Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Part Two: Menjadi Tuan Putri dalam Sepuluh Hari

23 Februari 2024   16:19 Diperbarui: 23 Februari 2024   16:29 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui canva

Lama-lama greget juga melihat responnya yang masih tidak percaya itu, tidak butuh waktu lama, saya menekan tombol video call, dan barulah dia percaya. Mamah saya tidak mengomel, justru dia memuji keberanian saya pulang kampung sendiri walaupun tanpa mengantongi restu orang tua.

Di siang hari, kami sekeluarga dengan tambahan Aunty Zikrie yang datang ke kampung pada siang itu, pergi ke tempat wisata Sibobor. Kami pergi berburu keong sawah di tempat itu, kami memungut keong sawah di tengah rintikan hujan. Kami sangat menikmati siang yang teduh dengan menikmati gorengan panas dan kegiatan menyenangkan lainnya.

Saya merasa sangat disayangi dan sangat diperhatikan selama berada di kampung, sarapan yang biasanya harus saya siapkan sendiri, kini sudah tersaji tiap pagi, baju yang biasanya harus dicuci, jemur, lipat sendiri, kini sudah terlipat rapih di atas kasur. Kalo kata mamah, ini namanya 'The Power Of Cucu Pertama'. Tiap malam, saya dan kakek saya selalu menonton TV bersama diselingi obrolan ringan.

Sampai pada suatu hari, saya pergi ke warung sendiri. Kemudian, bertanyalah si empunya warung. "iki sinten ndok? (ini siapa ndok),"  saya yang tidak paham bahasa jawa pun membalas santai "mau beli sampo bu," si ibu warung pun tertawa mendengar jawaban saya yang ternyata tidak sesuai pertanyaan itu. Orang-orang rumah pun tertawa terbahak-bahak mendengar cerita saya, uhhh malunyaa. Semenjak hari itu, saya berjanji ingin belajar bahasa jawa sedikit demi sedikit, minimal bahasa sehari-hari.

-Hari Kepulangan-
Tanggal 15 Januari adalah batas waktu yang saya berikan untuk aksi perkaburan ini, mengapa? karena saya tidak ingin terlalu lama menjadi mode anak durhaka. 

Menyadari waktu kepulangan saya tinggal sedikit lagi, aunty hana membelikan banyak jajanan untuk dinikmati selama perjalanan, aunty mala pun turut serta dalam menyiapkan oleh-oleh yang akan saya bawa ke rumah. Saking banyaknya oleh-oleh yang disiapkan, perbedaan antara ketika saya datang dan ketika saya akan pulang sangat terlihat jelas. Saya datang hanya membawa satu tas yang berisi pakaian dan alat make up, tapi begitu pulang, saya membawa dua tas berisi jajanan dan satu kardus besar berisi makanan kesukaan saya.

Lagi-lagi, mamah saya menyebutnya dengan "The Power Of Cucu Pertama"
Setelah saya sampai ke rumah mamah, saya baru menyadari, selain ada kalimat legend yang mengatakan "kasih sayang ibu sepanjang masa" ternyata harus ada juga kalimat "kasih sayang nenek tak akan termakan usia", karena biarpun sebentar lagi saya menginjak usia kepala dua, dimata nenek saya hanyalah cucu pertamanya yang selalu ia timang selagi kecil dan akan selalu dimanja.

i love you nenek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun