Toba terkejut bukan main. Tak biasanya ada badai yang begitu besar secara tiba-tiba. Lalu, ia teringat perjanjian dengan istrinya. Sebelum menikah, ia pernah berjanji bahwa tak akan mengatakan ke siapapun mengenai wujud awal dan asal usul sang istri.Â
Tak berapa lama, air bah datang, menggulung tiap hal yang dilalui termasuk Toba. Andai Toba mampu bersabar, andai ia menepati janjinya, mungkin langit masih membiru dengan cerahnya. Namun kenyataannya berbeda. Ia harus rela menyatu bersama air bah yang muncul karena emosinya.Â
Sementara itu, sang ibu yang tahu rahasianya terbongkar segera menyuruh Samosir pergi ke atas bukit. Tatkala banjir mulai datang, sang ibu berubah wujud menjadi ikan. Ia kemudian lenyap bersamaan dengan air yang menggulung desa itu.Â
Bagaimana nasib Samosir? Lama tak ada orang yang bersua menemuinya, Samosir kemudian rubuh, tubuhnya menyatu bersama bukit tempatnya berpijak. Samosir akhirnya terlelap bersama alam, menemani ayah dan Ibunya dalam bentuk gugusan pulau di atas danau.Â
***
Demikianlah legenda yang menaungi lahirnya Danau Toba—destinasi wisata ciamik yang terletak di Provinsi Sumatra Utara. Setiap tempat biasanya akan menyimpan sajian kisah yang diwariskan secara turun temurun. Kisah-kisah tersebut akan menjadi pemantik imajinasi hingga daya tarik bagi setiap orang yang mendengar atau membacanya.
Pertama kali mendengar kisah tentang Danau Toba adalah ketika aku masih berusia 7 tahun. Kala itu, bapak—yang memiliki hobi membuat kliping tentang folklore—selalu menceritakan berbagai cerita rakyat sebelum aku tertidur. Bapak bercerita dengan berapi-api. Tangan bergerak kesana-kemari, seolah tengah menjadi dalang dalam sebuah pentas wayang.Â
Dari cerita pengantar tidur itulah aku mengenal nama Toba dan Samosir. Layaknya bocah, dengan polosnya aku pernah berimajinasi membangunkan Samosir atau berpura-pura memancing agar bertemu dengan si perempuan ikan.Â
Ah, kadang lucu tiap kali mengingat pemikiran itu. Meski demikian, justru karena storynomics itulah aku jadi bernafsu untuk menjejak ke Sumatra Utara. Bersua dengan Samosir yang hingga kini masih rebah dalam mimpi panjangnya.
Setelah beranjak dewasa, aku mengenal Toba bukan hanya sebagai tokoh utama dalam folklore, tetapi juga nama dari sebuah Danau yang menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP Toba) karena memiliki keindahan alam, keanekaragaman hayati, kuliner dan produk budaya yang mengagumkan.Â