Tapi nggak selamanya konsep Self Reward ini baik buat kita. Okelah kalau sampai batas waktu tertentu, tapi kalau sampai terlena dengan konsep ini, atau bahkan malah jadi nggak usaha, nah ini yang bisa jadi bencana.
Sekarang pertanyaannya, Self Reward baik dan tidak baik itu yang seperti apa?Â
Self Reward yang baik adalah ketika itu dapat menguatkan perilaku baik diri kita, dengan adanya standar yang dibuat kemudian diperkuat, itu bisa ngebuat diri jadi lebih happy, jauh lebih positif buat ngejalanin kerjaan.Â
Misalnya ada orang yang netapin standar kalo dia harus bisa bicara di depan banyak orang, kemudian dia presentasi dan berhasil, 85% orang yang make Self Reward akan jauh lebih pede dan lebih termotivasi, jadi kalo mau apresiasi diri harus ada targetnya dulu.Â
Ada orang yang udah ngerasa kerjanya bagus kemudian dia Self Reward, tapi ada juga orang yang stres kemudian Self Reward, jutsru Self Reward macam ini yang ngebuat oang males.
Seringkali, Self Reward yang berlebihan dapat membuat seseorang cenderung fokus pada hadiah langsung daripada investasi waktu dan usaha yang diperlukan untuk meraih kesuksesan jangka panjang.
Jika Self Reward terkait dengan pengeluaran finansial, dampaknya dapat sangat merugikan. Pengeluaran berlebihan untuk hadiah diri sendiri tanpa pertimbangan yang matang dapat menyebabkan ketidakstabilan finansial yang signifikan.
Self Reward memang dibutuhkan pada titik tertentu, Self Reward dapat menjadi penguat untuk kita, seperti kita ngelatih diri buat jadi lebih oke. Misalnya kita ngelatih kucing, ketika si kucing dapat kemajuan maka kita akan memberi makan, tapi kalo kucing ngelakuin satu keburukan maka akan diberikan punishment.
Meskipun Self Reward memiliki peran penting dalam memotivasi diri sendiri, perlu diingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan dapat membawa dampak negatif.Â
Mengelola Self Reward dengan bijak dan memastikan bahwa motivasi intrinsik tetap terjaga adalah kunci untuk Mencegah dampak buruk yang dapat muncul akibat Self Reward yang berlebihan.