Akhir-akhir ini merasakan sendiri bagaimana iklim menjadi tak menentu. Musim kemarau terasa lebih lama dibanding musim hujan. Tak heran bila produksi beras di Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh gagal panen karena kemarau ekstrem.
Adanya kendala tersebut berdampak pada ketersediaan, yang bermuara pada ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Hal ini menjadi pemicu utama kenaikan harga beras dan kelangkaan di pasaran.
Ketiga. Harga gabah melonjak.
Sejak Maret 2023, diketahui bahwa harga gabah melonjak di tingkat petani melebihi standar HPP (Harga Pembelian Pemerintah) yang telah diberikan.
Tercatat, Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani naik menjadi Rp7.100 per kg dan tingkat penggilingan naik menjadi Rp7.420 per kg. Harga Gabah Kering Giling (GKG) ditingkat penggilingan naik menjadi Rp8.200 per kg.Â
Keempat. Manajemen Perberasan yang Tidak Efektif
Berdasar Reynaldi Sarijowan selaku Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) yang dikutip dari Okezone.com, sejak masa tanam tahun 2022, manajemen perberasan yang dilakukan pemerintah belum efektif dan satu informasi. Adanya data yang simpang siur menyoal produktivitas beras berimbas pada kenaikan dan kelangkaan beras.
Baiklah itu dia beberapa faktor penyebab harga beras naik. Bila kondisi ini tak digubris serius, kenaikan harga beras bisa berlangsung lama.Â
Padahal beras merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Imbas yang terasa bila harga beras melambung, ada pada warung-warung nasi hingga dapur rumah tangga masyarakat.
Bisa jadi, masyarakat akan mengurangi jatah makan sehari dari 3 kali menjadi 2 kali. Tentu, ini dimaksudkan untuk menghemat pengeluaran beras. Selain itu, harga sebungkus nasi di warung juga bisa berubah lebih mahal.Â
Semisal, di Warung Padang yang semula Rp 10.000 bisa menjadi Rp 12.000. Hmm, bagi kaum irit dan mendang-mending seperti saya, kenaikan harga Rp 2000 tentu bakal membuat dompet kian lunglai.Â
Lantas, gimana ya solusi supaya beras bisa terganti ketika harganya melonjak naik?Â
Menarik. Yup, sangat menarik. Kira-kira masyarakat Indonesia pecinta beras siap gak ya bila mengganti karbohidrat selain beras? Jawabannya tentu siap gak siap. Mengapa? Lidah kita sudah terbiasa makan beras sebagai sumber karbohidrat. Sejak kecil lho!Â