“Permisi. Pakeeeeet’
“Iya Mas, pripun?”
“Ini Pak, ada paket buat Bapak Joko?”
“Oh nggih Mas, tapi kulo mboten pernah pesen barang e Mas?
“Oh gitu ya Pak, alamatnya tapi ini bener kan Pak”
“Leres Mas, memang disini”
“Yaudah Pak, diambil saja. Nanti biar saya hubungi pemilik nomor yang kirim”
“Oh nggih Mas, Matur nuwun”
Demikianlah dialog yang aku dengar setelah seseorang meneriakkan kata “Pakeeeet” di halaman rumah. Sebuah kata sederhana yang bisa membahagiakan hampir tiap orang yang mendengarnya, bukan?
Setelah kuintip dari balik korden, tampak Kang Kurir mengenakan jaket merah bertuliskan JNE, berjalan membelakangi bapak menuju motor. Sesekali, Kang Kurir menatap ponselnya sembari mengetik-ngetik sesuatu. Mungkin, ia tengah melapor bahwa amanah yang ia bawa sudah touch down secara sempurna.
Hari itu, bapak mendapat sebuah kiriman misterius. Paket yang tak pernah beliau pesan sebelumnya. Nampak, amplop coklat berlapis plastik dengan tulisan JNE tergeletak di atas meja. Raut wajah bapak terlihat bingung. Saking bingungnya, beliau bahkan tak berani membuka isi paket karena takut itu salah kirim. Padahal, sudah jelas nama dan alamat rumah telah sesuai.
Beberapa waktu kemudian, aku mulai menjelaskan bahwa paket tersebut memang ditujukan untuk bapak. Ya, itu merupakan hadiah dariku dan mbak untuk merayakan ulang tahun beliau yang ke-51.
Mendengar penjelasan tersebut, bapak tersenyum lega. Selanjutnya, beliau mulai unboxing kejutan sederhana itu dengan wajah sumringah. Sekitar 2 menit berlalu, terlihat sebungkus Kopi Gayo dan kaos bertuliskan “Ceritain Kopi Indonesia” muncul dari amplop coklat berlapis bubble wrap.
Aku sengaja memilih kopi untuk hadiah bapak. Sebab, beliau memang sangat menyukai kopi. Dari kopi warung sachet-an seharga Rp 1000 hingga kopi premium yang dijual di supermarket dengan harga Rp 35.000 pernah dicoba oleh beliau. Biasanya, setiap pagi sebelum berangkat kerja, satu cangkir kopi hangat sudah rapi tergeletak di atas meja.
Meski demikian, bapak belum pernah mencicipi kopi-kopi nusantara, kopi yang dihasilkan dari tanah-tanah subur Indonesia mulai Sabang hingga Merauke. Konon katanya, tiap wilayah akan menghasilkan kopi dengan cita rasa yang berbeda-beda. Semua perbedaan itu dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis tanah, ketinggian, suhu dan proses pasca panen.
Sangat disayangkan bila keunikan rasa yang tercipta dari kopi-kopi itu tak pernah dirasakan bapak melalui cangkirnya. Paling tidak, aku ingin beliau mencicipi satu jenis kopi unggulan Indonesia. Nah, dari semua kopi yang ada, aku memilih Kopi Gayo. Ada cerita khusus mengapa aku memilih itu sebagai kado istimewa untuk bapak.
Sepuluh tahun lalu, tepatnya ketika aku dan keluarga sedang menonton televisi, bapak pernah nyeletuk soal rasa penasaran beliau pada kenikmatan Kopi Gayo. Usut punya usut, ternyata bapak melihat berita mengenai Kopi Gayo yang masuk sebagai The Best No 1 pada International Conference on Coffee Science di Bali.
Ah, masih lekat dalam ingatan, celetukan bapak yang berapi-api itu. Beliau terlihat bersemangat ketika bicara mengenai Kopi Gayo kebanggaan masyarakat Aceh Tengah. Meski demikian, celetukan bapak belum pernah terwujud. Ya mau bagaimana? Kala itu, tak ada penjual Kopi Gayo di Pekalongan. Pun jika harus membeli ke luar kota, kami belum tahu tempat membeli dan harganya. Tentu itu cukup merepotkan.
