Hallo semua...
Kembali lagi bersamaa ayaaa
Pada modul Nusantara minggu ini, kami kelompok reak melakukan refleksi dengan menonton film dokumenter di kampus UPI. Film dokumenter ini merupakan salah satu karya dari mahasiswa jurusan Film dan Televisi, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. Film ini disutradarai oleh teh Belva Atsa Rismayandi. Film ini berjudul "Bebenjangan".
Apa sih Bebenjangan itu?
Bebenjangan adalah jenis kesenian tradisional Tatar Sunda, yang hidup dan berkembang di sekitar Ujungberung, Bandung Timur, Jawa Barat hingga kini. Dalam pertunjukannya, selain mempertontonkan ibingan (tarian) yang mirip dengan gerak pencak silat, juga dipertunjukkan gerak-gerak perkelahian yang mirip gulat.Bebenjangan ini memiliki 3 jenis , yaitu topeng benjang, lengser, dan jaran kepang. Benjang memiliki beberapa gerakan khas, seperti dogong (saling mendorong), seredan (saling desak dan dorong tanpa alat), babagongan (mirip bagong atau celeng), dodombaan (mirip domba yang adu tanduk), dan genjang (gulat dengan pencak silat). Pertujukan Bebenjangan biasanya dilakukan untuk merayakan khitanan, yaitu berupa arak-arakan mengelilingi desa dengan sisingaan atau rajawali. Bebenjangan ini diiringi dengan musik khas serta tak luput dari kuda lumping yang terkenal dengan atraksi "kesurupan". Persiapan yang dilakukan untuk melakukan atraksi ini umumnya adalah sesajen yang berupa kopi, teh, susu, telur, ayam mentah, minyak wangi, dan lain-lain. Selain khitanan, bebenjangan juga bisa dilakukan untuk acara pernikahan, namun hal ini jarang terjadi.
Benjang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Benjang menunjukkan keberanian, kesanggupan, dan keindahan gerak dari masyarakat Sunda. Namun, pertujukan seni Bebenjangan pada saat ini sudah banyak dicampuri dengan hal-hal negatif contohnya para pemain Benjang yang sebelum tampil selalu minum alkohol, sehingga ketika mereka tampil dan melakukan atraksi menjadi diluar kendali, dan sering beprilaku yang tidak baik diluar konteks seni. Dan kerap kali yang menjadi korbannya adalah Perempuan. Hal ini membuat nama baik kesenian Bebenjangan menjadi tidak baik. Saat ini hal yang paling harus diperhatikan dari seni Benjang ini adalah "Etika".
Teh Belva juga menyampaikan kepada kami, bahwa hambatan dan tantangan yang ia dan para kru rasakan ketika membuat film dokumenter ini yaitu terkejutnya para kru yang tidak lain adalah teman-teman teh Belva dengan kebrutalan pertunjukan seni Bebenjangan ini. Apalagi kru ini lebih dominan perempuan, mereka merasa takut dan cemas ketika meliput pertunjukan seni tersebut. Bahkan tak hanya itu, para kru juga banyak yang jatuh dan terluka.
Film ini sudah memenangkan beberapa nominasi, diantaranya adalah 5 besar nominasi Film Dokumenter Pendek dalam gelaran Piala Maya ke-11 dan menjadi pemenang kategori "Best Film Documentary" pada LSPR Film Festival 2023.
Pembelajaran yang bisa kita ambil dari film ini adalah kita harus lebih peduli terhadap perkembangan budaya daerah kita. Dan hendaknya selalu mempertimbangkan etika terhadap seni. Dan tentunya kita mempunyai hak untuk menyuarakan suatu hal dengan media apapun.
"Hal menyimpang seperti ini tidak dapat dibiarkan bahkan oleh pelaku seni itu sendiri segelintir orang membuat kesenian benjang dianggap URAKAN yang membuat kesenian Benjang sulit dilestarikan hingga kesurupan menjadi alibi mereka melakukan pelecehan stigma negatif ini membuat kesenian benjang sulit berkembang jika para oknum dibiarkan berkeliaran" -- Bebenjangan