Meski mendapat beasiswa, tiap orang harus memiliki cadangan dana dari sumber lain agar bisa membayar kos, biaya makan, transportasi, hingga biaya keperluan kuliah. Tentu, bagi keluarga dengan ekonomi kurang, bekerja dulu pilihan terlogis.
Pada sisi lain, saya juga tidak setuju dengan pernyataan kuliah tak wajib. Mengapa? Karena, ketika lulus, kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk bekerja rata-rata lulusan S1, terutama pekerjaan bonafid di kota besar.Â
Apakah lulusan SMA atau SMK tidak bisa bekerja di tempat bonafid? Bisa, tapi memerlukan perjuangan yang tak mudah. Kadang, membutuhkan bantuan orang di dalam perusahaan.Â
Saya punya satu mutual di twitter yang punya skill keren soal coding dan programing. Dia seorang wanita dan lulusan SMK. Namun, ketika dia mendaftar bekerja, ternyata sangat susah.Â
Rata-rata perusahaan tetap menanyakan track record pendidikan, minimal harus S1. Tahu kan kalau di Indonesia, usia dan tingkat pendidikan itu penting.Â
Padahal, mutual twitter saya itu punya skill mumpuni, meski ia tak kuliah. Dia belajar semua itu secara otodidak. Bekerja keras upgrade skill di tengah keterbatasan. Sangat disayangkan.Â
Cerita lain datang dari adik saya, karena kondisi ekonomi, adik tak bisa melanjutkan pendidikan ke PTN. Saat ini, adik hanya lulusan SMA di sebuah kota kecil.Â
Selama mencari kerja, saya akui bahwa sebagian besar lowongan mengharuskan kriteria tertentu, misalnya usia 21-26 tahun (max) dan minimal pendidikan S1.Â
Contoh nyatanya adalah lowongan sebagai CPNS dan FHCI BUMN. Keduanya memang menyediakan posisi untuk tamatan SMA sederajat. Tapi jumlahnya sangat minim. Tidak seperti posisi tamatan S1.Â
Adanya kualifikasi tersebut, jelas membuat harapan adik untuk bekerja sebagai "orang kantoran" harus pupus. Saat ini dia bekerja sebagai karyawan pembersihan sarang walet.Â
Melihat keduanya, baik mutual twitter maupun adik, saya jadi terpikir bahwa kuliah cukup penting bagi tiap orang yang ingin punya jenjang karier lebih baik.Â