Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ada Apa dengan Film Horor Indonesia?

26 Maret 2024   09:35 Diperbarui: 28 Maret 2024   00:05 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film horor Indonesia yang menimbulkan kontroversi (sumber: IG dari aresdimahdi)

"Guys, sering ngerasa gak kalau akhir-akhir ini film horor Indonesia temanya soal hantu yang ganggu orang ibadah? Ini masuk ke pelecehan agama gak sih? " (Tanya seorang warganet di media sosial twitter). 

Seperti biasa, saya termasuk orang yang suka mengikuti kabar-kabar di media sosial, terutama twitter. 

Biasanya, ketika ada bahasan yang tengah hype, twitter selalu jadi sumber informasi dan diskusi terkini. Cek saja bagian trending topik, pasti ketemu yang lagi banyak dibicarakan. 

Nah, kali ini, saya ingin menyoroti film-film horor Indonesia yang akan ditayangkan di bioskop. 

Semua bermula ketika akun Movie Menfess upload sebuah film horor baru di twitter. Judulnya pendek tapi cukup membuat warga twitter ribut. Yup, judul film tersebut seolah lekat dengan ibadah agama tertentu. 

Well, jika amanahnya adalah ibadah membuat manusia dilindungi Tuhan dari hal-hal jahat, termasuk hantu sih, oke-oke saja. Pasti tiap warganet bakal menyambutnya dengan baik. 

Masalahnya, film tersebut seolah memperlihatkan gangguan-gangguan yang dilakukan para hantu terhadap orang yang sedang beribadah. Intens pula gangguannya plus trailer yang mengganggu. 

Beberapa warganet kemudian berkata, 

"Gara-gara nonton film yang judulnya 'Sensor' saya yang biasanya bangun untuk ibadah tiap malam, jadi takut. Kepikiran mulu kalau dibelakang ada yang ikutan sholat"

Komen warganet tersebut lalu ditimpali komentar lainnya, mereka mengamini hal yang sama. Merasa ketakutan ketika hendak beribadah malam terutama jika tempat wudhu berada di belakang. 

Salah satu komentar di IG soal film horor yang akan tayang (sumber : IG Antara) 
Salah satu komentar di IG soal film horor yang akan tayang (sumber : IG Antara) 
Setelah banyak komen membanjiri akun movie tersebut, poster film horor yang akan rilis itu akhirnya di take down. Mungkin untuk menghindari perdebatan.

Dalam hati saya cuma berpikir, 

"Ada apa dengan film-film horor Indonesia? Tak rasa-rasakan, semakin kesini, judul, desain poster hingga ceritanya semakin enggak banget"

Berkaca pada film horor besutan negara tetangga, Thailand, seharusnya Indonesia bisa meniru variasi ceritanya. Jangan berkutat pada kehidupan orang ibadah yang diganggu. Lha mbok cari sudut pandang lain gitu loh! 

Pernah nonton horor Indonesia di bioskop, konsep dan judulnya oke, bikin penasaran. Tapi eksekusi ceritanya biasanya aja. Konfliknya klise dan mudah ditebak. Tapi ini masih mending karena gak nyangkut pautkan dengan ibadah suatu agama. 

Saya akui tak semua film horor lokal jelek, film horor komedi berjudul "Agak Laen"---yang juga baru rilis beberapa lalu--- cukup bagus. Banyak penonton terhibur dan merasa tak kecewa membeli tiketnya. 

Rasa puas itu bisa dilihat dari diskusi warganet dan jumlah penonton yang menembus angka 9 juta, hampir mendekati penonton film horor KKN di Desa Penari sebesar 10 juta penonton. 

Saya juga melihat peningkatan kualitas pada drama OTT Indonesia di aplikasi. Misalnya series Gadis Kretek yang dibicarakan banyak orang karena ceritanya bagus dan mengaduk perasaan. 

Seandainya ada lebih banyak sutradara, penulis novel, dan produser berkualitas di Indonesia bekerjasama, saya yakin kualitas film maupun series akan mengalami peningkatan drastis. 

"Tapi Ra, film kayak gitu muncul karena yang nonton banyak? Ada pasarnya sendiri gitu loh. Ada penawaran karena ada permintaan"

Memang. Saya akui demikian. Layaknya sinetron Indonesia yang memiliki cerita random dengan jumlah episode berjilid-jilid, masih aja banyak yang nonton, terutama para emak. 

Bisa jadi, masyarakat yang menonton tak punya pilihan akibat produksi sinetron yang itu-itu aja. Mudahnya, daripada gak ada hiburan, mending nonton sinetron. Konfliknya banyak, bikin rame. 

Setidaknya, itu yang ibu dan mbah saya pikirkan tiap menonton sinetron di TV. Susah sekali mau mengganti channel yang lain. Harus war remote dahulu. Btw, kalau sekarang udah gak punya TV, jadi gak war lagi hahaha. 

Bisakah Indonesia membuat film seperti Exhuma? 

Ketika bicara film horor, saya jadi teringat film asal Korea Selatan berjudul Exhuma. Sampai tanggal 25 Maret 2024 lalu, tercatat penontonnya telah mencapai angka 10 juta. 

Banyak netizen memberi testimoni kalau Exhuma punya cerita menarik, cinematik apik dan akting yang ciamik. Jelas sih, soalnya para aktor dan aktris yang berperan, dikenal punya skill akting mumpuni. 

Melihat respon positif terhadap film Exhuma, saya jadi berpikir, mengapa produser dan sutradara Indonesia tak tertarik mengangkat mengangkat tema okultisme. 

Namun dieksekusi dari perspektif yang berbeda. Kan di Indonesia banyak tuh jenis hantu dan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. 

Apa gak mau mengangkat beberapa jenis hantu di tiap daerah? Misalnya hantu di Papua, Bali, Maluku, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB atau di Pulau Jawa yang belum pernah dibahas.

Yakali, setiap lihat poster film horor, yang dikupas hantu itu-itu saja. Seperti pochi, kuntilawak, yutul dan sebagainya. 

Itu pun tak mengambil sudut pandang yang unik dan langka. Ceritanya terlalu klise dengan jumpscare yang "Alamak", sangat mengganggu. 

Saya akui, film horor garapan Joko Anwar bisa diacungi jempol. Ceritanya punya sudut pandang yang unik dengan plot twist di dalamnya. Saya jadi mikir, " Oalah, ternyata.... "

Seharusnya, produser dan sutradara film horor lainnya juga bisa belajar teknik membuat film horor yang sama meski eksekusinya berbeda. Jangan setiap produksi film, berkesan mirip sehingga terasa membosankan. Apalagi mengeksploitasi ibadah suatu agama melalui poster. 

Gak heran mengapa banyak warganet menyerukan boikot film horor Indonesia yang menyesatkan. Apalagi sudah menyentuh ranah ibadah hingga membuat penontonnya takut beribadah. 

Film horor Indonesia yang menimbulkan kontroversi (sumber: IG dari aresdimahdi)
Film horor Indonesia yang menimbulkan kontroversi (sumber: IG dari aresdimahdi)

Saya sendiri, tak ingin menonton. Mending ngumpulin uang untuk menyaksikan film horor atau genre lain yang lebih worth it, baik itu film lokal maupun film dari luar. 

Kesimpulan

Film horor bisa menjadi salah satu kanal yang mampu mengangkat cerita hantu-hantu dan berbagai mitos yang ada di Indonesia. Tentu saja, itu kesempatan baik untuk memperkenalkan budaya di tiap daerah. 

Hanya saja, film horor saat ini belum masuk kriteria mendukung eksistensi budaya daerah kalau menurut saya. Cerita justru lebih ke arah menakuti dengan jumpscare yang berlimpah. 

Yang lebih miris, justru menghubungkan praktik ibadah suatu agama yang dinilai melecehkan. Lha ya pantas, beberapa waktu ini, terjadi gonjang-ganjing di media sosial hingga muncul seruan boikot. 

Saya pribadi, setiap kali muncul film horor baru dengan tipe sama, selalu berkata, ada apa dengan film horor Indonesia? Kenapa sih ide ceritanya mirip-mirip mulu. Baru nonton poster atau trailernya aja udah skeptis. 

Kalian juga begitu tidak? Apa oke-oke aja dengan film horor semacam itu? Share komentar kalian ya guys!

Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun