Dengan tas ransel di punggungnya dan buku kumpulan sajak cinta dan bencinya untuk Olin ia mendaki bukit tersebut. Bertemulah ia dengan seorang nenek tua yang rambutnya disanggul, memakai baju kutu baru kumal dan kain.
Tanpa basa-basi Beni menyerahkan buku kumpulan sajak cinta dan benci buatannya untuk Olin. Sang nenek dibantu Beni merobek-robek isi buku tersebut. Merobek semua sajak cinta dan benci Beni pada Olin. Dimasukkannya buku yang kini telah menjadi sobekan-sobekan kertas dalam kuali besar yang sudah berisi air mendidih. Bersama sang nenek dirapalkannya mantra-mantra paling sakti:
Ompalaki Ompalaki
Jadikan Olin Sulit Dapat Lelak
Ompalani Ompalani
Biarkan Olin Kemali Pada Beni
Setahun kemudian. Olin dalam perjalanannya di Kyoto sedang menggendong seorang bayi. Wajah bayi laki-lakinya seperti fotokopi wajah Beni. Beni membawa botol air putih yang dibelinya untuk sang istri, tersenyum pada Olin sambil membukakan botol minum dan membantu istrinya minum. Kemudian Beni memandang bayi dalam gendongan Olin dan bermain-main dengan tangannya. Sang bayi tertawa bahagia. “Perjalanan pertamamu ke Jepang ya Nak..” Katanya pada anak laki-lakinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H