Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Andai Soal Pilihan Ganda Diganti Soal Uraian, Bagus Gak Sih?

11 Oktober 2023   20:05 Diperbarui: 16 Oktober 2023   15:01 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi siswa mengerjakan soal (Gambar: Pixabay)
Ilustrasi siswa mengerjakan soal (Gambar: Pixabay)

Berbeda bila menggunakan soal uraian. Guru pastinya akan mengoreksi satu per satu jawaban dari siswa. Belum lagi jika tulisan siswa kurang jelas. Itu akan semakin menyulitkan guru dalam membaca jawaban.

Berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan menggunakan soal pilihan ganda.

Kelebihan

  • Mudah untuk dikoreksi dan waktunya lebih cepat
  • Mudah dianalisis menggunakan komputer
  • Jawaban yang benar hanya satu
  • Siswa lebih mudah mengerjakan
  • Bisa dijawab dalam waktu singkat

Kelemahan

  • Terkadang siswa menjawab sesuai tebakan
  • Memungkinkan jawab spekulasi dengan hitung kancing
  • Jawaban bisa dicontek dengan mudah
  • Jawaban tidak sesuai dengan pemikiran siswa
  • Jawaban tidak mengasah nalar kritis
  • Hasil skor yang tinggi belum tentu dari kemampuan sebenarnya

Dari kelebihan dan kelemahan di atas kita bisa melihat bahwa soal pilihan ganda bisa lebih memangkas waktu dalam mengoreksi. Sebab, jawaban sudah pasti, tinggal pilih dalam bentuk A, B, C, D atau E. Pun jika dilakukan koreksi melalui komputer jadi lebih mudah. 

Coba bayangkan, bila soal uraian dipakai saat ujian, maka koreksi akan membutuhkan waktu lebih lama karena tiap siswa akan memiliki jawaban masing-masing. Belum lagi jika tulisan siswa sulit dibaca---kayak tulisan dokter misalnya---bakalan bikin puyeng.

Memang, niat Maudy itu sebenarnya baik. Ia berkeinginan mengembangkan nalar siswa agar bisa mengemukakan opini maupun pemikiran kritis dalam diri mereka. Hanya saja, pada kenyataannya, tenaga pendidik akan kesulitan dalam mengoreksi. 

Saya punya seorang teman yang bekerja sebagai guru di salah satu SMA. Dia mengatakan bahwa tugas guru sekarang ini semakin menantang. Selain guru harus mampu mendampingi siswa sesuai kurikulum yang berlaku, guru juga dituntut untuk berinovasi dalam mengajar. 

Sesuai dengan Perpres 21/2023, saat ini guru dituntut bekerja selama 37,5 jam dalam seminggu atau 6,25 jam perhari. Pantas jika teman saya sering double mengajar bersama guru lain di beberapa kelas. Tujuannya, agar ia bisa memenuhi jam minimum bekerja setiap harinya.

Ketika model assessment siswa dalam bentuk pilihan ganda diganti ke bentuk uraian atau open essay, guru harus bekerja lebih. Risiko kelelahan fisik, terutama pada organ mata menjadi ancaman nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun