Sebuah cerita pendek yang juga merupakan bagian dari tugas UAS IT LITERASI berupa Film Pendek. Tonton selengkapnya di channel YouTube AFI 2022.
CAST
- Zaky  (main character)
- Faldy (teman Zaky)
- Kiki   (ketua kelas)
- Jaka  (korban bully)
- Nova (teman Yara)
- Yara  (wakil ketua)
Di suatu perguruan tinggi hiduplah seorang mahasiswa baru bernama Jaka, ia datang dari desa Keramat Jati dengan bekal restu dan doa dari orang tua untuk merantau ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya sampai ke bangku kuliah. Namun, nasib dia di Jakarta  bisa dibilang tidak baik, dia selalu dicemooh, dijauhi, bahkan dibully hampir setiap hari oleh beberapa temannya.
(di dalam kelas) Hari Kamis
"Kenapa tidak ada seorang pun yang mau berteman dengan saya? Apa salah saya sehingga semua orang menjauhi saya?" Renung Jaka.
"WOYY, masih pagi udah bengong aja!! Nanti kesambet, baru tau rasa lo." Teriak Zaky sambil menggebrak meja tempat Jaka duduk.
"Au nih, mikirin apa sih. Jodoh mah gausah dipikirin, ntar juga nyamperin." Celetuk Faldy.
"Kalian ada perlu apa sama saya?" Tanya Jaka.
"Gausah banyak bacot, hari ini lu bawa duit berapa?" Tanpa basa-basi, Zaky merogoh saku Jaka. "Lo ga bawa duit? Gue pengen nyebat nih, keluarin dompet lu." Palak Zaky kasar.
"Saya tidak punya uang, saya tidak berkewajiban memberi anda uang, uang tidak datang pada orang pemalas." Kata Jaka sambil berusaha keluar kelas.
"Eitss ntar dulu bos." Kata Faldy menarik lengan Jaka.
"Ngomong apa tadi? Gue? Pemalas? berani lo?" Tantang Zaky seraya menarik kerah baju Jaka dan kemudian mendorong Jaka ke dinding dengan keras.
(sorot bagian luar kelas)
(ceritanya ga sengaja ketemu pas lagi jalan, dari arah berlawanan)
"Ra, make up kelas IT udah fix hari Kamis jam 5 sore?" Tanya Kiki si ketua kelas paling bertanggung jawab.
"Hmm, gatau nih. Dosennya juga belum bales, sebenernya males sih kalo ada kelas sore, apalagi mau malem jumat, ihhh horor." Sahut si wakil.
"Ga boleh males, kita udah jadi mahasiswa, nanti kalo udah ada balesan langsung kabarin gue ya. Langsung share ke grup aja deh, biar cepet." Suruh Kiki pada wakilnya itu.
"Siap pak, nanti aku share kalo udah ada balesan." Kata Yara.
"Oke thanks, gue duluan ya. Mau ke perpus." Pamit Kiki.
"Tafaddol masykuroh si paling rajin." Canda Yara.
(di kelas, lanjutan scene tadi pagi)
"Zak, gila lo. Si kolot ampe ga gerak." Kata Faldy sambil mengecek nadi Jaka.
"Mati kali." Jawab Zaky asal.
"Lu kalo ngomong jangan asal jeplak aja dong, ini kalo orang-orang tau gimana." Jawab Faldy setengah berteriak.
"Sabar woy. Ini gua juga lagi mikir." Jawab Zaky sambil memegang dagu.
"Apa kita buat skenario aja kali ya, seakan akan ni makhluk mati dengan sendirinya." Saran Zaky.
"Gimana caranya? lo tau sendiri kan nih kampus banyak banget CCTV-nya." Tolak Faldy.
"Ck gimana dong." Kata Zaky mulai kesal.
"Gue ada ide, walaupun sedikit gila. Lu mau tau?" Tawar Faldy yang segera disambut anggukan cepat dari Zaky.
"Kita umpetin ni manusia, di gulungan tiker mushola yang jarang di pake." Saran Faldy.
"Nice solution, lets go" Tanpa babibu Zaky langsung menyeret Jaka yang sudah tak bernyawa.
(scene di kelas kosong)
"Ya Allah, mudahkan lah hambamu dalam menyelesaikan tugas yang satu ini." Kata Nova yang sangat mengharapkan sebuah pencerahan.
"Masa disuruh buat esai 2 lembar full, mau nulis apa aku ini, satu paragraf aja pusingnya minta ampun, apalagi 2 halaman." Nova mengeluh sambil memijat kepalanya yang terasa sedikit berdenyut.
-tiba-tiba pintu kelas terbuka sendiri
"Eh? Jaka? Kenapa kamu berdiri di situ? sini masuk." Kata Nova sambil memperhatikan Jaka yang terus diam menatapnya.
"Kamu udah selesaikah tugas IBD?" Tanya Nova mencoba berkomunikasi walaupun akhirnya tidak mendapat jawaban. Nova dapat melihat Jaka berbalik dan meninggalkannya sendirian di kelas.
"Huh dasar aneh, bikin takut saja."
(di tangga) ceritanya dapet balasan dari dosen IT
"Oh jadi fix hari Kamis? langsung share aja deh, takut lupa kalo ditunda-tunda."
(di kelas tempatnya Nova)
"Novaaa, anterin aku keruangan pak Jeri yuk." Ajak Yara kepada satu-satunya penghuni kelas saat itu.
"Ngapain? Maleslah aku, lagi ngerjain IBD ini." Tolak Nova sambil mengeluh.
"IBD mah gampang, tulis aja semua yang terlintas di pikiran kamu, nanti tulisannya gede-gedein, biar keliatan banyak." Saran nyeleneh Yara. "Ayo pliss, anterin aku ke ruangan pak Jeri, ambil absen doang kok."
"Iya sebentar." Kata Nova sambil merapihkan buku-bukunya.
"Yuk!!." Kata Nova menarik lengan Yara agar berjalan mengikutinya.
"Eh Novaa sebentar." Kata Yara tiba-tiba.
"Apalagiiii." Kata Nova yang mulai malas meladeni ocehan Yara.
"Mau ke toilet dulu bentar. Urgent!!" Kata Yara sambil cengengesan.
"Mau apa?" Tanya Nova
"Make bedak, bentar kok. Janji, ga sampe 2 menit." Â Kata Yara sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
"Iya-iya cepet." Kata Nova mengalah, kemudian Yara masuk ke toilet sedangkan Nova menunggu di luar.
(dalam toilet)
"Padahal baru make tadi, udah luntur aja." Kata Yara sambil mengeluarkan bedak dari kantongnya, saat dia menatap pantulan bayangannya dicermin, Yara terkejut ketika matanya menangkap sosok Jaka di belakangnya yang menatapnya dengan pandangan kosong.
"ASTAGA!! Jaka, kamu kenapa ada di toilet cewe?" Ketika Yara menoleh ke belakang sosok Jaka menghilang.
"Jaka?" Panggil Yara sambil mengecek keadaan di belakangnya. Ketika Yara menoleh kembali ke cermin, seketika Yara berteriak dan langsung keluar toilet.
(luar toilet)
"Udah make bedaknya? keliatan sama aja kok." Kata Nova menyindir Yara.
"G-gue ga sempet bedakan." Masih dengan jantung yang berdebar Yara berusaha menatap wajah Nova.
"Hmm? kamu kenapa Ra? kok kayak abis dikejar setan gitu mukanya." Kata Nova berusaha bercanda.
"Tadi gue ngeliat Jaka ada di belakang gue, tapi pas gue nengok, Jakanya hilang." Kata Yara yang semakin memelankan suaranya.
"Jaka? Tadi aku juga liat dia berdiri depan kelas, diem aja, cuman ngeliatin aku doang." Jujur Nova.
"Kayaknya ada yang ga beres deh, ayo ikut gue ketemu si Kiki." Ajak Yara pada satu-satunya perempuan yang ada di sana.
(di tangga)
Kiki tampak mengelus dagu setelah mendengar penjelasan dari kedua teman perempuannya.
"Jaka emang pendiem, tapi mungkin aja dia masuk ke toilet cewe cuman buat ngeliatin Yara bedakan kan?" Kata Kiki mencoba mencairkan suasana yang terasa tegang.
"Gue lagi ga bercanda ki." Kata Yara yang terlihat sangat serius.
"Apa kita coba tanya Zaky aja ya Ki? dia kan suka banget ngusilin Jaka." Saran Nova.
"Apa hubungannya?" Tanya Zaky bingung.
"Ya siapa tau aja dia yang nyuruh Zaky buat ngintipin gue." Sahut Yara setuju dengan usulan Nova
"Hush, jadi orang ga boleh seuzon." Sargah Nova cepat.
"Hmm, yaudah ayo. Ga ada salahnya juga nanya Zaky." Kata Kiki sambil berjalan meninggalkan Yara dan Nova.
(di kelas)
"Zaky, Faldy. Kalian liat Jaka?" Tanya Kiki ketika sudah berhadapan dengan Zak dan Faldy.
"Jaka? Mana gue tau, telpon aja orangnya langsung, emang gue kantongin?" Sahut Zaky.
"Udah ngaku aja. Lo kan yang nyuruh Jaka masuk ke toilet perempuan dan nakut-nakutin Nova." Tuduh Yara
"Ngomong apa sih lo? tau aja kagak." Kata Zaky.
"Hah? Jaka masuk toilet perempuan? bukannya dia udah kita umpetin di mushola??" Jawab Faldy sambil menoleh ke Zaky yang kemudian disambut pelototan darinya.
"KALIAN APAIN SI JAKA? dia itu temen kita, temen kalian juga!" Kata Nova.
Zaky dan Faldy menundukan kepalanya dengan dipenuhi perasaan bersalah.
"Zaky, Faldy, apa yang udah kalian lakukan? jawab dengan jujur!" Kata Kiki yang sudah memasang tampang sangat serius.
"Maaf, kita ga sengaja." Sesal Zaky.
"Kita ga ada niat buat ngebunuh Jaka, semuanya terjadi gitu aja." Jujur Faldy yang sudah tidak mempedulikan tatapan Zaky padanya.
"Kalian bener-bener tega. Bisa-bisanya kalian ngelakuin itu, di mana hati nurani kalian?" Kata Yara yang sudah hampir menangis.
"Lo ga bisa nyalahin kita Ra. Ke mana aja kalian saat Jaka ga ada yang nemenin? Kalian ga peduliin dia. Kalian juga sama kayak kita. Diamnya kalian itu sama aja dengan pembullyan." Kata Zaky bersikeras membela diri.
"Terlepas dari kita semua. Kalian udah melakukan perbuatan yang salah, kalian mereggut hak seseorang untuk hidup." Kata Nova.
"Sekarang kalian berdua ikut saya menghadap pak Jeri, biar beliau yang menindaklanjuti kasus ini." Kata Kiki menengahi.
"Terus gimana dengan kalian? kalian juga hanya bisa menghakimi orang, kalian tidak bisa merangkul teman-teman kalian dengan baik." Kata Zaky.
"Kami benar-benar menyesal untuk itu, kami juga akan menghadap pak Jeri setelah kasus kalian diselesaikan. " Kata Kiki bijak.
"..." Akhirnya mereka bertiga keluar kelas, Nova tetap berada di kelas menenangkan Yara yang sedang menangis.
"Gue merasa ga becus sebagai wakil, gue ga bisa ngehandle masalah sepele kayak gini Va." Kata Yara dipenuhi perasaan bersalah.
"Ini semua bukan salah kamu Ra, seharusnya kita bisa berteman baik dengan siapapun. Mau itu laki-laki, perempuan, kita harus berteman baik dengan siapapun dari sekarang." Saran Nova berharap itu dapat mengurangi kesedihan Yara.
Yara mengangguk, "Kita jadikan ini sebagai pelajaran berharga untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depan nya nanti." Sahut Nova bijak.
(sorot keluar jendela)
TAMAT
Ditulis Oleh : Mutiara My
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI