Mohon tunggu...
Mutia Rachma
Mutia Rachma Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Wanderer, cooking and sport enthusiast. https://www.tumblr.com/blog/duniamute

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melihat Kereta Api Berjalan

27 Juni 2016   14:55 Diperbarui: 27 Juni 2016   15:06 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kalau bicara soal Lebaran, aku selalu rindu Lebaran saat kecil. 

Saat pulang kampung masih jadi ritual wajib. 

Saat perjalanan berjam-jam Jakarta-Karanganyar dst dengan mobil sangat menyenangkan.

Saat semua bisa berkumpul dan tertawa bersama. 

Saat baju baru adalah barang yang wajib dimiliki.

Saat tak ada pertanyaan-pertanyaan besar (mulai curcol..haha)

Cerita di bawah, adalah salah satu kegiatan favorit saat Lebaran.

Lebaran adalah salah satu liburan favoritku sewaktu kecil. Selain perjalanan panjang yang terasa menyenangkan menuju kampung halaman di tengah pulau jawa, aku selalu menikmati suasananya, makanan dan tentu saja hiburannya yang terbilang sederhana. Di sana kami akan tinggal beberapa hari di rumah Mbah Kakung dan Putri yang masih sehat.

Rumah Mbah Kakung dan Putri terletak sekita 20 meter dari Stasiun kereta Karanganyar, Jawa Tengah. Saking dekatnya, tiap ada kereta lewat, kami pasti dapat mendengar suara lokomotif yang menarik sejumlah gerbong panjang. Dan menurutku suara itu adalah suara paling merdu yang entah bagaimana memberi rasa tenang. Yah sepertinya sedikit berlebihan.

***

Biasanya setelah sahur bersama keluarga besar, termasuk mbak kakung dan putri juga om dan bulek bersama para sepupu yang sudah mulai berdatangan dan berkumpul di rumah Mbah, aku akan mandi. Jam enam pagi, aku dan bapak sudah siap jalan-jalan.

Aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga dan cukup lama menjadi anak bungsu, sebelum akhirnya adikku lahir saat aku berumur 11 tahun. Jadi hubunganku dengan Bapak sangatlah dekat. Maka pagi itu, selagi kakak-kakakku yang semua laki-laki bermain bersama para sepupu aku dan Bapak berjalan-jalan berdua.

“Yuk..”Ajak Bapak sambil menggandeng tanganku. Aku adalah gadis paling bahagia. Udara sejuk menyapu wajahku dan kami terus berjalan dengan pemandangan sawah di kanan-kiri.

Hanya butuh waktu sekitar 10 menit berjalan santai untuk tiba di Stasiun. Segera suara celoteh antusias beragam manusia memenuhi Stasiun yang terbilang kecil itu. Tak lama gemuruh lokomotif terdengar dikejauhan, Bapak menarikku mendekati rel,

“Lihat lebih dekat dari sini…”Kata Bapak masih memegang tanganku. Aku bisa melihat lokomotif dari arah barat yang menarik gerbong-gerbong berwarna biru-oranye perlahan memasuki Stasiun. Mereka berhenti lama. Tapi Bapak menarikku menuju Timur.

Kami berjalan meniti rel-rel yang mulai menyatu menjadi satu rel panjang hingga hilang pandangan di arah timur. Sambil mendengar cerita Bapak tentang ukuran rel yang bermacam-macam, juga jenis lokomotif dan gerbong kereta yang warnanya juga sangat beragam aku akan mencari daun putri malu yang tumbuh liar dipinggiran rel.

***

Saat peluit berbunyi tanda kereta akan mulai berjalan dari Stasiun, Bapak akan berkata “Rinta…menyingkir, keretanya mau lewat…”

Aku yang asyik mengucupkan daun putri malu mendongakkan kepala melihat ke arah Stasiun di belakangku dan cepat menyingkir. Dengan wajah bahagia aku akan berkata “Wah keretanya mau jalan lagi tuh Pak…” sambil menunjuk lokomotif yang menarik kereta perlahan meninggalkan Stasiun Karanganyar. Entah bagaimana, rasanya senang sekali, melihat lokomotif yang menarik deretan kereta berjalan dan menjauh di tengah hamparan sawah dengan latar gunung dan langit biru.

Kegiatan pagi itu akan berakhir sekitar pukul 9 pagi. Sambil terus mengucupkan daun putri malu dan perlahan meniti rel kereta aku terus mendengarkan cerita Bapak. Jika sudah tinggal di rumah Mbah kakung dan Putri, akan begini aktivitas pagiku tiap pagi hingga hari lebaran.

***

Kegiatan itu berhenti setelah aku mulai besar dan punya adik kecil. Tapi aku takkan lupa manisnya masa-masa itu. Bersama Bapak menikmati kereta api berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun