Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bila Orangtua Toksik, ke Mana Anak Harus Kembali?

10 Maret 2021   18:06 Diperbarui: 16 Maret 2021   11:17 2863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Pixabay

Menyalahkan anak dan memberi kritik berlebih

Dalam rumah tangga pastinya ada masalah-masalah yang selalu mendera. Ketika masalah memunculkan konflik di keluarga, orangtua toksik cenderung mencari sasaran pelampiasan yakni anak. Anak yang sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali dengan pertengkaran justru disalahkan.

Misalnya muncul kalimat "Mama, menyesal punya anak kayak kamu, gak berguna sama sekali?!!" atau "Biaya bulanan kita membengkak banget sih Ma, pasti gegara biaya sekolah si Anton!!!"

Egois dan Kurang empati

Orangtua toksik memiliki sikap kasar dan mementingkan diri sendiri. Apapun yang mereka miliki tak sudi untuk dibagikan kepada anak karena tak ada belas kasih. Hah, emang ada orangtua seperti itu? Ada. Saya adalah anak yang memiliki ibu dengan karakter demikian, lebih mementingkan diri sendiri daripada anaknya.

Setiap berbelanja pakaian, makanan atau barang-barang, ibu selalu menyimpannya untuk pribadi. Tak pernah mau membaginya. Berbeda dengan bapak yang mau membagi banyak hal. Saya dan saudara biasanya membeli barang dari uang pemberian bapak atau simbah. Sebuah realita yang kadang sulit dipahami, bukan?

Reaktif secara emosional dan dramatis

Orangtua toksik dalam menanggapi sesuatu akan memiliki reaksi berlebihan padahal untuk masalah sepele. Misalkan salah meletakkan sesuatu, mereka akan memunculkan kemarahan yang tak wajar beserta kata-kata makian kasar nan mengerikan. 

Suka mengontrol

Orangtua toksik sangat suka mengontrol penuh tindakan anak-anak mereka. Akibatnya, anak jadi tak mampu mengambil keputusan sendiri karena terbebani dengan larangan atau perizinan dari orangtua. Padahal yang dilakukan anak bersifat positif. 

Contohnya, melarang ikut kegiatan ekstrakurikuler karena dianggap tak berguna serta membuang uang. Percaya atau tidak, ibu saya pernah mengatakannya sehingga selama sekolah, saya tak pernah mengikuti kegiatan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun