Balita kecanduan gawai, berikut adalah satu dari sekian banyak topik yang ramai dibincangkan oleh para orang tua, guru, dan pemerhati anak. Bahkan salah satu infografis dari majalah parenting pernah menyebutkan bahwa memberi anak gawai sama saja dengan memberikan mereka heroin, membuat kecanduan yang begitu berat. Semua dari gawai adalah hal yang buruk dalam anggapan mereka. Banyak praktisi pendidikan yang kemudian memberikan banyak materi pada kelas-kelas parenting tentang bahaya gawai bagi anak.
Pernah saya mendengar komentar dari seorang bapak yang bebicara tentang anaknya,"Zaman sekarang mbak, arek cilik (anak kecil-red) sudah bisa main hp (ponsel) sendiri." Â Padahal dalam kenyataan, pasti awalnya juga orang tua yang mengenalkan gawai ini kepada anak. Namun saat itu saya hanya bisa diam dan tersenyum, jika dibuat diskusi maka ini akan menjadi diskusi yang panjang.
Memang jika diperhatikan, balita yang sudah kecanduan untuk memegang ponsel akan susah berpisah. Bahkan ketika baterai ponsel itu habis, si anak akan menangis. Belum lagi jika terjadi perebutan antara orang tua dan anak. Satu-satunya hal yang mungkin terjadi adalah emosi anak sulit terkendali dan menjadi tantrum. Selain itu, tidak segan para orang tua terkadang sedikit mencaci anak mereka, "Duh anak kok lihat handphone aja kerjaannya." Atau "Duh dek, kamu itu sudah kebiasaan main hp, nanti matanya lepas loh." Dulu siapa yang mengenalkan anak dengan gawai?
Sebagai orang yang menempuh kuliah di fakultas pendidikan, saya pun menjadi bertanya-tanya,"Apa benar jika gawai tidak memiliki manfaat yang baik buat anak?" Tentu saja kita sesuaikan konteksnya dengan kemajuan teknologi di masa depan. Di masa saat ini, kita sudah menghadapi digitalisasi dalam berbagai bentuk yang kompleks, belum lagi dengan soft skill dan hard skill yang begitu banyak harus dikuasai oleh anak agar bisa bersaing dengan dunia global. Hampir semua sudah dikuasai dengan teknologi, dan menuntut kecakapan, bagaimana dengan masa anak-anak kelak?
Hampir semua artikel di berbagai platform menyebutkan kekurangan dari penggunaan gawai. Namun, belum banyak artikel yang menyebutkan apakah ada manfaat mengenalkan gawai pada anak sejak usia dini. Tentu saja dalam batas-batas tertentu yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Ini menjadi tantangan tersendiri, semoga suatu saat bisa hadir berbagai artikel yang membahas akan manfaat gawai pada perkembangan skill anak. Paling tidak sebagai bahan perbandingan agar para orang tua juga mengetahu bahwa ada manfaat bila anak dikenalkan pada gawai. Serta bagaimana cara mengenalkan gawai yang baik bagi anak. Toh, perkembangan teknologi tidak bisa dihindari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H