Mohon tunggu...
mutiara aulianto
mutiara aulianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa uin jakarta pbsi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Rakyat Sawerigading dan We Tanriabeng yang Sedang Maraknya di Masyarakat

19 Oktober 2022   19:47 Diperbarui: 19 Oktober 2022   19:50 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 28 September 2022, tepatnya hari rabu pukul 15.00. Kelas 3B PBSI melakukan apresiasi sastra drama dengan menonton pertunjukkan teater patri yang berjudul "Lidah" di Universitas Pamulang Viktor. Kami menonton bersama ibu dosen kami bernama Ibu Indah Fadhilla. Kami berangkat dari Universitas Islam Negeri Jakarta pukul 12.00 dengan berangkat bersama-sama menggunakan motor. Kami tiba di UNPAM pukul 13.00 karena jarak tempuh dari kampus UIN jakarta ke UNPAM lumayan dekat. 

Teater Patri ini biasa digunakan sebagai tempat magang khusus mahasiswa PBSI semester 5 karena ini adalah mata kuliah wajib yaitu kajian drama I, kemudian saat semester 6, mereka melakukan PESTARAMA (pekan apresiasi sastra dan drama) yaitu mata kuliah wajib di prodi PBSI yaitu kajian drama II. 

Naskah 'Lidah' terinspirasi dari naskah I LA GALIGO, karya sastra dari Luna Vidya, Sulawesi Selatan. Tokoh Sawerigading terinspirasi dari naskah I la galigo, Luna Vidya, penulis monolog 'Lidah' mengadopsi sisi semangat dan juga tingkah laku Sawerigading. 

Pada naskah tersebut, Sawerigading jatuh cinta dan berniat untuk memperistri We Tanriabeng yang merupakan saudari satu rahimnya, tetapi hukum tidak boleh menyunting saudara nya. Gusar dan kesedihan hati Sawerigading menyebabkan ia memutuskan meninggalkan tanah kelahiran nya dan bersumpah tidak akan kembali selamanya. Ia pergi berlayar, mengembara berkeliling di kepulauan Bahari sampai ke negeri Tiongkok. 

Pementasan ini mudah diangkat karena mengangkat isu politik yang relate dengan kasus-kasus yang belakangan terjadi di indonesia yang melibatkan para pemangku kekuasaan. Adapun untuk alur cerita nya bagus dan menarik,mereka menggunakan alur maju dan mundur, untuk tokoh dan penokohan nya sawerigading itu egois, tamak, ingin menikahi saudari kembarnya. 

Amanat dari drama ini adalah kita tidak boleh menikahi sesama saudari kandung dan tidak boleh egois karena itu sudah termasuk kedalam hukum alam dan tidak bisa di rubah nya lagi. dan adapun nilai-nilai yang terkandung dari cerita ini yaitu nilai religius, nilai toleransi, nilai cinta tanah air, nilai kejujuran, nilai rasa ingin tahu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun