Mohon tunggu...
Mutiara Khaerunnisa
Mutiara Khaerunnisa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jaringan Internet yang Kurang Mendukung Saat Pembelajaran Jarak Jauh

13 Desember 2020   21:20 Diperbarui: 13 Desember 2020   21:35 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.techquila.co.in

Bahkan banyak drama para mahasiswa pemburu jaringan yang memilukan, mulai dari memanjat pohon, menempuh perjalanan jauh ke pegunungan, kehujanan demi untuk mendapatkan jaringan. Bahkan tidak hanya itu, salah satu seorang mahasiswa Unhas asal Kabupaten Sinjai tewas akibat terjatuh dari menara masjid untuk berburu  jaringan internet saat mengerjakan tugas kuliah.

Internet sebagai menu yang sangat dibutuhkan terlebih saat pandemi ini ternyata belum tersedia secara merata. Kesenjangan digital menjadi salah satu faktor penghambat pendidikan selama pandemi. Akan tetapi mengapa masih banyaknya lokasi yang mengalami blank spot, tidak dapat mengakses internet terutama yang bermukim pada daerah pedesaan. Kelompok tersebut sudah sangat rentan  informasi karena tidak memeroleh kesempatan sama terhadap akses informasi selama pandemi.

Berdasarkan riset yang dirilis Hootsuite, pada Januari 2020, kecepatan Internet Indonesia rata-rata hanya 20,1 Mbps atau jauh di bawah rata-rata dunia (worldwide) yang mencapai 73,6 Mbps. 

Dalam penelitian Hootsuite, negara lain seperti Singapura tercatat memiliki kecepatan jaringan tertinggi mencapai 200,1 Mbps. Soal kecepatan mobile Internet atau internet via telpon genggam di Indonesia juga perlu mendapat perhatian. Sebab Indonesia rata-rata hanya memiliki kecepatan 13,3 Mbps atau terendah kedua di antara 40-an negara yang ditampilkan dalam riset tersebut.

Huda mengatakan Indonesia bahkan masih terjebak di jaringan 3G dan 4G padahal beberapa negara sudah mulai mengakses jaringan ke 5G bahkan 6G. Padahal jika jaringannya semakin cangih dan cepat, biayanya pun lebih murah.

Semakin cepat internet maka akan semakin murah per mbps. Jadi internet lemot maka biaya Indonesia relatif kemahalan di bandingkan Malaysia, Singapura, Thailand.. Selain lambat, layanan internet juga sangat tidak merata. 

Bisa jadi internet hanya bisa dinikmati di kota-kota besar, di wilayah terpencil belum terlayani. Meski pemerintah sudah membangun program Palapa Ring untuk mengkoneksikan antar-pulau di Indonesia.

Pakar Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Agung Harsoyo  menjelaskan masalah pembangunan jaringan Internet di Indonesia di kawasan non-perkotaan juga punya kendala tersendiri, terutama soal tingkat keekonomian. Sederhananya, banyak provider enggan membangun jaringan internet di luar daerah lantaran tingkat huniannya rendah. 

Artinya, akan sia-sia bila sebuah provider membangun instalasi jaringan di daerah yang konsumennya sedikit. Masalahnya, Indonesia tak punya kebijakan tata ruang yang memadai. Tak ada batasan jelas wilayah mana yang bisa dibangun hunian dan wilayah mana yang tidak, sehingga banyak pemukiman kecil yang muncul dengan populasi minim. Hal ini yang membuat provider kesulitan menetapkan fokus pembangunan infrasturktur jaringan internetnya di Indonesia.

Solusinya, Agung Harsoyo mengatakan untuk jangka panjang, pemerintah diminta tetap fokus dan konsisten menjalankan roadmap pengembangan infrasturktur komunikasi seperti mega proyek nasional palapa ring atau yang dikenal dengan istilah tol langit. Sementara, untuk jangka pendek, pemerintah bisa memberikan kepada para provider untuk mengerahkan tenaga teknisnya selama pelaksanaan PSBB. Di tengah penerapan PSBB seperti saat ini, tak jarang permintaan sambungan baru atau peningkatan kapasitas jaringan internet dari masyarakat datang secara mendadak. Sehingga diperlukan tenaga teknis yang siaga saat permintaan datang.

Sumber Bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun