Mohon tunggu...
Mutiara Aurellia S
Mutiara Aurellia S Mohon Tunggu... Mahasiswa - PMM UMM Gelombang 8 kelompok14

PMM UMM Gelombang 8 Kelompok 14

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iklan dan Dimensi Etisnya: Akuntansi sebagai Profesi

10 Januari 2023   22:37 Diperbarui: 11 Januari 2023   00:42 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Iklan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari bisnis modern. Hal ini berkaitan erat dengan produksi industry modern yang semakin hari semakin banyak kuantitas yang di produksi sehingga membutuhkan konsumen dengan cara menggunakan iklan. Dalam hal ini iklan menjadi salah satu stratehi pemasaran untuk mendekatkan barang yang akan dijual kepada konsumen. Sehingga iklan akan dituntut untuk selalu memberikan informasi yang benar kepada konsumen tentang produk dengan memberikan kebebasan untuk memilih membeli atau tidak kepada konsumen. Jika dicermati, pada era globalisasi ini terutama dalam hal komunikasi (khususnya periklanan) akan menimbulkan kemampuan untuk memicu sikap individualis atau materialis. Dalam masyarakat, budaya iklan ini memiliki kemungkinan akan kemunculan kritik dan kekhawatiran terhadap iklan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa sebagian konsumen memiliki keterbatasan dalam menilai iklan yang dapat menimbulkan budaya konsumtif pasif.

                Iklan yang beretika yaitu iklan yang menyatakan kebenaran dan kejujuran dalam memberikan informasi dari yang diiklankan. Namun, iklan akan menjadi kurang efektif karena akan mengurangi nilai persuasive dari iklan tersebut. Hal ini akan mengakibatkan iklan akan menceritakan the whole of truth dalam pesan iklannya. Secara sederhana dapat dikatakan jika iklan pasti akan mengabaikan informasi -- informasi yang akan menimbulkan penurunan nilai persuasive iklan karena akan mengurangi minat konsumen untuk membeli produk yang di iklankan.

                Tercampurnya unsur informative dan unsur persuasive dalam sebuah iklan akan membuat penilaian etis terhadapnya menjadi sangat kompleks. Jikalau iklan semata -- mata hanya untuk kebutuhan informative atau semata -- mata untuk kebutuhan persuasive, tugas etika periklanan ini akan menjadi lebih mudah. Namun pada kenyataannya adalah sebaliknya sehingga menuntut iklan untuk menjaga aspek aspek etis dalam periklanan.

                Pada umumnya akan ada dua pandangan yang berbeda mengenai fungsi ikaln. Keduanya akan menampilkan model iklan yang berbeda namun sesuai dengan fungsinya masing -- masing, yaitu iklan sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pembentuk pendapat umum.

  • Iklan sebagasi pemberi informasi, Iklan sebagai pemberi informasi iklan memiliki fungsi untuk membeberkan dan memberikan gambaran tentang produk serinci mungkin. Dengan sasaran iklan ini adalah agar konsumen mendapatkan informasi tentang produk terkait sehingga akhirnya konsumen tersebut memutuskan membeli produk tersebut.
  • Iklan sebagai pembentuk pendapat umum, Fungsi iklan sebagai pembentuk pendapat umum mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha untuk mempengaruhi massa memilih. Dengan kata lain, fungsi iklan disini bersifat persuasive untuk menarik konsumen sehingga akan tertarik membeli produk yang diiklankan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menampilkan model iklan yang manipulasi, persuasi, dan tendensius dengan tujuan menggiring konsumen untuk membeli produk terkait. Sehingga dapat dikatakan model iklan ini dapat disebut iklan manipulasi

Iklan menimbulkan beberapa pertanyaan etis, terutama iklan yang bersifat manipulatif dan persuasif secara irasional. Pertama, iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Dalam banyak kasus ini jelas. Iklan tidak lagi mempengaruhi keputusan pembelian produk tertentu. Banyak keputusan dan kebiasaan konsumsi saat ini sebenarnya adalah keputusan periklanan. Orang didikte oleh dan tunduk pada keinginan iklan, terutama iklan manipulatif dan persuasif yang tidak rasional. 

Hal ini justru bertentangan dengan kewajiban moral Kant bahwa manusia tidak boleh diperlakukan hanya sebagai alat pemenuhan kepentingan orang lain di luar dirinya, termasuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Dalam fenomena periklanan yang manipulatif, masyarakat memang menjadi sasaran yang ingin memanfaatkannya secara maksimal, dan tidak sekadar menerima informasi untuk membantu mereka memilih produk tertentu.


Kedua, dalam hal ini, periklanan yang irasional, manipulatif, dan persuasif menciptakan kebutuhan manusia, menjadikan manusia modern sebagai konsumen. Hal ini tidak baik dari segi ekonomi karena menimbulkan permintaan yang juga meningkatkan daya beli masyarakat. Bahkan, dapat merangsang produktivitas kerja seseorang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus berkembang. Di sisi lain, bagaimanapun, masyarakat konsumen muncul, di mana sebagian besar dari apa yang dianggap orang sebagai kebutuhan bukanlah kebutuhan nyata.

Ketiga, masalah etika yang penting adalah bahwa iklan yang irasional, manipulatif, dan persuasif sebenarnya membentuk dan mendefinisikan identitas atau citra kepemilikan barang sebagai penawaran yang diiklankan. Dia tidak merasa kenyang jika belum menggunakan minyak rambut seperti yang diiklankan oleh bintang film terkenal dll. 

Oleh karena itu, identitas manusia modern hanyalah identitas massa, sepenuhnya setara, semuanya imitasi, semuanya terpoles, semuanya langsung. Keempat, iklan menggerogoti rasa keadilan sosial masyarakat Indonesia karena ketimpangan ekonomi dan sosial yang besar. Periklanan yang menyuguhkan segala macam kemewahan sangat ironis dengan realitas sosial di mana masih banyak anggota masyarakat yang masih berjuang untuk sadar akan kehidupan. Iklan canggih membuat mereka seolah-olah tidak memiliki solidaritas dengan sesama manusia yang malang.

Meskipun dalam praktiknya sulit untuk membuat penilaian umum tentang apakah suatu iklan tertentu etis atau tidak, ada baiknya jika kita menjelaskan beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat beriklan. Pertama, iklan tidak boleh menyampaikan informasi palsu yang dimaksudkan untuk menyesatkan konsumen. 

Masyarakat dan konsumen tidak boleh tertipu untuk membeli produk tertentu dengan iklan. Mereka juga tidak boleh dirugikan hanya karena disesatkan oleh iklan tertentu. Kedua, iklan harus menyampaikan semua informasi tentang beberapa produk, terutama tentang keselamatan manusia. Ketiga, iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan, apalagi secara terang-terangan dan ofensif. Keempat, iklan tidak boleh mengarah pada tindakan asusila Tindakan kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi, degradasi martabat manusia, dll.

Makna etis menipu dalam periklanan, Baik sebagai penyedia informasi maupun sebagai bentuk pembentukan opini publik, iklan pada akhirnya menciptakan citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata publik. Citra ini tidak terutama diciptakan oleh suara atau tampilan iklan itu sendiri, tetapi terutama oleh korespondensi antara realitas produk yang diiklankan dan apa yang disampaikan secara eksplisit atau implisit dalam iklan. Oleh karena itu, iklan seringkali dimaksudkan sebagai sarana untuk mengungkapkan sifat dan misi suatu perusahaan atau produk.Prinsip etika bisnis yang paling utama adalah prinsip kejujuran, yaitu mengatakan yang sebenarnya dan tidak menipu. 

Prinsip ini tidak hanya menyangkut kepentingan orang banyak, tetapi pada akhirnya juga menyangkut kepentingan perusahaan atau seluruh perusahaan sebagai pekerjaan yang baik. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang tercela secara moral adalah iklan yang dengan sengaja menyebarkan klaim palsu dengan maksud menipu atau membuat klaim yang dapat menimbulkan salah tafsir oleh konsumen yang berhak melakukannya. untuk mendapatkan informasi yang benar tentang produk yang ditawarkan di pasar. 

Dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan yang baik dan dapat diterima secara moral adalah iklan yang memberikan keterangan atau informasi yang benar apa adanya.Sekarang setelah kita mempertimbangkan fungsi periklanan, masalah etis periklanan, dan pentingnya penipuan etis dalam periklanan, ada baiknya mempertimbangkan secara singkat peran periklanan dalam bisnis, terutama di pasar. Iklan merupakan bagian penting dari pemasaran karena iklan menentukan hubungan antara produsen dan konsumen. 

Secara lebih spesifik, periklanan juga menentukan hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada gilirannya juga menentukan harga barang yang dijual di pasar.Kaidah etika periklanan tentu saja dimaksudkan untuk membatasi efektifitas periklanan ini. 

Namun, berbagai pihak harus berpartisipasi dalam perumusan aturan etika ini:Pakar etika, konsumen (atau organisasi konsumen), pakar hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat tertentu, tanpa harus merampas independensi pengiklan. 

Penting juga bahwa industri periklanan dan organisasi profesional industri periklanan harus memiliki kewajiban moral yang nyata untuk menciptakan periklanan yang baik bagi masyarakat. Meski belum cukup, diperlukan instrumen hukum politik berupa peraturan perundang-undangan periklanan serta sikap pemerintah yang tegas dan tidak kenal kompromi dari departemen terkait untuk mendukung dan menjamin periklanan periklanan yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun