“Permisi. Pakeeeeet’
“Iya Mas, pripun?”
“Ini Pak, ada paket buat Bapak Joko?”
“Oh nggih Mas, tapi kulo mboten pernah pesen barang e Mas?
“Oh gitu ya Pak, alamatnya tapi ini bener kan Pak”
“Leres Mas, memang disini”
“Yaudah Pak, diambil saja. Nanti biar saya hubungi pemilik nomor yang kirim”
“Oh nggih Mas, Matur nuwun”
Demikianlah dialog yang aku dengar setelah seseorang meneriakkan kata “Pakeeeet” di halaman rumah. Sebuah kata sederhana yang bisa membahagiakan hampir tiap orang yang mendengarnya, bukan?
Setelah kuintip dari balik korden, tampak Kang Kurir mengenakan jaket merah bertuliskan JNE, berjalan membelakangi bapak menuju motor. Sesekali, Kang Kurir menatap ponselnya sembari mengetik-ngetik sesuatu. Mungkin, ia tengah melapor bahwa amanah yang ia bawa sudah touch down secara sempurna.