Setelah banyak komen membanjiri akun movie tersebut, poster film horor yang akan rilis itu akhirnya di take down. Mungkin untuk menghindari perdebatan.
Dalam hati saya cuma berpikir,Â
"Ada apa dengan film-film horor Indonesia? Tak rasa-rasakan, semakin kesini, judul, desain poster hingga ceritanya semakin enggak banget"
Berkaca pada film horor besutan negara tetangga, Thailand, seharusnya Indonesia bisa meniru variasi ceritanya. Jangan berkutat pada kehidupan orang ibadah yang diganggu. Lha mbok cari sudut pandang lain gitu loh!Â
Pernah nonton horor Indonesia di bioskop, konsep dan judulnya oke, bikin penasaran. Tapi eksekusi ceritanya biasanya aja. Konfliknya klise dan mudah ditebak. Tapi ini masih mending karena gak nyangkut pautkan dengan ibadah suatu agama.Â
Saya akui tak semua film horor lokal jelek, film horor komedi berjudul "Agak Laen"---yang juga baru rilis beberapa lalu--- cukup bagus. Banyak penonton terhibur dan merasa tak kecewa membeli tiketnya.Â
Rasa puas itu bisa dilihat dari diskusi warganet dan jumlah penonton yang menembus angka 9 juta, hampir mendekati penonton film horor KKN di Desa Penari sebesar 10 juta penonton.Â
Saya juga melihat peningkatan kualitas pada drama OTT Indonesia di aplikasi. Misalnya series Gadis Kretek yang dibicarakan banyak orang karena ceritanya bagus dan mengaduk perasaan.Â
Seandainya ada lebih banyak sutradara, penulis novel, dan produser berkualitas di Indonesia bekerjasama, saya yakin kualitas film maupun series akan mengalami peningkatan drastis.Â
"Tapi Ra, film kayak gitu muncul karena yang nonton banyak? Ada pasarnya sendiri gitu loh. Ada penawaran karena ada permintaan"
Memang. Saya akui demikian. Layaknya sinetron Indonesia yang memiliki cerita random dengan jumlah episode berjilid-jilid, masih aja banyak yang nonton, terutama para emak.Â