Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Suara Kemrincing Kereta Kuda di Waktu Banjir

30 Oktober 2021   13:17 Diperbarui: 1 November 2021   01:00 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita mistis memang selalu menarik untuk jadi pembahasan bagi siapapun yang penasaran. Bahkan, bila dicermati, setiap orang yang membagikan kisah mistis akan mendapatkan atensi lebih. Entah melalui love, komen maupun page view yang tinggi

Nah, berkenaan dengan pengalaman mistis, aku juga memilikinya. Memang, aku bukanlah anak indigo yang 'katanya' peka pada hal-hal berbau gaib. Namun karena waktu itu mungkin lagi gak beruntung, akhirnya aku dan ibu mengalami situasi yang ganjil. 

***

Kala itu, sudah 2 hari Pekalongan hujan deras yang membuat kota ini terendam banjir dengan ketinggian mencapai lutut. Pada kondisi demikian, tak banyak orang keluar rumah untuk keluyuran. Tentu alasannya supaya tidak basah dan kedinginan.

Malam itu, aku tengah menonton film barat bersama ibu. Kalau gak salah sekitar jam 2 malam. Ketika sedang seru-serunya, tiba-tiba terdengar suara kemrincing kereta kuda bersamaan bunyi kecipuk air di depan rumah. Takut itu maling atau orang jahat, aku dan ibu berinisiatif menengoknya. 

Memakai senter berukuran cukup besar, kami mulai menyorot tiap sudut datangnya suara. Nothing! Tak ada gerakan sama sekali, dan suara kemrincing tersebut juga lenyap tanpa bekas. 

Kami pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah sembari mengecek pintu dan jendela, takut ada yang belum terkunci. Ternyata aman. Semua jendela hingga pintu sudah terkunci rapat.

Sekitar 15 menit kemudian, aku dan ibu mulai menonton TV kembali. Kebetulan kala itu bapak memang dinas malam dan saudaraku lainnya sudah tidur begitu nyenyak.

Tiba-tiba suara kemrincing itu datang lagi, tapi kali ini tak bersamaan dengan bunyi kecipuk air. Suara itu terdengar dari atap rumah lalu berpindah lagi ke samping rumah. Karena merasa ada yang tak beres, ibu dan aku mulai saling pandang.

Untuk menenangkan diri, ibu cuma bilang kalau itu mungkin tetangga yang tengah memasak atau orang lewat sehingga memunculkan bunyi kemrincing. Kebetulan rumah yang aku tempati dulu, memang berada di paling ujung jalan buntu sehingga sering ada orang kecele ingin lewat, ternyata tak ada jalan tembusan.

Tapi, mana mungkin! Kami sejak pertama mendengar suara tersebut sudah mengecek dan tak menemukan apapun. Kondisi di luar rumah sunyi senyap. Aku tahu ibu sebenarnya sedang menutupi supaya aku tak takut. Tapi ya namanya penakut, pasti pikiran tetap kemana-mana.

Sekitar 1 jam aku dan ibu mendengarkan suara kemrincing itu berputar-putar di area rumah. Mulutku hanya komat-kamit berdoa, meminta perlindungan dari Tuhan agar kami sekeluarga dijauhkan dari hal-hal buruk. 

Alhamdulillah, setelah beberapa waktu berlalu, suara itu pun hilang perlahan bersamaan dengan suara orang mengaji yang terdengar sayup-sayup. Aku yang awalnya ketakutan mulai berangsur lega karena subuh mulai datang. 

Aku percaya, Tuhan masih melindungi keluargaku sehingga tak ada kekurangan apapun setelah kejadian malam itu. Bahkan, aku tak pernah mendengar atau mengalami hal-hal aneh lagi.

Siapa tahu ada yang bertanya, mungkin itu suara lonceng kucing atau tetangga yang sedang beraktivitas, Ra? Well, sebenarnya aku juga awalnya berpikir demikian. Tapi setelah ibuku bertanya ke tetangga dekat menyoal kucing dan aktivitas malam hari, tetangga bilang tidak ada. Di sekitaran rumahku pun tak ada yang memelihara kucing.

Banjir kala itu cukup tinggi disertai udara yang sangat dingin. Gak heran bila para tetangga memilih tidak beraktivitas apa-apa. Masing-masing dari mereka mengaku terlelap tidur.

Kuakui, aku merasa bahwa itu memang bukan manusia. Alasannya? Suara kemrincing itu tidak hanya terdengar di halaman atau samping rumah, tetapi juga di atap. Suaranya berpindah-pindah secara cepat, seolah terbang. Bagi yang kepo, suaranya persis seperti delman yang sedang mengantar penumpang di kampung-kampung.

Ilustrasi Kereta kuda/Delman di kampung (Dok.Pri)
Ilustrasi Kereta kuda/Delman di kampung (Dok.Pri)

Ya, itu dia pengalaman mistis yang pernah membuatku tak bisa tidur semalaman. Mungkin  bagi pembaca, pengalaman ini tak cukup menyeramkan. Tetapi bagiku yang kala itu masih bocah. Suara itu benar-benar membuat aku tak bisa tertidur pulas.

Sejak masih kecil aku memang penakut. Hal itu terjadi karena ibuku beberapa kali menceritakan pengalamannya saat melihat "sesuatu". Biasanya, ibuku bercerita pada bapak. Tapi karena aku berada di samping mereka, otomatis aku mendengarkan.

Apalagi, zaman dulu ada tayangan televisi yang menyajikan cerita-cerita mistis dalam bentuk ilustrasi pendek. Judulnya kalau gak salah "Kismis" atau Kisah-kisah seputar misteri.

Kontan, adanya tayangan semacam itu membuat mimpi buruk bukan hanya padaku, tetapi juga saudara-saudaraku. Aku dan lainnya bahkan sering minta diantar ke kamar mandi saking penakutnya. Padahal, kamar mandi bersebelahan dengan ruang keluarga yang notabene ramai.

Menyoal ibuku yang kemungkinan peka pada hal semacam itu, ya, bisa jadi demikian. Sebab sampai sekarang pun beliau kerap bercerita pernah merasakan atau melihat ini dan itu. Hanya saja, sekarang aku sudah terbiasa. Aku menganggap bahwa 'mereka yang tak terlihat' memang ada. Mereka juga makhluk Tuhan. 

Jujur, aku sudah tak terlalu ambil pusing pada hal-hal semacam itu. Bahkan, sekarang aku stay di rumah, yang kata orang, banyak hantunya. Aku cuma  percaya, selagi gak jahat atau usil, mereka juga gak akan mengganggu. Apalagi kita kan punya Tuhan yang akan selalu menjaga serta melindungi. 

Setiap kali perasaan tak enak muncul, aku selalu berdoa pada-Nya. Aku meminta dijauhkan dari segala hal buruk dan kejahatan makhluk-Nya. Alhamdulillah, sampai sekarang aku dan keluarga merasa aman-aman saja.

Well, poin dari cerita ini, makhluk gaib itu memang ada, mereka berada di antara kita. So, kita hanya perlu behave dan tak mengganggu satu sama lain. Itu saja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun