Mohon tunggu...
Mutiara Fahira
Mutiara Fahira Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya seorang gadis pengarang.

Nona Capricorn, sang penyihir misterius.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Horor: Aroma Kekasih

2 Juni 2024   21:59 Diperbarui: 2 Juni 2024   22:41 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas taksi menurunkannya pergi, Fajira menyeret koper besar ke dalam rumah. Setitik rasa haru hinggap di hati meski diliput duka, tidak menyangka dapat menginjak kaki kembali di tempat ini. Lama berlabuh di negeri orang menjalani pendidikan tinggi, dirinya mendapat kabar pahit, Fang Hua, tante sekaligus keluarga satu-satunya yang dia punya, tengah meregang nyawa. Sekian lama menjejak di Berlin, Fajira lekas pulang menjumpai tante. Namun, sesampainya di rumah sakit tempat perempuan itu dirawat, Fajira telah kehilangannya. Kini dia sebatang kara.

Dalam wasiat itu, Fang Hua ingin dirinya dikremasi dan dilarung ke laut. Fajira segera mengurus perizinan kremasi dengan melengkapi keperluan dokumen yang disediakan oleh pihak krematorium. Masih terekam jelas di benak, bagaimana rupa terakhir tante yang begitu menyedihkan. Tubuhnya kurus kerempeng sementara wajahnya kuyu. Tante tidak muda lagi, bahkan perempuan itu terbaring damai dalam peti mati. Setidaknya tante telah dirias dengan cantik dan berpenampilan rapi, sehingga dia telah dihantarkan secara layak.

Sudah tujuh hari yang lalu dirinya menetap di rumah ini. Tetapi, hal aneh kerap menimpanya belakangan. Misalnya kemarin, setelah membersihkan diri, Fajira menghadap cermin besar, saat itu dia tengah berada di kamar tante. Aroma sedap malam menguar dari ruangan itu, mengingatkan harum tante yang khas. Sejenak tangannya meraih parfum racikan tante di atas meja rias. Saking kecintaannya pada sedap malam, tante turut meracik bunga itu menjadi parfum. Sebelum tidur, seringkali Fajira melihat tante menyemprot wewangian itu ke tubuhnya. Dirinya tersenyum tipis tatkala mencium aroma yang menerpa. Begitu dirinya menoleh ke cermin, alangkah terkejutnya dia malah mendapati lelaki berkepala hancur berdiri di belakangnya!

Lalu tadi malam begitu dia merebahkan diri di ranjang, samar-samar Fajira merasakan lengan kekar merengkuh pinggangnya dari belakang. Hembusan terasa di tengkuknya membuat bulu kuduk berdiri. Anehnya, dia merasa nyaman membiarkan dirinya tetap terlelap tanpa merasa penasaran hanya sekadar berbalik melihat siapa gerangan merengkuh dirinya dalam tidur.

Seketika Fajira tersentak, tangannya mendorong lelaki yang memeluk tubuhnya erat. Tingginya menjulang, Fajira mendongak melihat lelaki yang kini tersenyum hangat padanya. Wajah itu sangat tampan, rupanya oriental. Tenggorokannya tercekat, sedangkan lisannya tertahan.

Lelaki itu membelai surai panjangnya. Netra mereka saling bertemu. Sejujurnya, Fajira sama sekali tidak mengenal siapa lelaki itu. Entah mengapa, dia tidak berminat bertanya. Jadi saat itu yang dia lakukan adalah membalas senyumnya. Tiba-tiba lelaki itu menyodor buket bunga yang sengaja disembunyikan dari balik tubuh kepadanya. Itu bunga sedap malam.

"Saya rindu sama kamu."

Detik itu dirinya tersadar. Fajira memperhatikan sekitarnya dengan tatapan aneh. Hari masih gelap, tetapi yang jadi masalah adalah dia tidak berada di kamar, melainkan di halaman belakang tempat bunga-bunga sedap malam itu ditanam oleh tante, bunga itu telah layu. Lagi-lagi dia terkejut mendapati sebelah tangannya menggenggam buket bunga sedap malam yang masih segar. Refleks dirinya melempar buket itu dengan tubuh gemetar. Sebenarnya siapa lelaki itu?

Sungguh dirinya merasa tertekan selama seminggu ini. Semenjak kepergian Fang Hua, Fajira kerap mengalami hal aneh yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan akibat traumanya, Fajira tidak menyemprotkan parfum tante lagi ke tubuhnya semenjak melihat hantu itu di kamar tante. Biasanya Fajira menyukai bunga sedap malam karena aromanya yang menenangkan, tetapi sepertinya ada yang salah dengan bunga itu. Hal aneh itu seakan berkaitan dengan sedap malam, yang dia tidak tahu apa maksudnya. Apakah karena ini sedang bulan tujuh kalender lunar?

Karena dirinya penasaran sosok apa yang menghantuinya, Fajira menuju ruangan kecil di bawah tangga. Selama ini tante melarang dirinya membuka pintu itu. Barangkali pintu ini dapat menjawab rasa ingin tahunya. Ruangan itu amat kecil bermuatan satu orang. Lagi-lagi, dirinya dikejutkan oleh guci abu yang berada di sana. Fajira memandang ngeri, tidak mungkin itu milik keluarga. Setahunya, mereka tidak menyimpan abu keluarga di rumah.

Matanya  melirik kotak hitam bersebelahan dengan guci abu. Hati-hati dibawanya kotak itu ke dalam pangkuan. Kotak itu sedikit berdebu. Begitu dibuka, dia menemukan beberapa foto, buku catatan, beberapa tabung parfum kecil, dan buket-buket bunga yang mengering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun