membaca berita perburuan 26 badak, sangat menghantam perasaan saya, mungkin juga kalian semua. Bayangkan, para pemburu ini membunuh badak dan mengambil cula untuk dijual dengan harga ratusan juta.Â
Mirisnya, lokasi perburuan berada di Taman Nasional yang notabene digunakan untuk konservasi dan tak boleh sembarangan orang mengangkat senjata di dalamnya.Â