Ketika mendengar kata “vampir”, barangkali gambaran yang terlintas di pikiran kamu adalah sosok lelaki berparas tampan bernama Edward Cullen dalam Film Twilight. Atau Jiangshi, vampir asal Tiongkok yang berjalan dengan cara melompat-lompat serta mengisap darah (film era 2000-an). Hayo, vampir mana yang ada di pikiranmu?
Sebenarnya, dari berbagai vampir yang digambarkan dalam bentuk film, ada yang bisa ditemukan di sekitarmu, lho! Ia dekat namun tak kasat mata. Ia tidak menyeramkan namun merugikan. Vampir ini bukan pengisap darah melainkan pengisap energi yang membuat daya listrik terbuang percuma hingga tagihan mengalami pembengkakan. Dialah vampir listrik.
***
Percik air terdengar ketika saya dan kawan-kawan media membelah Danau Zamrud di Desa Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Perahu ketinting yang kami tumpangi, bergerak melewati rumah-rumah semi permanen milik nelayan Danau Zamrud.
Uniknya, tiap melewati rumah kayu tersebut, saya tidak mendapati kabel memanjang yang biasa ditemukan di kota-kota.
Lho, gak ada kabel memanjang tapi kok para nelayan selalu mampir untuk mengisi daya baterai ponsel?
Tatkala memperhatikan atap-atap rumah nelayan Danau Zamrud, terdapat sebuah kotak berukuran sekitar 40x20cm. Kotak tersebut merupakan solar panel yang terdiri dari sel surya untuk menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik.
Beneran, itu merupakan solusi cerdas! Tak disangka bahwa pemanfaatan energi berkelanjutan sudah diterapkan oleh nelayan Danau Zamrud.
Mengapa para nelayan di area Danau Zamrud menggunakan solar panel?
Danau Zamrud merupakan Taman Nasional yang dikelilingi oleh hutan lebat. Lokasinya berada di buffer zone yang tak sembarangan dilewati manusia. Buffer zone sendiri merupakan suatu kawasan yang terdiri dari ruang terbuka hijau dan berfungsi sebagai kawasan penyangga.
Ketika menjejak ke Taman Nasional Danau Zamrud, kita tak bisa menemukan sinyal maupun kabel listrik. Jadi jangan heran bila rumah nelayan yang mengapung di atas Danau Zamrud akan memiliki solar panel sebagai sumber utama penghasil energi listrik.
Menurut salah satu nelayan bernama Abdul Muis, listrik dari solar panel itu bisa menghasilkan energi yang cukup untuk menyalakan lampu selama 3-4 jam, mengisi baterai ponsel dan kebutuhan lain. Meski demikian, jumlahnya tak melimpah seperti di perkotaan atau pedesaan yang teraliri listrik dari perusahaan negara.
Wajar saja jika nelayan di Danau Zamrud sangat berhemat menyoal energi. Mereka akan mencegah terciptanya vampir listrik supaya daya listrik yang disimpan tak terbuang percuma. Apalagi ketika sinar matahari terbatas karena musim penghujan, solar panel tak akan berfungsi optimal.
Ketika saya dan lainnya menyambangi salah satu rumah nelayan untuk menginap, semua lampu yang menyala akan dimatikan ketika pukul 9 malam. Tujuannya supaya ada cadangan listrik esok hari untuk kepentingan lain.
Mengenal Vampir Listrik Si Pengisap Energi
Dari kebiasaan nelayan di Danau Zamrud, saya jadi belajar tentang menghemat energi. Kelangkaan energi listrik karena berada di buffer zone membuat mereka harus berpikir 1000 kali untuk membuang energi secara percuma melalui vampir listrik.
Perlu diketahui, istilah vampir listrik mengacu pada segala bentuk eletronik yang masih mengisap energi walau sudah dimatikan atau dalam kondisi standby power. Vampir listrik berpotensi membuat boros energi karena menyedot sejumlah energi secara perlahan.
Berdasar Departemen Energi AS yang dikutip dari Kompas.com, jumlah peralatan yang berada dalam mode stand by untuk setiap pemilik rumah dapat meningkatkan tagihan listrik hingga 10 persen. Diperkirakan itu juga berkontribusi sebesar 15 persen emisi GRK di Amerika Serikat.
Seandainya tiap pemilik rumah melawan vampir listrik, maka AS bisa berhemat uang sebesar US$8 miliar dalam tagihan listrik tahunan dan 4,6 % emisi CO2 yang diakibatkan listrik.
Bagi nelayan di Danau Zamrud, vampir listrik merupakan momok menakutkan. Seandainya ada vampir listrik maka lampu yang seharusnya bisa menyala 3-4 jam bisa menjadi lebih singkat karena cadangan listrik telah terkuras. Jelas itu mengkhawatirkan mengingat sumber penghasil listrik sangat terbatas.
Untuk masyarakat perkotaan yang memiliki sumber listrik melimpah, sering kali abai terhadap kebiasaan yang memunculkan vampir listrik. Padahal sekiranya lebih dicermati, vampir listrik bukan hanya membuat energi terbuang percuma tetapi juga menyebabkan dompet menjerit dan perubahan iklim.
Berdasar gambar di atas, ilustrasikan pada sebuah rumah yang menggunakan daya listrik 900 VA atau sebesar 720 watt, maka akan terlihat pembuangan energi yang terjadi.
Katakanlah ada 2 laptop, 1 komputer meja, 1 TV LCD, 5 charger ponsel dan modem yang masih terhubung dengan listrik, maka total energi terbuang dalam 1 jam ada 99 watt. Ini masih berbicara satu rumah lho, kalau 50 juta rumah? Yang bener aje, rugi donk!
Semakin besar kebutuhan energi listrik yang diserap, semakin besar pula bahan bakar yang diperlukan. Membiarkan vampir listrik merajalela di rumah bukanlah hal bijak mengingat sumber utama pembangkit listrik kita berasal dari energi fosil. Tercatat, 81% energi listrik di Tanah Air berasal dari batu bara, minyak bumi, dan gas bumi.
Menurut Arifin Tasrif selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, sektor energi turut memiliki andil sebesar 38 - 40 % dari total keseluruhan emisi karbon nasional. Menurutnya, itu setara dengan 450 juta gas CO2 per tahunnya.
Salah satu kelemahan energi fosil yakni tidak ramah lingkungan. Hasil pembakarannya berperan dalam meningkatkan emisi gas rumah kaca di udara yang bermuara pada terjadinya perubahan iklim.
Memang, kita tak bisa menafikan bahwa energi fosil masih diperlukan dalam menghidupkan aktivitas industri, transportasi hingga rumah tangga masyarakat. Agar seimbang, pemerintah terus berupaya menekan laju emisi melalui transisi energi berbasis EBT.
Lebih lanjut, transisi energi sebetulnya bukan perkara ringan, dibutuhkan dana yang besar, SDM handal serta teknologi yang canggih. Oleh karena itu, penerapan transisi energi memerlukan waktu serta dukungan banyak pihak termasuk masyarakat.
Pentingnya Mantra Kesadaran Berenergi
Bentuk dukungan apa yang bisa dilakukan masyarakat sebagai upaya Pemanfaatan Energi?
Ketika kelas 5 SD, saya ingat pernah mendapat mata pelajaran mengenai energi. Guru IPA mengatakan bahwa ada dua jenis energi di dunia ini yakni yang dapat diperbarui dan tidak.
Energi yang tak dapat diperbarui misalnya energi fosil, sedangkan energi yang dapat diperbarui biasa kita kenal sebagai energi terbarukan seperti panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran air, dan lainnya.
Dalam proses meramu energi, dibutuhkan aspek yang tak main-main seperti teknologi canggih, sumber daya manusia handal, proses pengolahan terintegratif, serta rantai distribusi yang tak sederhana. Terkadang, risiko kematian menjadi tantangannya. Dengan demikian, kita tak boleh menyia-nyiakan effort yang telah diberikan.
Salah satu perusahaan yang berjasa dalam mendistribusikan bahan bakar agar sampai ke tangan konsumen (termasuk industri pembangkit listrik) adalah Elnusa Petrofin. Melalui peran Elnusa Petrofin, secara tidak langsung membuat masyarakat bisa menikmati energi listrik di rumah.
Sayangnya, tak semua orang paham mengenai proses tersebut sehingga membiarkan vampir listrik tetap eksis. Tak heran, mantra-mantra kesadaran berenergi perlu diperkuat untuk menangkis serangan vampir listrik yang merugikan.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk melawan vampir listrik?
Sebagai masyarakat awam, mantra kesadaran berenergi bisa dilakukan dengan berbagai cara, 4 diantaranya yaitu,
Pertama. Membeli produk-produk hemat energi
Saat ini, beberapa perusahaan telah mengembangkan produk seperti AC, lampu LED, televisi, kipas angin, setrika, penanak nasi dan mesin cuci hemat energi. Semua produk tersebut akan memiliki Label Hemat Energi berupa bintang (semakin banyak bintang semakin hemat) sehingga konsumen bisa jeli memilih.
Kedua. Mencabut peralatan elektronik yang sudah tidak terpakai
Meski tak digunakan, kabel peralatan elektronik yang masih terhubung dengan stop kontak ternyata tetap menyerap daya listrik. Kondisi inilah yang bisa disebut vampir listrik. Agar terhindar dari vampir listrik, usahakan untuk mencabut kabel-kabel tak terpakai, misalnya kabel charger untuk ponsel.
Ketiga. Membeli atau memasang alat ukur listrik
Alat ukur listrik digunakan untuk mendeteksi ataupun mengukur besaran-besaran listrik yang mengalir. Untuk skala rumah tangga dan industri biasanya menggunakan wattmeter. Melalui wattmeter, kita bisa tahu penggunaan daya listrik dari waktu ke waktu. Dengan demikian, ketika ada pemakaian daya listrik yang tidak wajar, kita bisa mengantisipasinya.
Keempat. Menggunakan stop kontak dengan tombol power
Tujuan menggunakan stop kontak yang memiliki tombol power yakni supaya kita bisa dengan gampang menyalakan atau mematikan aliran listrik yang tak terpakai secara bersamaan. Misalnya saat hendak bepergian. Selain menghindari konsleting diam-diam, mematikan aliran melalui stop kontak bertombol power, bakal lebih praktis.
***
Selama ini, itulah 4 cara saya memanfaatkan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Jujur, awalnya sangat sulit, namun setiap kali abai, saya akan mengingat begitu besarnya effort yang dibutuhkan agar energi bisa dinikmati semua orang.
Saya membayangkan, bila kesadaran berenergi diterapkan di tiap rumah, maka ada penghematan luar biasa terhadap penggunaan energi serta dana yang terkuras oleh vampir listrik.
Kesimpulan
Pemanfaatan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan itu sebenarnya mudah. Semuanya bisa dilakukan di rumah, dimulai dari niat tiap individu untuk mencegah vampir listrik. Sekilas, vampir listrik memang terasa sepele dan tak berbahaya. Tapi bila dilihat dari sisi energi secara keseluruhan, bisa menyebabkan keborosan yang juga berimbas secara tak langsung pada kerusakan lingkungan.
Demi melawan eksistensi vampir listrik, dibutuhkan mantra-mantra kesadaran berenergi yang kuat. Nelayan-nelayan di Danau Zamrud menjadi salah satu contoh yang telah memanfaatkan energi berkelanjutan melalui solar panel serta memberlakukan kesadaran berenergi dengan berhemat pemakaian listrik.
Nah, pertanyaannya, sudahkah kamu melawan vampir listrik untuk keberlanjutan energi dan lingkungan? Jika belum, mari mulai bergerak bersama!
Sumber referensi : 1, 2, 3, 4, 5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H