Nah, berbekal cerita masa lalu itulah aku berinisiatif memberi bapak hadiah Kopi Gayo—kopi yang pernah diimpikan—melalui marketplace. Tinggal bermodalkan smartphone di tangan, Kopi Gayo pun bisa segera touch down ke Pekalongan.
Kembali ke cerita unboxing paket. Jujur, pertama kali membuka kardus coklat berbungkus bubble wrap, ekspresi bapak sangat bahagia. Terlihat semburat senyum merekah begitu indah di wajah beliau. Melihat pemandangan itu, tentu aku dan setiap orang ikut menikmati atmosfer bahagia yang tercipta.
“Barakallah Pak, ini hadiah sederhana dari Tiara dan Mbak, semoga Bapak suka nggih?”
“Matur nuwun Nduk, sudah beliin bapak Kopi Gayo dan kaosnya”
Kopi Gayo dan Dunia Ekspedisi
Kopi Gayo merupakan komoditas unggulan masyarakat Aceh, terkhusus wilayah Gayo atau Aceh Tengah. Tak tanggung-tanggung, ia masuk sebagai produk arabika berkualitas ekspor dengan nilai penjualan hampir sama dengan Kopi Blue Mountain asal Jamaika. Dengan demikian, tidak heran rasanya bila popularitas kopi ini mampu membuat siapapun penasaran untuk mencicipinya.
Konon katanya, kopi ini bisa membuat penikmatnya kecanduan untuk selalu mereguknya. Diakui, Kopi Gayo memiliki cita rasa gurih, beraroma kuat serta low Acid. Pantaslah bila produknya masih dijual dengan harga yang cukup tinggi. Sebab, selain rasanya yang lezat, kopi Gayo juga ramah di perut.
Aku bersyukur, di perayaan ulang tahun bapak beberapa waktu lalu, aku bisa menghadiahkan Kopi Gayo. Paling tidak, itu bisa menghilangkan rasa penasaran beliau selama 10 tahun belakangan. Nah, bicara soal Kopi Gayo, gembira hati ini karena diberi kemudahan untuk membelinya. Ya, aku bicara soal perubahan zaman.
Tak seperti 10 tahun lalu, zaman digital saat ini telah membantuku merealisasikan barang impian apapun via online. Berkembangnya ponsel pintar, marketplace, sistem pembayaran online hingga jasa ekspedisi membuatku tak perlu bersusah payah ke daerah lain demi sebuah produk impian.
Bayangkan bila marketplace dan jasa ekspedisi layaknya JNE tak pernah ada di bumi ini. Mungkin saja untuk menghadirkan secangkir Kopi Gayo, aku harus rela berkelana ke kota lain. Padahal, tahun 2020 ini kita tengah menghadapi pagebluk bernama Covid-19. Sungguh, aku berterima kasih pada JNE yang berhasil membawa hadiah misterius untuk bapak.
Kopi Gayo dan 3 Racik Kebahagiaan
Tak ada yang mengira jika tahun 2020 akan penuh tantangan. Sebuah virus bernama Covid-19 telah menghantam seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pandemi ini mengubah hampir setiap bidang kehidupan, entah itu ekonomi, teknologi, sosial, budaya bahkan kesehatan.
Saat ini, tiap orang tengah dirundung rasa khawatir dan duka mendalam. Namun demikian, pandemi juga mengajarkan setiap orang arti mencintai, berbagi dan menyantuni. Bila awalnya kita kurang peduli sekitar karena sibuknya aktivitas. Kita kemudian sadar bahwa kepeduliaan dan kebersamaan adalah sumber bahagia.
Sebenarnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berbagi kebahagiaan. Salah satunya pelayanan terbaik dari PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) kepada setiap orang. Mengusung tagline "Connecting Happiness" JNE hendak membuktikan pada dunia bahwa berbagi itu tak mengenal limitasi.
Sebagai penyedia jasa ekspedisi dan logistik yang telah berkiprah selama 30 tahun, JNE memiliki sumbangsih penting dalam mengantarkan paket-paket impian milik pelanggan dan ribuan ton paket kesehatan hingga donasi kepada yang membutuhkan.
Kopi Gayo milik bapak adalah satu contoh paket impian yang telah JNE antarkan untuk kami, pelanggan setianya. Mungkin kamu tak sadar, bahwa dalam Kopi Gayo itu sebenarnya terkandung 3 racik kebahagiaan yang tak terkira. Apa saja 3 kebahagiaan itu?
Kebahagiaan Bapak (Pelanggan)
Sepuluh tahun lalu, mencicipi Kopi Gayo bukanlah hal yang mudah. Tak heran, ketika pertama kali paket Kopi Gayo plus kaos pemberianku touch down ke rumah, beliau begitu terkejut.
Mungkin tak banyak orang menyadari bahwa melalui 1 regukan kopi tersebut, ada rasa bahagia yang terbentuk meski bapak tak pernah mengungkapkannya. Namun, melalui senyuman dan rasa terima kasih yang beliau ucapkan, aku bisa menilai bahwa bapak begitu gembira.
Tentu, di ulang tahun beliau yang ke 51, aku bersukur bahwa JNE mampu mewujudkan keinginan bapak, mengantarkan Kopi Gayo, salah satu kopi unggulan yang berasal dari wilayah paling barat Indonesia ke Kota Pekalongan.
Kebahagiaan petani dan UMKM Lokal
Memasuki era digital dimana e-commerce dan gadget menjadi begitu penting. Para pemilik UMKM berusaha menjual produk-produk lokal mereka lewat internet. Ketika kita mau membeli 1 produk UMKM saja, itu bisa menjadi sumber rezeki dan bahagia yang tak terkira bagi mereka.
Satu bungkus kopi Gayo yang kubeli misalnya, mungkin terlihat biasa saja. Namun bila ditelisik, di dalamnya ada kerja-kerja luar biasa yang tak pernah dipikirkan.
Kamu tahu kerja siapa saja? Kerja para petani kopi, para pengolah kopi, pembuat packaging, pemilik UMKM hingga Kang Kurir yang mengirimkan produk ke konsumen. Itu baru satu bungkus saja. Bagaimana jika seperempat masyarakat Indonesia membeli Kopi Gayo atau produk lainnya?
Tentu, ada banyak pihak yang tertolong secara ekonomi melalui pembelian yang kita lakukan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini dimana pendapatan masyarakat banyak yang menurun.
Kebahagiaan bagi Ksatria dan Srikandi JNE
Selama pandemi ini melanda, setiap kegiatan dilakukan masyarakat di dalam rumah. Maklum, itu dilakukan demi menghindari penularan virus.
Meski begitu, nyatanya masih ada sosok-sosok berjasa yang tetap bekerja tanpa libur demi membagikan kebahagiaan bagi orang lain. Merekalah Ksatria dan Srikandi JNE.
Bagi Ksatria dan Srikandi JNE, mengantar paket adalah amanah sekaligus rezeki. Tentu, walaupun hanya mengantarkan 1 bungkus Kopi Gayo ke Pekalongan, itu merupakan bentuk profesionalitas kerja dan kebahagiaan karena bisa mendapat rezeki untuk menafkahi keluarga.
***
Itu dia sepenggal kisah bahagia mengenai paket misterius berisi Kopi Gayo untuk bapak. Sederhana bukan? Setiap orang tentu memiliki racikan kisah lainnya tentang mewujudkan bahagia untuk diri sendiri maupun orang lain. Nah, bagaimana cerita berbagi kebahagiaan ala kamu? Yuk sharing! Siapa tahu ceritamu bisa membangkitkan vibe positif untuk siapapun yang membacanya. Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H