Mohon tunggu...
Mutiara bunga Jelita Putri
Mutiara bunga Jelita Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya Mutiara Bunga Jelita Putri dari Desa Kedondong Kecamatan Kebonsari, Kab. Madiun Jawa Timur. Saya sekarang sedang mengenyam pendidikan S1 Ilmu Hukum di Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN Unej Membantu Mengembangkan Produk serta Meningkatkan Pedapatan UMKM

10 September 2021   09:00 Diperbarui: 10 September 2021   09:15 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         

           Desa Kedondong merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Di desa Kedondong  sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai wirausaha, dikarenakan banyak masyarakat di desa tersebut yang memiliki keahlian dalam bidang wirausaha. Desa Kedondong seluas 412,809 H dengan jumlah penduduk 4.963 dan jumlah Kepala Keluarga sekitar 1.665  KK. Masyarakat desa Kedondong dulunya ditahun 1980-1993 sebagian besar lulusan SD dan tidak banyak yang meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi (S1), maka dari itu banyak bapak-bapak yang bekerja di perantauan menjadi buruh/kuli bangunan. Dan alhamdulillah pada period tahun 2000 a sampai sekarang masyarakat desa Kedondong banyak yang humdingers sampek SMA/SMK - Sarjana. Program Pengabdian Masyarakat atau biasa disebut Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa dari Universitas Jember (https://unej.ac.id) hadir di desa saya sendiri untuk menyalurkan ilmu dan membantu para wirausaha mengembangkan produk usahanya agar lebih maju dan berkembang.

             Universitas Jember (https://unej.ac.id) setiap tahunnya mengadakan program KKN bagi mahasiswa yang sudah semester 7 untuk menempuh mata kuliah KKN dan selalu melakukan pembekalan menggunakan by means of ZOOM dan Youtube untuk memberikan arahan pada saat dilaksanakannya KKN, dan memberikan fasilitas seperti Dosem Pembimbing Lapangan (DPL), yang bertugas untuk memberikan arahan pada setiap kelompok KKN agar berjalan dengan baik dan benar.

              Kreatif dan inovtif cocok untuk di gambarkan KKN pada mas sekarang, pada umumnya KKN dilakukan secara kelompok dan diterjunkan secara bersama dan biasanya tinggal didesa untuk melakukan program KKN namun sekarang beda karena adanya pandemi Covid-19 yang menjadikan KKN sekarang secara individual dan didesa sendiri untuk membantu mengurangi potensi penularan Covid-19. Dan KKN yang sekarang diberi tema Back To Village dan sekarang sudah jilid ke 3. KKN Back To Village adalah sebuah program pengabdian mahasiswa untuk membantu masyarakat sekitar desa dari masing-masing mahasiswa, dan mahasiswa di tugaskan untuk lebih mengerti akan keadaanya masyarakat disekitar yang terdampak pandemi dan memberikan solusi supaya bisa berkembang dan bangkit kembali. Universitas juga memberikan beberapa tema untuk dipilih sebagai rencana yang ingin dilakukan di desa masing-masing dan dituntut untuk memaksimalkan atas tema yang dipilih, ada sekitar 5 tema yang di sediakan oleh pihak kampus dan saya memilih tema "Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Yang Terdampak Covid-19".

          Disini saya telah menentukan sasaran untuk kegiatan KKN saya yaitu wirausaha tempe, dimana makanan tersebut tidaklah asing bagi masyarakat di desa Kedondong, tetapi setalah saya wawancara dengan narasumber yang bernama ibu Kasirah yang tinggal di desa Kedondong RT : 33, RW 11. Beliau bercerita tentang sulitnya untuk menjual/memasarkan produk tempe mentah maupun tempe kripiknya dikarenakan efek dari pandemi Covid-19 dan apalagi sekarang ada peraturan baru yaitu PPKM dimana aktifitas dibatasi otomatis penjualan juga berpengaruh, disini saya mencoba untuk memberikan solusi kepada ibu Kasirah yang penerapannya nanti akan dilkukan oleh cucu dari sasaran saya, dikarenakan ibu Kasirah sudah tua dan memang tidak paham perihal IPTEK. solusi yang saya berikan adalah untuk menjual produknya lebih besar lagi tingkat region penjualannya, dengan cara dijual onlein menggunakan Shoppe, FB (Marketplace), Tokopedia dll. Sebelumnya saya mencoba untuk membuat Google Form untuk bertanya kepada masyarakat untuk soal rasa, kemasan yang disukai dll. Berikut saya tampilkan foto bersama ibu Muslimah. Saya wawancara dengan narasumber yang bernama ibu Muslimah yang tinggal di desa kaliboto lor RT : 25, RW 05. Beliau cerita tentang sulitnya untuk menjual/memasarkan produk chunk dan piscoknya dikarenakan efek dari pandemi Covid-19 dan apalagi sekarang ada peraturan baru yaitu PPKM dimana aktifitas dibatasi otomatis penjualan juga berpengaruh, disini saya mencoba untuk memberikan solusi kepada ibu Muslimah untuk menjual produknya lebih besar lagi tingkat region penjualannya, dengan cara dijual onlein menggunakan Shoppe, FB (Marketplace), Tokopedia dll. Sebelumnya saya mencoba untuk membuat Google Form untuk bertanya kepada masyarakat untuk soal rasa, kemasan yang disukai dll. Berikut saya tampilkan foto bersama ibu Kasirah.

Gambar 2 saat melakukan observasi dan penjabran proker
Gambar 2 saat melakukan observasi dan penjabran proker
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun