Masuknya Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark tentu bukan tanpa alasan. Tempat tersebut memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal, khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati.Â
Berangkat dari pengakuan itu, membuat pemerintah harus "Gercep" melakukan inovasi bagi pengembangan pariwisata di wilayah Kaldera Toba. Termasuk mengarahkan DSP Toba menjadi industri Mice (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) berkelas internasional.
Nah, dalam mengembangkan Toba sebagai destinasi wisata dan Mice berkelas internasional, ada 3 aspek yang perlu di perhatikan yakni atraksi, amenitas dan aksesibilitas.
Untuk atraksi--ya--Toba telah memiliki berbagai keunggulan yang bisa ditawarkan kepada para pengunjung. Misalnya, wisata religi, wisata budaya, wisata kuliner hingga wisata alam yang mengusung "Nomadic Escape".
Untuk amenitas, keramahan masyarakat, ketersediaan fasilitas hingga pemandu yang berkualitas menambah deret panjang kenyamanan yang bisa diberikan wisatawan ketika menjejak ke Kaldera Toba.
Untuk aksesibilitas, kaldera Toba termasuk tempat yang mudah dijangkau oleh siapapun karena dekat dengan Bandara Silangit yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam menggunakan Damri atau transportasi berbasis daring.
Besarnya peluang emas tersebut, membuat Mice di Indonesia Aja menjadi hal yang kerap digaungkan oleh beberapa pihak. Memang, Indonesia masih berada di peringkat 17 untuk industri ini. Namun, melihat besarnya potensi warisan Tuhan yang dimiliki Indonesia, membuat pengembangan 3 aspek (Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas) dalam sektor pariwisata perlu diseriusi.
Kesimpulan
Warisan adalah harta berharga yang akan dilungsurkan secara turun temurun ke anak cucu. Dari warisan itulah generasi-generasi muda menjadi kenal produk-produk budaya di masa lalu. Dengan demikian, sudah seharusnya warisan itu diolah sedemikian rupa sehingga bisa diterima dengan penuh rasa bangga.