Nama lengkap Ibnu 'Arabi adalah Abu Bakar bin Ali Muhyiddin al- Hatimi al-tha'i al-Andalusia. Ada pula yang menyebutkan bahwa nama aslinya ialah Muhammad bin Ali Ahmad bin Abdullah. Sedangkan nama Abu Bakar Ibnu Ali Muhyidin atau al-Hatimi hanyalah nama gelar baginya, selanjutnya, ia populer dengan nama Ibnu 'Arabi dan ada yang menulisnya Ibnu al-Arabi. Dilahirkan pada tahun 1165 Masehi di Murcia, Spanyol. Ibnu Arabi tumbuh menjadi seorang filsuf, sufi, dan pemikir yang memiliki pengaruh mendalam dalam tradisi pemikiran Islam.
Pemikiran Ibnu Arabi mencakup berbagai bidang, dari filsafat dan mistisisme hingga kosmologi dan teologi. Salah satu konsep sentral dalam pemikirannya adalah "Wahdat al-Wujud". Konsep ini menyatakan bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini adalah manifestasi dari keberadaan Tuhan yang satu.
Dalam pandangan Ibnu Arabi, tidak ada pemisahan antara pencipta dan ciptaan, karena Tuhan hadir dalam segala hal dan segala hal hadir dalam-Nya. Selain itu, Ibnu Arabi juga mengembangkan konsep tentang "Al-Insan al-Kamil" atau "Manusia Sempurna."
Baginya, manusia sempurna adalah individu yang telah mencapai pemahaman penuh tentang hubungan mereka dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Ini mencerminkan konsep kesempurnaan spiritual yang dicapai melalui pemahaman dan pengalaman langsung tentang hakikat keberadaan.
Konsep ini mengakui bahwa manusia memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan spiritual, tetapi hal ini memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan penuh kesadaran. Proses pencapaian "Insan Kamil" melibatkan pengalaman batiniah, refleksi mendalam, dan transformasi spiritual.
Kautsar Azhari Noer dalam bukunya menunjukkan pemikiran Ibnu Arabi yang mengklasifikasi Manusia Sempurna (al-insan al-kamil) dan Manusia Binatang (al-insan al-hayawan), hal ini menjadi isyarat bahwa tidak semua manusia bisa mencapai maqam Manusia Sempurna.
Ibnu Arabi berkata: "karena wujud Manusia Sempurna adalah menurut gambar sempurna (Tuhan), maka ia berhak menerima khilafah dan keterwakilan dari Allah ta'ala di alam.... Dengan kemanusiaan dan khilafah ia berhak menerima gambar dalam esempurnaan. Setiap manusia bukanlah khalifah. Menurut pendapat kita Manusia Binatang benar-benar bukanlah khalifah."
Setiap hal dapat mengantarkan manusia menjadi sebaik-baiknya makhluk di hadapan Tuhan, namun terkadang manusia mengalihkan pandangannya kepada Tuhan, menjadi pandangan yang dipenuhi oleh hawa nafsu duniawi.
Meskipun konsep "Insan Kamil" sering kali dianggap sebagai tujuan yang sulit dicapai, Ibnu Arabi mengilhami jutaan orang untuk mengejar kesempurnaan spiritual dan menyadari potensi mereka sebagai manusia.
Meskipun pemikirannya sering kali rumit dan sulit dipahami, warisannya dalam dunia filsafat Islam dan mistisisme tetap relevan hingga saat ini. Ibnu Arabi dikenang sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran Islam, yang memperkaya warisan intelektual umat manusia dengan wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara manusia, alam semesta, dan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H