Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sound of Borobudur: Ketika Musik Menghubungkan Manusia dan Dunia

6 Juli 2021   21:53 Diperbarui: 8 Juli 2021   19:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan beberapa musisi, termasuk Ivan Nestorman di belakang saya (Foto oleh Ratih)

Bagi wisatawan awam, menganggap Candi Borobudur sebagai spot berfoto memang sah-sah saja. Apalagi tempat tersebut masuk menjadi destinasi super prioritas yang berarti diunggulkan untuk tujuan wisata turis lokal maupun mancanegara. 

Kalau dipikir, wajar bila wisatawan lokal tak memahami sisi lain yang tersemat dalam diri Candi Borobudur. Literasi mengenai Borobudur atau relief-relief yang terpahat pada dindingnya memang belumlah kuat dibahas.

Tidak banyak buku-buku pelajaran yang mengudar Borobudur dari perspektif lebih intens. Misalnya mengkritisi bahan makanan, binatang-binatang, pepohonan atau alat-alat musik pada relief yang tertatah. Padahal, bisa jadi kala itu Borobudur pusat musik dunia yang selalu didatangi bangsa-bangsa lain.

Selama 2 dekade lebih hidup di dunia, saya bahkan baru tersadar bahwa Borobudur menyimpan relief yang menggambarkan beberapa alat musik yang bila dihitung jumlahnya mencapai 200 lebih dengan berbagai jenis penggunaan, entah ditiup, petik, dan pukul.

Luar biasanya, beberapa relief alat musik tersebut berhasil dihidupkan oleh  Trie Utami, Purwacaraka, Dewa Budjana, dan musisi hebat lainnya melewati perjalanan senyap dan kosong. Syahdan, alat-alat musik yang telah hidup itu kemudian dimainkan secara cantik pada International Conference Sound of Borobudur, 24 Juni 2021 lalu.

Editan pribadi
Editan pribadi

Mengusung tema Music Over Nations : Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa melalui musik, acara dibuka oleh Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Yang kemudian dilanjutkan oleh Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah, Purwacaraka selaku Ketua dari Yayasan Padma Sada Svargantara, Addie MS selaku pendiri Twilite Orchestra dan Tantowi Yahya selaku Duta Besar LBBP RI.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dari konferensi internasional ini terbentuk diskusi hangat tentang merangkai kembali hubungan antar bangsa lewat alat musik yang tertatah di relief Candi Borobudur serta membicarakan potensi Sound of Borobudur sebagai sound destination, cara baru menikmati wisata yang mengedepankan cipta, rasa dan karsa lewat alunan musik.

Konferensi Internasional Sound of Borobudur menghadirkan tamu dari berbagai latar belakang. Ada akademisi, praktisi, musisi, etnomusikologi, birokrat, perwakilan dari UNESCO dan para jurnalis maupun bloger melalui kanal luring hingga daring. Untuk hadirin yang berada di negara lain, tetap bisa menyaksikan kehadiran event ini melalui aplikasi zoom hingga kanal youtube.

Penghelatan ini tentu tak bisa dikatakan berskala internasional tanpa sentuhan negara lain. Yap, ada penampilan 11 musisi dari 9 negara memainkan alat-alat musik yang tertatah di Candi. Mereka berkolaborasi apik untuk membunyikan komposisi musik Sound of Borobudur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun