Tak lupa berterima kasih, saya langsung menaiki motornya dan langsung di gas ngebut sama si bapak baik hati. Secuil keberuntungan pada hari itu, bus terakhir sedang menurunkan penumpang saat motor yang kami naiki mendekat. Ketika sudah berhasil berhenti dekat bus, bapak baik hati langsung menitipkan pesan kepada pak supir agar menurunkan saya di pemberhentian Pasar Paninggaran, pasar terdekat dari Desa Krandegan.
Bus terakhir melaju agak cepat di tengah guyuran hujan, membuat jantung saya berdebar cepat ingin segera membuat wasiat. Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, saya diturunkan di Pasar Paninggaran, tepat pada azan maghrib. Perjalanan ini lumayan melelahkan, membuat badan pegal, perut lapar, dan parahnya, tidak ada satu pun warung makan yang buka di malam itu. Tapi ini semua tidak menyurutkan semangat saya untuk cepat sampai di kampung halaman.Â
Dengan langkah cepat, saya mencari ojek yang bersedia mengantar. Memang dasarnya semua orang yang saya temui ramah dan baik hati, saya segera diantar dengan bapak ojek part 2 ke Desa Krandegan. Hanya menempuh waktu selama 10 menit, saya pun sampai di rumah kakek dan nenek tercinta.Â
Awalnya saya bingung dengan struktur rumah yang banyak berubah, pintu masuk yang awalnya berada di samping rumah kini sudah tidak ada. Setelah 5 menit memutari rumah, akhirnya saya menemukan pintu masuk ke dapur alias pintu belakang yang belum berubah posisinya.
Saya hafal kebiasaan orang rumah yang pada saat waktu maghrib, itu jadwal mereka untuk berada di kamar untuk melaksanakan solat dan bertadarus. Saya pun memutuskan untuk nyelonong masuk ke dapur tanpa bersuara dan benar saja, dapurnya kosong melompong. Tapi setelah berada di lorong rumah, saya menyalakan kamera untuk memvideokan reaksi mereka dan segera mengucap salam dengan sedikit keras. Sontak mendengar ini, orang rumah langsung keluar kamar, tapi bukan ke arah dapur mereka malah lari ke pintu utama, bukannya sedih karena diabaikan, saya justru terpingkal melihat mereka salah arah.
Setelah menyadari orang yang mengucap salam masuk lewat pintu belakang, mereka segera menghampiri saya dan langsung memeluk saya. Orang yang pertama kali memeluk saya adalah nenek terlove, yang langsung meneteskan air mata melihat cucu pertamanya ada dihadapannya setelah sekian purnama.Â
Aunty Hana pun turut memeluk erat dan menciumi saya beberapa kali sampai bernapas pun rasanya sulit. Kakek saya pun tersenyum haru melihat kedatangan cucunya yang selalu cosplay menjadi bang toyib. Setelah menyalami orang-orang yang ada di rumah, saya berbisik pelan ke nenek saya.
"Nek, tiara laper banget, mau makan,"
Simsalabim, tidak sampai 15 menit saya tinggal mandi, makanan inti dan buah-buahan sudah tersaji.
Thank you, next. Part 2 ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI