"Bang, ada gak sih komunitas sejarah yang bisa diajak kolaborasi dengan sekolah. Soalnya biar anak-anak paham dulu sejarah lokal di tempat kelahirannya"Â (Bu Wardah---Guru Sejarah)Â
***
Berita kecelakaan study tour beberapa waktu lalu sempat meresahkan para orang tua di rumah. Banyak orang mengkritisi kebijakan pemerintah mengenai aturan layak tidaknya sebuah kendaraan beroperasi.Â
Ketika keresahan itu sampai ke media sosial, berbagai macam orang berkomentar. Kemudian, muncul sebuah pernyataan dari pemerintah daerah bahwa study tour akan dihilangkan.Â
Bagaimana nih kalau study tour dihilangkan, kamu pihak yang pro atau kontra?
Sebagai seorang kakak, saya termasuk pro dengan kebijakan itu, sebab keluarga saya memang bukan termasuk orang yang mudah mencari biaya untuk kegiatan tersebut.Â
Dengan demikian, tidak adanya kegiatan study tour membuat keluarga bisa saving dana pendidikan untuk aktivitas lain. Namun begitu, saya juga gak akan salty bila ada orang yang kontra apabila study tour dihapuskan.Â
Di sekolah adik saya, di Kabupaten Pekalongan, study tour sudah tidak ada lagi. Ya, semenjak merebak Covid-19, beberapa sekolah di Jawa Tengah mulai meniadakan aktivitas keluar kota.Â
Meski begitu, saya juga paham bahwa seandainya tak ada study tour, berarti para siswa tak memiliki kesempatan untuk refreshing dan berfoto bersama teman-teman ke lokasi wisata.Â
Padahal, bisa jadi, jalan-jalan ke luar kota menjadi cara untuk healing, ditengah hiruk-pikuk pembelajaran di sekolah. Jika sudah begini, enaknya gimana ya?Â