Mohon tunggu...
Mutiara Indah
Mutiara Indah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN PONOROGO

Mutiara Indah Putri, seorang mahasiswa jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial di IAIN Ponorogo. Saya memiliki minat besar dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan sosial. Sebagai seorang mahasiswa, saya sangat tertarik untuk mengeksplorasi bagaimana ilmu sosial dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa terhadap berbagai isu sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Selain itu, saya juga aktif menulis untuk berbagi pemikiran dan gagasan terkait perkembangan ilmu pengetahuan sosial dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenang Syafruddin Prawiranegara Kontribusi pemimpin yang terabaikan

16 Desember 2024   22:01 Diperbarui: 16 Desember 2024   22:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Masa Jabatan dan Kontribusi

 

Masa kepemimpinan Syafrudin berlangsung hanya sekitar enam bulan, tetapi selama periode tersebut, ia berusaha keras untuk mempertahankan eksistensi Republik dan membangun pemerintahan yang efektif. Salah satu fokus utama Syafrudin adalah penguatan struktur pemerintahan dan stabilitas politik di tengah ancaman eksternal dan tantangan internal. Ia menyadari pentingnya dukungan rakyat untuk memperkuat posisi pemerintah dan berusaha menjalin hubungan internasional yang baik, terutama dengan negara-negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia[4]. Selain itu, ia juga berupaya untuk memperkuat militer, karena keamanan menjadi hal yang krusial dalam menghadapi agresi Belanda yang berulang.

 

Namun, meskipun Syafrudin berusaha sekuat tenaga, masa jabatannya tidak tanpa tantangan. Ia harus menghadapi berbagai kritik dan ketidakpuasan dari berbagai elemen masyarakat. Beberapa faktor, seperti kondisi ekonomi yang sulit dan kurangnya dukungan politik, menyebabkan popularitasnya menurun[5]. Dalam situasi ini, ia tetap berusaha untuk menjaga semangat perjuangan dan integritas pemerintah, namun tekanan dari berbagai pihak semakin kuat. Pada akhirnya, pada 12 Agustus 1949, Syafrudin Prawiranegara mengundurkan diri sebagai Ketua PDRI. Pengunduran dirinya bertepatan dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, menandai akhir dari periode kritis dalam sejarah kemerdekaan[6].

 

Meskipun tidak lagi menjabat, Syafrudin tidak sepenuhnya mundur dari kehidupan politik. Ia tetap aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan sosial, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan bangsa. Namun, namanya sering kali terlupakan dalam narasi sejarah, terutama jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain seperti Soekarno dan Hatta, yang lebih banyak dikenal oleh masyarakat[7]. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mengangkat kembali nama-nama tokoh yang telah berjuang untuk kemerdekaan, agar generasi penerus dapat mengenal semua pahlawan bangsa tanpa terkecuali.

 

 Tantangan dan warisan pemikiran

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun