Demi mengimbangi kondisi yang disebut, Bank Indonesia membuat kebijakan Makroprudensial yang bersifat Procyclical (saat ekonomi turun) dan countercyclical (saat ekonomi naik).
Makroprudensial sendiri diambil dari kata makro yang berarti besar dan prudent yang berarti hati-hati. Dari kedua makna kata yang muncul kita bisa mengambil simpulan bahwa itu merupakan kebijakan besar yang dibuat dengan penuh pertimbangan matang.
Menurut Ibu Ita Rulina arti makroprudensial itu ibarat hutan dan mikroprudensial itu ibarat pohon-pohon yang ada di hutan tersebut. Lalu, Bank Indonesia merupakan lembaga yang bertugas merawat hutan agar selalu sehat.
Apabila dikaitkan dengan kondisi perekonomian dan keuangan saat pandemi, kebijakan makroprudensial penting diterapkan untuk menjaga ekonomi dan keuangan tetap stabil.
Kebijakan Makroprudensial bersifat menyesuaikan kondisi ekonomi negara. Tatkala ekonomi sedang naik, kebijakan ini akan memperketat LTV (Loan to value) pada KPR sehingga Bank maupun debitur tak sembarangan memberi atau mengajukan kredit. Sebaliknya, bila keadaan ekonomi tengah lesu kebijakan Makroprudensial berfungsi melonggarkan LTV.
Pandemi Covid-19 telah mengguncang lebih dari 200 negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Hampir tiap bidang terkena imbas keganasan efek virus ini. Menyuplik informasi dari Merdeka.com, ada 6 sektor yang paling merasa sakit ketika Covid-19 melanda. Keenam sektor diantaranya pariwisata, manufaktur, ekonomi dan keuangan, transportasi, sosial dan pangan.
Chiko Jericho yang juga menjadi narasumber mengatakan bahwa Covid-19 telah mempengaruhi usaha “Filosofi Kopi” miliknya. Pendapatannya berkurang 90 persen seiring jumlah pelanggan yang menurun akibat pemberlakuan aturan PSBB dan WFH. Tak hanya itu saja, seharusnya Chiko akan launching gerai baru, namun adanya Covid-19 membuat ia harus rela menundanya.
Beruntungnya, Chiko memiliki simpanan berupa deposito dan bentuk investasi lainnya sehingga ia masih punya cadangan modal untuk keberlangsungan usahanya. Senada dengan Chiko, penyanyi kawakan Gamaliel dan Audrey juga mengaku memilih berinvestasi asuransi dan tabungan. Mereka berdua sadar bahwa kedepannya segala risiko bisa saja terjadi, sehingga berjaga-jaga melalui kepemilikan produk keuangan itu wajib.
Dunia Digital, Produk Keuangan dan Upaya Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan
Dunia memang penuh dengan segala kemungkinan. Tak akan pernah ada orang yang mampu memprediksi datangnya suatu kejadian, termasuk pandemi Korona seperti saat ini. Dengan demikian, diperlukan upaya preventif menyoal apapun, termasuk finansial.
Ada yang menarik ketika saya mengamati kolom live chat tatkala webinar BI berlangsung. Rata-rata peserta—yang merupakan mahasiswa—menanyakan soal produk keuangan yang bisa mereka pilih untuk berinvestasi secara aman. Muncul alasan kuat mengapa mereka menanyakan itu, salah duanya mengenai keamanan dan risiko.