Mohon tunggu...
Mutiara Bintang
Mutiara Bintang Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Kelompok 10 : Mutiara Bintang Iskandar, Naila Nurfaizah, Najiyah Nur Fadhilah. X IPS 3 SMAN 6 TANGSEL

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Kesehatan Mental

15 Oktober 2021   00:30 Diperbarui: 15 Oktober 2021   00:48 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Wabah Corona yang muncul sejak tahun 2019 berawal dari negara Wuhan, China telah menjadi pandemi yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan global. Wabah Corona itu sendiri bukan saja berdampak pada gangguan fisik, menurunkan ekonomi, membatasi interaksi dengan banyak orang, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental seseorang. Dibandingkan dengan orang dewasa dan anak-anak, kelompok usia remaja merupakan kelompok usia yang paling terbebani, karena pada masa remaja banyak terjadi perubahan fisik, psikis, emosional dan sosial. Sehingga berbagai macam hal yang membuat mereka merasa terbebani dapat membuat terganggunya kesehatan mental pada diri remaja.
 
Kata mental ini bermakna kejiwaan. Kesehatan jiwa atau mental health adalah suatu keadaan sejahtera, dan keadaan ini akan terwujud ketika seseorang mampu mengatasi berbagai bentuk gangguan mental yang dialaminya. Salah satu gangguan mental remaja pada masa pandemi adalah Anxiety atau kecemasan. 

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan pada remaja sebesar 54% yang termasuk dalam tingkatan yang cukup tinggi. Salah satu hal yang menjadi penyebabnya yaitu minimnya pengetahuan yang didapat terkait wabah corona  di kalangan remaja yang menganggap bahwa virus corona sangat berbahaya. Beberapa faktor penyebab kecemasan selama pandemi COVID-19 adalah kurangnya informasi tentang situasi, berita yang terlalu ramai di media massa atau media sosial, dan kurangnya literasi membaca terkait komunikasi dan antisipasi penularan virus corona.
 
Jumlah kasus kecemasan pada usia-usia remaja sekitar 15 tahun ke atas di Indonesia ini  mencapai sekitar 11 juta orang. Orang yang mengalami gangguan mental yang cenderung berat dapat memunculkan suatau ide yang bahaya bagi dirinya sendiri dengan menyakiti dirinya seperti melukai dirinya sendiri. 

Faktor penyebanya dapat dilihat dari banyaknya kasus pencobaan bunuh diri yang dilakukan remaja akibat dari terganggunya mental mereka dan terjadinya Anxiety. Kasus seperti ini banyak sekali terjadi di Indonesia bahkan bisa mencapai 10.000 jiwa atau bisa setara dengan setiap jam nya ditemukan kasus percobaan bunuh diri. Sebagian dari remaja di Indonesia pasti pernah mengalami hal serupa. 

Dan tidak sedikit dari remaja di Indonesia yang mungkin mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Terjadinya gangguan mental yang muncul pada kalangan remaja ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti timbulnya kekhawatiran ketika belajar seperti kekhawatiran yang disebabkan gagalnya dalam nilai yang diperoleh seorang remaja ketika belajar. 

Adanya pembullyan yang dilakukan orang-orang disekitar mereka, permasalahan yang terjadi di dalam keluarga, serta adanya faktor ekonomi yang dapat menyebabkan beban mereka semakin berat, serta penggunaan media sosial yang berlebihan. Pengguna media sosial di Indonesia yang semakin berlebihan seiring dengan perkembangan teknologi dan kemudahan akses terhadap gawai. Membuat semakin banyak nya terjadi perundungan di dunia maya.

Kesehatan mental penting bagi setiap orang, karena berkaitan dengan perilaku pada semua tahap kehidupan. Organisasi Kesehatan Dunia atau yang dikenal dengan WHO menyatakan bahwa dalam situasi seperti pandemi Covid ini juga bisa menjadi pemicu utama stress, dan membuat orang lebih cenderung mudah marah, tidak nyaman dan takut sehingga dapat menyebabkan adanya gangguan pada mental. Kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan kebiasaan ini merupakan tantangan baru. 

Ada banyak orang yang kesulitan beradaptasi dengan situasi ini. Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia atau PDSKJI melakukan survei kesehatan jiwa pada masa pandemi COVID-19 saat ini. Survei tersebut melibatkan sekitar 1.522 orang, 76,1% di antaranya adalah perempuan, dengan usia terendah 14 tahun dan tertinggi 71 tahun. Hasilnya, sebanyak 68% mengaku cemas, 67% merasa depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis. Kesehatan jiwa pada masa ini sangat penting bagi remaja, terutama terkait dengan kualitas tidur yang kurang, sulit berkonsentrasi, sering lupa, dan hilangnya motivasi remaja dalam belajar.

Gejala dan tanda gangguan mental itu bisa dilihat berdasarkan pada jenis gangguan jiwa yang dialami, sehingga Anda harus mengetahui apa yang Anda alami terlebih dahulu dan tidak boleh self diagnosis. Penderita bisa saja mengalami gangguan pada emosi, cara berpikir, dan tingkah laku mereka. 

Beberapa contoh gejala gangguan mental yaitu suasana hati yang tidak konsisten, emosional yang berubah-ubah dalam waktu tertentu, halusinasi, delusi, perasaan sedih yang berkepanjangan, eating disorder atau gangguan mental saat mengkonsumsi makanan, cenderung memuntahkan makanan atau makan dalam jumlah banyak, perasaan cemas dan perasaan takut yang berlebihan secara terus menerus, perubahan pada pola tidur, seperti kesulitan untuk tidur atau merasa kurang tidur, adanya gangguan pada pernapasan, dan kaki yang gelisah saat tidur, kecanduan nikotin dan alkohol, melakukan perilaku yang bisa dibilang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan terkadang tertawa sendiri, dan masih banyak lagi. Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga bisa saja mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit pada punggung, dan juga sakit maag

Adapun penyebab gangguan mental yang masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab gangguan mental itu sendiri. Namun, kondisi ini diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis atau disebut gangguan mental organik yaitu seperti adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, seperti kelainan bawaan atau cedera pada otak,  kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan, penyalahgunaan narkoba psikotropika dalam jangka panjang, misalnya penyalahgunaan heroin dan kokain, dan iuga kekurangan nutrisi.

 Adapun faktor psikologis yaitu adanya peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual, kehilangan orang tua atau orang yang berharga, disia-siakan di masa kecil, tidak mampu bergaul dengan orang lain, tekanan dalam keluarga atau masyarakat, perasaan rendah diri, tidak mampu mengontrol emosi atau merasa kesepian, dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun