Saya hanya tersenyum dan segera memeriksa surat pemilihan, memastikan tidak ada yang kurang, kemudian saya pergi ke bilik suara yang letaknya bersebelahan dengan mamah.
Saya membuka surat pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden, saya memilih kandidat yang saya yakini dapat mengubah Indonesia menjadi lebih baik dan dia juga merupakan role model saya.
"Ndok, udah belom?" mamah mengintip dari bilik sebelah.
"Udah nih mah, let's go!"
Kami berjalan beriringan menuju kotak pemungutan suara dan setelah itu kami mencelupkan jari kelingking di tinta ungu yang telah disediakan. Ayah saya pamit untuk kembali ke TPS tempat dia bertugas, saya dan mamah pun segera kembali ke rumah.
Kami berpamitan kepada segenap KPPS dan berterima kasih atas keramahannya ketika membimbing pencoblos awam seperti saya. Saya sempat bertanya kepada senior yang kebetulan sedang bertugas menjadi panitia KPPS, ini dia percakapan kami.
Pertanyaan Pertama
"Ada nggak teh hambatan yang dihadapi selama jadi panitia KPPS?"
"Of course ada! Kurangnya bimbingan dan arahan tentang alur pencoblosan, walaupun sudah disediakan buku panduannya, tetap aja butuh penjelasan langsung yang lebih mendetail." Papar teteh Mela.
Pertanyaan Kedua
"Ada nggak teh kesan dan pesan untuk sesama KPPS yang sedang bertugas di luar sana?"
"Pengalaman jadi panitia Pemilu kali ini bener-bener berkesan sih, jadi nambah pengalaman dan berasa banget capeknya. Kalo pesan buat KPPS yang lain, semoga tetap semangat menjalankan tugas dan semoga apa yang kita kerjakan menjadi berkah, membawa kebaikan buat Indonesia, dan semoga besok pagi udah cair, ha ha ha, " Jelasnya diselingi canda.
Setelah selesai mencoblos, saya merasa bangga dan lega. Meskipun itu hanya satu suara, saya merasa telah melakukan bagian kecil saya dalam menjaga proses demokrasi berjalan lancar. Saya meninggalkan tempat pemungutan suara dengan perasaan optimis dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
