Tanpa kesadaran dan perlindungan yang benar, 20 atau 50 tahun lagi, danau ini mungkin saja dipenuhi oleh sampah-sampah plastik atau berubah wajah menjadi muram karena pembalakan liar. Jujur, sedih membayangkannya.
Lanjut. Setelah menjelajah sekitar 50 menit di atas Danau Besar, kapal yang saya tumpangi akhirnya berhenti di sebuah titik. Di sana ada beberapa bangunan dan 1 mushola kecil yang berada area rawa. Tempat tersebut sepertinya difungsikan sebagai lokasi istirahat para petugas dari BBKSDA saat berpatroli menjaga taman nasional.
Di sanalah kami akan beristirahat nantinya. Membaur dengan alam tanpa gadget dan juga sinyal. Asal tahu saja, saat memasuki Taman Nasional Danau Zamrud, itu artinya tak ada lagi notifikasi yang bisa masuk ke ponsel.
Dan inilah pemandangan yang tidak saya duga sebelumnya. Semburat cahaya matahari berwarna orange terlihat begitu indah. Senja berbinar di atas surau kecil di lokasi kami berhenti.
Meski terbiasa melihat dan menangkap momen senja melalui kamera ponsel, namun kali itu sangat spesial untuk saya. Senja itu berada di atas Danau Zamrud, sebuah tempat dimana badan ini tak pernah membayangkan bisa menjejak di atasnya.
Saya bahagia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menyusuri taman nasional ini selama dua hari. Keindahan dan keasrian hutan yang menyelimutinya, membuat saya sadar bahwa tempat ini haruslah dijaga secara benar, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Semoga dikemudian hari, saya bisa melakukan trip kembali dan memotret lebih banyak lagi sudut-sudut indahnya. Kemudian, menuliskannya dalam bentuk travel story melalui blog atau media sosial. Tentu saja masih dengan keasrian alam yang sama.Â