Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengintip Kehidupan "Sang Penjual Gosip"

7 Maret 2024   07:48 Diperbarui: 7 Maret 2024   07:49 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui canva

Tidak dapat dipungkiri, gosip memang sangat menggoda. Ibarat makanan lezat, gosip mampu menghangatkan sebuah percakapan. Bahkan, gosip dapat menjadi candu yang membuat penikmatnya sudi berburu.

Di setiap lingkungan, pasti ada sosok yang menjadi sumber segala cerita dan gosip terkini nan panas. Mereka adalah orang yang selalu punya informasi terbaru tentang kehidupan tetangga sebelah. Dalam lingkungan tertentu, sosok semacam ini seringkali dikenal sebagai "Sang Penjual Gosip".

Di dunia random yang sekarang sedang kita huni ini, selain menjual barang dan jasa, ada juga oknum-oknum yang menjual gosip tentang tetangga sebelah. Oknum-oknum ini bisa disebut sebagai yang sukses, karena tokonya berada di setiap tikungan jalan dan pasti barang dagangannya laris manis terjual.

Penjual gosip biasanya sangat manis dan humble. Mereka mempunyai kemampuan membaca pikiran lawan bicaranya. Layaknya bunglon yang bisa berubah warna sesuai kebutuhan, Sang penjual gosip pun demikian. Di depan kita mereka memakai topeng berwarna coklat, tapi ketika berhadapan dengan orang lain, mereka memakai topeng berwarna putih.

Trik yang mereka lakukan adalah datang ke suatu kelompok untuk menyebarkan gosip terbaru, tetapi pulang membawa isi kepala kita. Eitss jangan salah, mereka juga sangat pandai memancing lawan bicaranya untuk mengeluarkan apapun yang mereka butuhkan.

Oknum-oknum sejenis mereka sudah sepatutnya dihindari. Namun, bila keadaan memaksa untuk berinteraksi dengan mereka, usahakan jangan menjalin hubungan terlalu dekat, apalagi bercerita di hadapan kita tanpa diminta.

Jika seandainya Sang Penjual Gosip sedang mempromosikan barang dagangannya pada kita, maka berilah reaksi standar seperti anggukan atau ucapan, "it's not my bussiness and i don't care about that."

Dengan demikian, tulisan tentang Sang Penjual Gosip dapat menjadi sebuah cermin bagi kita untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan bertanggung jawab dalam berkomunikasi. Bila orang lain saja bisa dijadikan bahan gosip, bukan hal yang mustahil di lain waktu kitalah yang menjadi bahan gosip mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun