Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Ibu yang Keras, Aku Belajar Menjadi Calon Ibu yang Lembut

6 Desember 2020   23:01 Diperbarui: 6 Desember 2020   23:38 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku (tengah) bersama adik-adikku tersayang.

Baik atau buruknya ibu yang telah membesarkanku, paling tidak memberi pelajaran berharga. Aku tak mau menjadi sosok keras dan emosional seperti beliau. Semua keputusan menjadi sosok ibu yang seperti apa kelak, berada di tanganku.

Layaknya keputusan yang diambil oleh Chris dalam film Pursuit of Happyness, aku juga telah berjanji pada diriku sendiri untuk belajar bersikap kontradiktif dari semua karakter buruk yang dimiliki ibuku. Ya, hal itulah yang menjadikan aku begitu menyayangi adik-adikku. Melalui mereka, aku belajar menjadi sosok kakak sekaligus calon ibu yang lembut bagi anak-anakku kelak.

Aku (tengah) bersama adik-adikku tersayang.
Aku (tengah) bersama adik-adikku tersayang.

Sifat keras dan ego tinggi yang ibuku miliki pernah membuatku luka. Namun bukan berarti dari beliau aku tak bisa belajar. Justru aku menjadi sosok yang berusaha lembut melalui perkataan hingga tindakan.

Aku selalu me-minimalisir pertikaian agar keadaan di rumah bisa lebih baik. Ibuku saat ini masih tak beranjak dari sifat kerasnya, namun bagiku dan yang lain, itu bukan lagi hal harus dirisaukan. Kami sama-sama telah belajar menerima dan mengikhlaskan takdir yang Tuhan berikan.

Ibu sekolah pertamaku. Ya, semua kalimat itu benar. Meski aku tak belajar melalui sosok ibu yang sering diceritakan banyak orang. Namun aku belajar melalui sisi lain dari ibu. Seperti apapun, beliau adalah orang yang telah melahirkan dan merawatku hingga aku bisa seperti sekarang ini.

Pembelajaran paling penting, ibuku yang berkarakter keras telah membawa alam bawah sadarku untuk berbenah, mewujud menjadi sosok yang lembut dan mampu menjadi partner terbaik untuk semua adikku. Dan tentu saja, karakter ini akan kuberikan pada anak-anakku kelak.

Untukmu yang memiliki ibu dengan karakter keras atau jauh dari harapanmu, percayalah, itu akan membuatmu belajar dewasa dan mengenal arti hidup. Satu hal, putus mata rantai sifat buruknya dan tumbuhkan karakter baik yang dimulai dari dirimu sendiri. Sebab, jika bukan kita yang mulai membentuk karakter baik, siapa lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun