Mohon tunggu...
Mutiara Azahra
Mutiara Azahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

sth like sho

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Koneksitas Arus Globalisasi dengan Kearifan Lokal Konservasi Alam Suku Kokoda

28 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 28 Februari 2024   12:26 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis oleh

Mutiara Azahra Rigina Febiana 

12 IPS 4, SMAN 3 KABUPATEN TANGERANG 

    Kearifan lokal  merupakan hasil dari akumulasi berkelanjutan yang diwariskan dari generasi ke generasi disuatu komunitas atau masyarakat. Menurut Sartini, kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan lokal yang bijaksana, penuh kebijaksanaan, nilai bagus, tertanam, dan diikuti oleh masyarakat. Kearifan lokal sangat penting dalam menjaga keberlangsungan budaya dan lingkungan dengan memperlihatkan kebudayaan yang unik. Kearifan lokal berperan dalam filter dan pengendalian dalam negeri dari budaya luar ditengah arus globalisasi. Kearifan juga memainkan peran yang krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan konservasi keanekaragaman hayati. Masyarakat berusaha membangun fondasi yang kokoh dengan melestarikan kearifan lokal disuatu daerah tersebut.

    Masyarakat papua yang terdiri dari berbagai suku dan budaya yang menunjukkan karaktersitik beragam. Kearifan lokal dan papua adalah bagian yang tak dapat dipisahkan demi keberlanjutan hidup. Masyarakat papua memiliki pengatahuan mendalam tentang sumber daya dimulai dari memahami sumber daya alam di sekitar nya hingga pemanfaatan dengan mempertimbangkan keseimbangan ekologi dan menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Misalnya dengan cara yang masyarakat papua lakukan untuk pelestarian tanaman obat demi kepentingan dan kebutuhan masyarakat lokal itu sendiri.

     Suku Kokoda merupakan salah satu suku di Papua Barat yang mencakup beberapa daerah diantaranya  Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, dan Kabupaten Fak-Fak dengan dua musim pertahun yakni musim hujan dan musim panas. Suku Kokoda menganut dua agama besar, yaitu Islam dan Kristen. Sebagian masyarakat Suku Kokoda sudah mengenal adanya teknologi , namun sebagian masyarakat yang lain masih menggunakan cara tradisional dalam aktivitas sehari-sehari seperti, meramu dan berburu yang merupakan mata pencaharian masyarakat Suku Kokoda, dengan cara sederhana itu masyarakat Suku Kokoda mampu memenuhi Kebutuhan sehari-harinya. 

Kearifan Lokal Suku Kokoda berperan dalam Konservasi Alam

     Suku Kokoda di Kabupaten Fak-Fak berperan aktif dalam melakukan konservasi alam yaitu tanaman obat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Papua. Mengingat bahwa Suku Kokoda terkenal dengan tanaman obatnya. Konservasi alam tersebut dikenal dengan istilah “Apotik Hidup”. Pemanfaatan yang dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari hutan serta sebagian tanaman juga dibudidayakan oleh masyarakat lokal. Tumbuhan yang dimanfaatkan diantaranya seperti akar, batang, daun dan seluruh bagian dari tumbuhan.  Dengan dioperasikannya apotik hidup untuk keberlanjutan masyarakat Suku Kokoda ini, masyarakat berupaya menjaga habitat atau ekosistem sekitar dengan pembudidayaan tanaman obat dihutan yang dimilikinya. Dengan mempercayai ilmu racikan yang diwariskan dari leluhur, mereka mampu membuat resep yang dapat digunakan untuk keperluan medis.

    Bisa kita lihat dari penjabaran Suku Kokoda, terutama di kabupaten FakFak ini masih menganut kepercayaan nenek moyang dengan berbagai teknik yang tradisional. Arus globalisasi belum sepenuhnya memasuki ditengah-tengah masyarakat ini. Mereka masih mampu mempertahankan kearifan lokal yang diwariskan dari leluhur. Namun jika kita melihat sisi negatif dari apotik hidup, kebersihan dan efek samping yang ditimbulkan. Obat herbal memang terbukti bagus untuk kesehatan, namun jika teknik yang dilakukan dan dosis yang digunakan tidak berdasarkan anjuran dari seorang ahli, obat herbal harus perlu di buktikan kualitas dan kebersihan untuk dikonsumsi. Sementara itu dengan perkembangan zaman sudah banyak teknologi yang mampu membuat serta membuktikan tingkat kehigienisan dan komposisi obat yang lebih proporsional.

    Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa perkembangan teknologi belum seluruhnya masuk ke dalam masyarakat Suku Kokoda. Mereka mampu mempertahankan kearifan lokal daerah dari maraknya arus globalisasi yang gencar memasuki di seluruh penjuru dunia. Walaupun sebagian masyarakat sudah mampu menerima arus globalisasi, namun keseharian yang diwariskan dari nenek moyang tidak akan bisa lepas seutuhnya demi keberlangsungan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun