Mohon tunggu...
Mutiara El Hikmah
Mutiara El Hikmah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Selain menyukai kepenulisan, juga tertarik dalam bidang data, teknologi, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Keajaiban Kata: Ulasan Buku Karya Keigo Higashino

24 Agustus 2024   11:25 Diperbarui: 24 Agustus 2024   11:26 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku dengan judul asli “Miracles of the Namiya” karya Keigo Higashino ini merupakan novel best seller international dari Jepang. Buku ini dialih bahasa Indonesia oleh Faira Ammadea dengan judul “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”. Buku fiksi terbitan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2020 ini cukup memikat perhatian dan menjadi rekomendasi bacaan selama weekend.

Bercerita tentang perjalanan tiga pemuda setelah pencurian, kemudian bersembunyi di toko kelontong tak berpenghuni. Mereka mendapatkan sepucuk surat berupa permintaan saran dari lubang surat pada toko tersebut. Anehnya, waktu yang mereka habiskan di sana membuat perbedaan yang jauh. Petualangan dimensi waktu melalui surat misterius pun terjadi.

Buku yang berjumlah 400 halaman itu terdiri dari lima bab. Pada setiap bab, penulis memberikan teka-teki yang membuat kita ingin segera membalik lembar halamannya. Tidak sabar untuk mencari tahu jawaban apa yang diberikan oleh ketiga pemuda pada pengirim surat di toko kelontong.

Dengan beberapa tokoh pengirim surat yang masih berkaitan satu sama lain. Latar belakang dan masalah mereka tak sama, memberikan banyak pertanyaan dari para pemuda. Nasihat yang mereka berikan pun tidak main-main, melalui pertimbangan dan perenungan akhirnya mereka berani membalasnya.

“Namun, untuk saat ini yang paling bijak belum tentu menjamin bahwa keputusan itulah yang paling baik untuk jangka panjang.” (halaman 112)

Meskipun tiap surat yang dikirimkan mendapatkan balasan. Tetapi keputusan akhir dikembalikan lagi pada pengirim itu sendiri. Bagaimanapun juga merekalah yang menjalani hidup. Kegelisahan tentu ada, sebab hidup tak selalu baik dan mulus seperti yang kita inginkan. Akan ada konsekuensi pada setiap keputusan yang diambil.

“Bagaimanapun hidup cenderung tidak berjalan seperti yang diinginkan.” (halaman 132)

Jika semua orang yang mengirimkan surat ke toko kelontong diibaratkan seperti anak yang tersesat. Yang sering terjadi adalah bahwa sebenarnya mereka memiliki peta, hanya saja mereka menolak melihatnya atau belum tahu di mana posisi mereka.

Namun, berbeda apabila peta yang dimiliki masih berupa kertas kosong. Meskipun sudah memiliki tujuan, jalan yang bisa membawa untuk meraihnya belum bisa ditemukan. Siapapun pernah merasa kebingungan dengan hal tersebut. Tak apa, itu wajar.

Cobalah untuk melihat melalui sudut pandang yang lain. Karena peta Anda masih berupa kertas kosong, Anda bebas bisa menggambar apa saja. Bebas melakukan apa saja dengan berbagai kesempatan yang ada. Semua itu terserah Anda. Pecayalah pada diri sendiri dan semoga Anda bisa menjalani hidup dengan bebas tanpa penyesalan.

Nasihat hidup yang disajikan penulis dalam buku tersebut sangat menyentuh dan bermakna. Rangkaian cerita dikemas secara runtut dengan mengaitkan masa kini dan masa lalu. Hal tersebut membuat kita lebih berhati-hati dalam bertindak. Oleh karena itu, terkadang kita membutuhkan saran dari orang lain meski mungkin kita sudah mengetahui jawabannya. Kata-kata dapat memberi pengaruh pada seseorang dalam menghadapi persoalan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun