Libur akhir semester merupakan momen yang dinanti-nanti oleh seluruh pelajar tanpa terkecuali. Beristirahat melepas penat dari kesibukan di kampus mulai dari tugas yang merajalela sampai organisasi yang tidak akan memberi jeda.
Ketika sudah berada di minggu terakhir perkuliahan, saya berencana untuk pulang kampung ke Pekalongan, tanah kelahiran mamah. Tapi siapa sangka rencana yang sudah disusun sedemikian rupa ternyata mendapat pertentangan dari yang punya rumah, alias mamah saya sendiri dengan dalih "tidak pernah pulang kampung sendiri, takut kenapa-napa di jalan, atau tanggung dikit lagi lebaran". Tentu saja saya merasa kecewa dengan keputusan mamake yang melarang untuk pulang kampung, padahal saya sudah rindu setengah hidup pada kampung yang terakhir saya kunjungi 2 tahun lalu.
-Hari Keberangkatan-
Dengan rasa bosan yang bertumpuk-tumpuk, saya memutuskan akan tetap pergi berlibur ke Pekalongan. Pada hari Jumat tanggal 5 Januari 2024 jam 6 pagi, saya berangkat ke terminal dengan menaiki angkutan umum. Setelah membeli tiket jurusan Jakarta-Pekalongan, saya pergi mencari cemilan untuk dinikmati sepanjang perjalanan. Ketika waktu menunjukkan pukul 7.30, bus yang saya naiki mulai meniti jalan beraspal selama hampir 8 jam. Berbekal roti aoka yang sempat saya beli di warung sembako, saya menikmati perjalanan dengan makan roti sambil nonton video lucu di YouTube.
Bus yang saya tumpangi dari Jakarta berhenti di Wiradesa, setelah turun dari bus saya tidak tau harus naik apa lagi untuk menuju desa tempat saya tinggal, di tengah rasa bingung yang melanda, ada bapak tua yang mengarahkan saya untuk naik bus ke terminal Pekalongan. Tanpa pikir panjang saya langsung duduk di salah satu bangku dekat pintu. Tapi baru beberapa meter bus berjalan, saya buka aplikasi Maps dan ternyata saya SALAH NAIK BUS! Oh my god.
Akhirnya saya bertanya pada seorang penumpang tentang bus yang menuju ke Desa Krandegan. Setelah memperoleh informasi lebih lanjut, saya memutuskan turun tidak jauh dari tempat keberangkatan, dan akhirnya saya kembali ke titik awal dengan berjalan kaki.
Saya berdiri di bawah gapura jalan untuk menunggu bus datang. Tapi sialnya, karena terlalu fokus menonton video, saya terlewat bus terakhir untuk arah Desa Krandegan, huft. Setelah loading beberasa detik, saya langsung buru-buru mencari ojek untuk mengejar bus terakhir itu.
"Mau kemana mbak?" ujar salah satu bapak-bapak dipinggir jalan.
"Mau ngejar bus yang barusan lewat pak," jawabku.
"Ayo sini saya bantu," tawarnya.