Berdasarkan data dari Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) yang dikutip dari artikel Antara, jumlah gajah Sumatra saat ini berkisar 1600 hingga 2000 ekor. Beberapa diantaranya dilatih dengan berbagai tujuan. Salah duanya untuk aktivitas konservasi dan mitigasi konflik.
Gajah latih berperan menghalau gajah-gajah liar yang memasuki pemukiman penduduk menuju kembali ke dalam hutan. Rahman adalah salah satu gajah latih yang cerdas dan berharga bagi Indonesia di Taman Nasional Tesso Nilo.
Pada 11 januari 2024 lalu, Rahman ditemukan mati oleh mahoutnya yang bernama Jumadi. Jumadi mengatakan bahwa setiap kali hendak melatih atau memberikan Rahman makanan, ia selalu memanggil namanya dan rahman pun segera mendekati.
Namun, sudah berulang kali dipanggil oleh Jumadi, Rahman tak kunjung datang. Akhirnya, Jumadi berinisiatif mencari Rahman ke dalam hutan dan menemukan ia tergeletak lemas dengan satu gadingnya patah. Beberapa jam kemudian, Rahman pun dinyatakan mati.
Terkejut sekaligus sedih mendengar berita kematian Gajah Rahman. Meski saya berada nun jauh dari Taman Nasional tempat Rahman tinggal, namun rasa bangga atas dedikasi Rahman sebagai gajah latih begitu besar.
Beberapa kali, saya mengikuti aktivitas Rahman maupun gajah latih lainnya melalui media sosial BTN Tesso Nilo. Berita kematian Rahman ternyata juga membuat sedih para influencer, selebritis dan masyarakat umum. Beberapa postingan hingga komentar banjir menghiasi media sosial saya beberapa waktu lalu.
Selamat tinggal Rahman. Selamat tinggal gajah ramah nan cerdas yang mampu menjadi penengah konflik antara manusia dan gajah liar. Semoga, kematianmu menjadi yang terakhir dari gajah-gajah yang ada di Sumatera. Dan semoga, pembunuhmu bisa menerima sanksi berat.Â
Pesan saya untuk pemerintah dan lembaga terkait, sudah saatnya kita semua peduli kehidupan gajah dan menjaga keberadaan mereka melalui berbagai upaya konservasi. Tentunya pemberian hukuman berat bagi pembunuh gajah adalah kajian penting yang harus dibahas dan direalisasikan.
Salam lestari dari Nurul Mutiara R A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya