Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Kesengsaraan Harus Diadu?

31 Mei 2024   22:06 Diperbarui: 31 Mei 2024   22:51 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidupku bagaikan sebuah film panjang yang tidak diedit. Membosankan dan memuakkan. Di lain pihak, kehidupan orang lain bagaikan trailer film hasil editan. Segalanya terlihat keren." Jeong Moon Jeong.

Kemajuan teknologi memudahkan banyak hal dalam hidup kita. Melalui media sosial, jarak dan waktu tidak menjadi soal untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan, menemukan kembali teman-teman lama bisa terjadi dengan mudahnya.

Tetapi ada kalanya kita menjadi bersusah hati karena kemudahan-kemudahan ini. Misalnya saat memandangi FYP yang berisi konten liburan influencer ternama, sementara kita tidak mampu kemana-mana, atau saat melihat unggahan kemesraan seseorang dengan pasangannya sementara hubungan kita selalu complicated. 

Semua ini adakalanya membuat hati kita merasa iri, lalu merasa bersusah hati karenanya. Orang-orang yang perasaannya mudah tercemar oleh postingan media sosial, akan menggiringnya pada kondisi yang lebih buruk. Mereka akan menjadi sering frustasi, merasa kesepian, merasa paling menderita, tiba-tiba membenci, marah tanpa alasan yang jelas, sering mengasihani diri, hingga kehilangan empati pada orang lain. 

Kondisi buruk ini, selain menyakiti diri sendiri juga tanpa kita sadari akan menyakiti orang lain. Misalnya ketika mendengar seorang teman yang sedang putus cinta, respons kita menjadi tidak menyenangkan. "Ngga usah lebay, tampangmu kan bagus. Sekarang diputusin juga besok udah ada yang baru. Coba kamu liat aku, mana ada yang mau." 

Mereka kemudian sibuk membandingkan, adu kesengsaraan, dan seakan-akan tidak ingin memahami situasi buruk yang dialami orang lain. Atau istilah kerennya, Adu nasib. Mulai sekarang, cobalah untuk selalu memberi jarak saat menilai orang lain. Bila kita menangkap status teman yang menyombongkan diri karena sebuah keberhasilan, janganlah kita iri atau merasa rendah diri. 

Berpikirlah kemungkinan yang cukup jahat, misalnya, bisa saja mereka ternyata tidak bahagia dalam hidupnya sehingga membutuhkan pengakuan dari dunia tentang keberhasilannya. Ada banyak orang yang hanya mengunggah kesedihannya sekian persen, supaya hidupnya dilihat bahagia. Ada orang-orang yang tekun memfilter aktifitasnya supaya mencitrakan apa yang mereka inginkan. 

Sumber Bacaan: "Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang" karya Sabrina Ara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun