“Pengalaman naik Commuter line dari Jogja ke Solo memang hanya satu kali saya lakukan, namun, justru momen satu kali itulah yang membuat saya berpikir, harusnya Commuter line juga ada di Kota Pekalongan!!!”
***
Tahun 2016 lalu adalah pengalaman naik kereta lagi setelah 25 tahun lamanya. Terakhir, saya naik Kereta Rel Diesel (KRD) saat masih usia balita. Tepatnya ketika kereta api belum tertata rapi seperti sekarang ini. Momen yang sudah sangat lama, bukan?
Hari itu, kereta yang saya tumpangi bernama Prameks (Prambanan Ekspres). Bukan kereta jarak jauh memang, melainkan kereta lokal Jogja yang akan mengantarkan saya dan sahabat, dari Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Kutoarjo.
Meski hanya 1 jam, sensasi selama perjalanan terasa sangat menyenangkan. Wajar, itu trip pertama saya mengunakan kereta bersama sahabat di kota rantau. Biasanya, saya selalu menggunakan motor bila bepergian.
Semenjak hari itu, saya menjadi berani dan ketagihan melakukan travel story menggunakan kereta, entah naik Prameks (jika jarak dekat) atau kereta jarak jauh. Terlebih, saya juga punya alasan tersendiri mengapa memilih si ular besi sebagai partner perjalanan.
Jika ada yang bertanya mengenai alasan sering naik kereta bila bepergian, jawaban saya sangat simpel. Saya pemabuk darat. Tiap naik mobil atau bus, pikiran saya selalu kacau. Kepala pening minta ampun dan perut terasa mual.
Tak heran, bila terpaksa harus naik mobil atau bus, saya akan meminum obat anti mabuk dan membawa kresek hitam. Tujuannya, untuk jaga-jaga bila merasa mual di tengah perjalanan.
Masa sih udah segede itu masih mabuk darat?
Bagi orang yang terbiasa melakukan perjalanan menggunakan mobil atau bus. Mungkin tak akan mengenal rasanya mabuk darat. Sebab, mereka sudah katam dengan aroma di dalam mobil sehingga tubuh sudah beradaptasi.
Namun bagi saya, mabuk darat itu pasti. Tiap melakukan perjalanan dengan mobil, butuh konsentrasi tinggi agar perut dan kepala tidak rewel. Padahal, saya sudah minum obat anti mabuk, tapi tetap saja tidak mempan. Hal inilah yang kemudian membuat saya lebih memilih naik kereta api.
Saya bahagia karena selama merantau di Kota Jogja, saya bisa memanfaatkan Prameks maupun kereta jarak jauh sebagai transportasi, termasuk saat tes CPNS pada tahun 2018 lalu ke Kota Purwokerto.
Pengalaman Naik Commuter Line Jogja-Solo, Bagaimana?
KAI Commuter Line Jogja-Solo mulai resmi dilaunching pada 10 Februari 2021 lalu. Saya masih ingat antusias teman-teman yang berada di Jogja kala mencobanya pertama kali. Mereka dengan bangga mengabadikan dan membagikannya di media sosial.
Sayang, waktu itu saya sudah pulang ke Pekalongan karena selesai wisuda sehingga tak berkesempatan mencobanya saat ia perdana dilaunching.
Meski demikian, saya berkesempatan naik KAI Commuter setahun kemudian, tepatnya Desember 2022 lalu ketika kondangan pernikahan ke rumah teman kuliah yang berada di Jogja.
Baiklah Temans, berikut ini merupakan testimoni ala saya tatkala naik KAI Commuter jurusan Jogja-Solo,
Keamanan Terjamin
Keamanan yang terjamin merupakan poin utama masyarakat percaya naik transportasi publik. Bila keamanan oke, orang tak akan merasa was-was dengan keselamatan. Bahkan anak kecil sekalipun bisa dengan tenang pergi sendirian dengan kereta, layaknya anak-anak di negara Jepang sana.
Menurut saya, naik kereta Commuter line Jogja-Solo punya tingkat keamanan yang bagus. Waktu itu memang tak banyak penumpang yang berjejal sehingga minim risiko kehilangan barang karena pencopet. Alhamdulillah, selama perjalanan pulang-pergi, baik saya, sahabat maupun barang-barang kami aman terkendali.
Kenyamanan Mantap
"Naik Commutter line, Emang boleh se-nyaman itu?"
Kenyamanan merupakan bagian penting dari transportasi publik. Semakin nyaman sebuah transportasi, semakin tinggi pula potensi ia akan dimanfaatkan oleh banyak orang. Begitu pun dengan Commuter line, ia ada untuk melayani masyarakat yang membutuhkan mobilitas cepat tanpa takut terjebak macet.
Nah, selama naik KAI Commuter Jogja-Solo, saya merasa sangat nyaman dan tenang. Mungkin karena penumpang yang naik tak sepadat KRL di Jakarta sana. Kebersihan di setiap sudut juga dijaga. Tak ada sampah-sampah terlihat di lantai atau tempat duduk.
Perlu dipahami bahwa Commutter line Jogja-Solo punya lay out tempat duduk seperti kereta Prameks yakni tempat duduk berada di masing-masing sisi.
Harga Murah Meriah
"Kalau ada transportasi yang murah meriah dan gak bikin kantong kering, kenapa gak dipilih?"
Sebagai kaum mendang-mending, menghemat uang adalah hal penting. Tak heran, bila ada transportasi dengan harga murah meriah, pasti bakal dipilih dan jadi primadona.
Berita baiknya, Commuter line merupakan trasnportasi publik dengan harga sangat terjangkau. Untuk jurusan Jogja-Solo saja, sekali jalan, per orang hanya membayar Rp 8000. Harganya masih sama seperti tiket kereta Prameks.
So, perjalanan pulang-pergi, saya hanya menghabiskan uang sebesar Rp 16.000. Beneran, itu harga yang affordable. Gak heran kalau di Manggarai sana, banyak orang berdesakan demi naik transportasi ini.
Untuk membeli tiket, kita bisa menggunakan kartu e-money atau KMT (Kartu Multi Trip) sehingga tinggal tap-tap saja dan bisa segera meluncur ke kota tujuan. BTW, waktu itu saya menggunakan kartu e-money, jadi pastikan di dalam kartu ada saldo yang cukup ya.
Nah, kalau gak punya saldo dan ingin top up, kita bisa melakukannya di stasiun atau melalui mesin ATM. Namun kalau belum punya e-money, kita bisa membeli KMT dengan harga Rp 30.000 dan minimal top up saldo sebesar Rp 10.000.
Cepat dan Anti Macet
Kelancaran menempuh perjalanan juga merupakan alasan kereta selalu jadi primadona. Dan ya, KAI Commuter menjadi salah satu transportasi publik yang sat-set mengantarkan penumpangsampai ke tujuan.
Dua alasan saya memilih naik Commuter dari Jogja menuju ke Stasiun Balapan karena cepat dan anti macet. Perjalanan kami hanya membutuhkan waktu 1 sampai 1,5 jam.
Bagi saya, itu momen yang sangat singkat mengingat sepanjang perjalanan saya isi dengan ngobrol. Tak berasa, tiba-tiba kami sudah sampai di Stasiun Balapan Solo.
***
Nah, itu dia beberapa testimoni yang bisa saya bagikan terkait pengalaman pertama naik KAI Commuter jurusan Jogja-Solo. Jujur, keberadaan KRL Jogja-Solo sangat membantu mobilitas masyarakat secara lokal karena harganya murah. Benefit lainnya, naik KRL tak membuat mabuk perjalanan.
Harusnya KAI Commuter Juga Ada di Pekalongan!
Beberapa waktu lalu, saya sempat menuliskan keresahan menyoal tidak adanya kereta lokal di Kota saya, Pekalongan.
Bila hendak pergi ke kota terdekat seperti Semarang, Tegal, Kendal, atau Pemalang misalnya, saya harus naik kereta jarak jauh yang melewati kota-kota tersebut.
Jujur, itu membuat saya--sebagai pecinta kereta--merasa sangat sedih. Padahal, kalau ada kereta lokal, saya yakin masyarakat akan terbantu. Apalagi, kereta jarak jauh memiliki harga yang mahal.
Kereta menuju Stasiun Semarang misalnya, paling murah berharga Rp 49.000. Itu pun hanya tersedia pada pukul 17.10 wib sehingga jika menuju Kota Semarang di luar jam tersebut, penumpang harus membayar biaya tiket minimal Rp 70.000.
Padahal waktu tempuh dari Kota Pekalongan ke Semarang sekitar 1 jam. Ini hampir sama seperti waktu tempuh Jogja ke Purworejo menggunakan Prameks seharga Rp 8000.
Dengan biaya yang cukup tinggi itu, tak banyak masyarakat yang memanfaatkan kereta sebagai transportasi publik. Bahkan, masih ada masyarakat yang belum pernah satu kali pun naik kereta, lho! Adik saya misalnya.
Maka dari itu, mengetahui bahwa di Kota Jogja ada kereta lokal berupa KAI Commuter, saya berharap itu juga ada di Pekalongan. Dengan begitu, penumpang yang punya perjalanan ke stasiun terdekat bisa memanfaatkan kereta lokal.
Harapan untuk KAI Commuter Line Kedepan
Akhir-akhir ini saya sering menemukan postingan di media sosial berkaitan dengan sesaknya stasiun Manggarai ketika jam masuk dan pulang kerja. Orang-orang terlihat berjejal memasuki Commuter line.
Tatkala ditanya alasan memilih naik Commuter, salah satu penumpang mengatakan bahwa moda transportasi tersebut paling murah dan bisa diandalkan karena anti macet. Dari sini, sudah bisa terlihat bahwa masyarakat mulai senang menggunakan Commuter sebagai transportasi pilihan.
Hanya saja, melihat berjejalnya penumpang KRL, membuat saya berpikir bahwa ketersediaannya di Kota Jakarta belum cukup sehingga jumlah unitnya perlu ditambah. Hal ini demi kenyamanan bersama. Terlebih KAI Commuter telah menjadi transportasi favorit kaum urban.
Saya membayangkan suatu hari nanti, kereta commuter bukan hanya dimanfaatkan oleh orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak kecil layaknya di Jepang sana. Bila itu terjadi, maka kenyamanan dan keamanan kereta di Indonesia sudah bisa diacungi 100 jempol.
Selain itu, semoga selanjutnya KAI Commuter juga tersedia sebagai kereta lokal di Kota Pekalongan. Dengan demikian, masyarakat yang tak pernah naik kereta (karena alasan biaya) bisa merasakannya karena keterjangkauan harga.
Beneran, seandainya KAI Commuter tersedia di Pekalongan, saya adalah orang pertama yang bersemangat mengajak adik untuk traveling tipis-tipis ke kota seperti Tegal, Semarang, Kendal, Pemalang dan lainnya. Semoga bisa terealisasi, meski membutuhkan waktu lama.
Salam hangat dari saya, Nurul Mutiara RA, pecinta transportasi Kereta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI