Mohon tunggu...
MUTIARA ANGGRAENI TABEO
MUTIARA ANGGRAENI TABEO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Memindahkan imaji dan opini yang menumpuk di dalam kepala, ke kepala lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Optimalisasi Partisipasi Masyarakat dalam Proses Diplomasi: Studi kasus dan Analisis Empiris Pengambilan Keputusan dalam Negosiasi Resolusi Konflik

4 April 2024   22:37 Diperbarui: 4 April 2024   23:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Mutiara Anggraeni Tabeo

Konflik bersenjata dan ketegangan geopolitik telah menjadi fenomena yang menonjol dalam lanskap hubungan internasional kontemporer. Dalam upaya menyelesaikan konflik dan mencapai resolusi yang berkelanjutan, diplomasi telah menjadi alat penting. Namun, proses diplomasi tradisional yang didominasi oleh aktor negara sering kali mengabaikan perspektif dan kepentingan masyarakat sipil. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran dan kontribusi masyarakat sipil dalam proses diplomasi, dengan fokus pada kali ini saya mengambil studi kasus pengambilan keputusan dalam negosiasi resolusi konflik di Suriah dan Ukraina.

Studi kasus 1: Konflik suriah

Konflik bersenjata di Suriah, yang telah berlangsung sejak 2011, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah dan perpecahan geopolitik yang mendalam. Upaya diplomasi telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara regional, untuk mencapai resolusi konflik. Namun, keterlibatan masyarakat sipil dalam proses ini telah terbatas dan tidak konsisten.

Temuan penelitian saya menunjukkan bahwa masyarakat sipil Suriah telah berupaya untuk memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang berkonflik, menyuarakan keprihatinan masyarakat, dan mempromosikan solusi yang lebih inklusif. Organisasi masyarakat sipil seperti Syrian Civil Society Platform dan Women's Advisory Board telah aktif dalam upaya resolusi konflik. Namun, upaya-upaya ini sering kali terhambat oleh masalah legitimasi, representasi, dan keterbatasan sumber daya.

Studi Kasus 2: Konflik Ukraina

Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina, yang dipicu oleh invasi Rusia pada Februari 2022, telah menjadi salah satu krisis geopolitik terbesar di Eropa dalam beberapa dekade terakhir. Upaya diplomasi yang intensif telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dan NATO, untuk mencapai gencatan senjata dan resolusi konflik.

Penelitian saya menunjukkan bahwa masyarakat sipil Ukraina telah memainkan peran penting dalam memberikan informasi dan perspektif dari garis depan konflik, membangun kepercayaan antara pihak-pihak yang berkonflik, dan mempromosikan solusi yang lebih berkelanjutan. Organisasi seperti Ukrainian Crisis Media Center dan National Youth Council of Ukraine telah aktif dalam upaya resolusi konflik. Namun, tantangan seperti keamanan, akses, dan keterbatasan sumber daya masih menjadi hambatan dalam optimalisasi partisipasi masyarakat sipil.

Temuan dari kedua studi kasus ini menegaskan signifikansi partisipasi masyarakat sipil dalam proses diplomasi dan negosiasi resolusi konflik. Masyarakat sipil dapat memberikan kontribusi penting dalam memfasilitasi dialog, membangun kepercayaan, dan mempromosikan solusi yang inklusif dan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat sipil dapat memperkaya perspektif dalam negosiasi, memberikan masukan dari akar rumput, dan memastikan bahwa kepentingan masyarakat lokal dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan signifikan yang harus diatasi untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat sipil dalam diplomasi. Masalah legitimasi dan representasi sering muncul, di mana pihak-pihak yang berkonflik atau mediator internasional mempertanyakan sejauh mana masyarakat sipil dapat mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, tantangan keamanan, akses, dan kapasitas sumber daya juga menjadi hambatan dalam keterlibatan masyarakat sipil, terutama dalam situasi konflik yang kompleks dan berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun