Mohon tunggu...
MUTIARA ANGGRAENI TABEO
MUTIARA ANGGRAENI TABEO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Memindahkan imaji dan opini yang menumpuk di dalam kepala, ke kepala lainnya

Selanjutnya

Tutup

Film

Hal yang Membuat Penonton Kecewa pada Film "Artemis Fowl"

14 Januari 2024   21:11 Diperbarui: 14 Januari 2024   21:13 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Mutiara Anggraeni Tabeo

Film adaptasi dari novel fantasi petualangan karya Eoin Colfer, Artemis Fowl, baru saja tayang di layar lebar pada tahun 2020 lalu. Disutradarai oleh Kenneth Branagh, film ini diharapkan mampu menghadirkan keseruan petualangan fantasi bawah tanah ala novelnya. Sayangnya harapan tinggi penggemar novel tidak juga terwujud saat menyaksikan film ini.

Bercerita tentang petualangan Artemis Fowl (diperankan Ferdia Shaw), seorang jenius remaja yang berhasil menembus rahasia peri bawah tanah. Dengan bantuan bodyguard setianya, Butler (diperankan Nonso Anozie), Artemis berupaya menyelamatkan ayahnya yang diculik dengan mencuri salah satu peri paling berbahaya, Captain Holly Short (diperankan Lara McDonnell).

Sayangnya, meski dibintangi aktor cukup baik, film Artemis Fowl ini gagal membangun kesinambungan alur yang baik. Banyak detail dunia peri yang ditampilkan justru membuat plot cerita menjadi berantakan dan sulit dicerna. Karakter Artemis sebagai jenius muda juga kurang dieksplorasi dengan baik, sehingga petualangannya menjadi kurang menarik. film Artemis Fowl ini gagal membangun kesinambungan alur yang baik. Banyak detail dunia peri yang ditampilkan dalam film justru membuat plot cerita menjadi berantakan dan sulit untuk dicerna penonton.

Misalnya, banyak istilah dunia peri seperti "The Book of the People", "Aculos", dan lainnya yang dijelaskan dengan terburu-buru tanpa penjelasan memadai. Akibatnya, penonton bisa kebingungan dengan detail-detail ini. Selain itu, banyak subplot dan tokoh peri yang dimasukkan sehingga jalan cerita utama menjadi tidak fokus.

Karakter Artemis sebagai jenius muda brilian  kurang dieksplorasi dengan baik. Di novel, kepiawaiannya dalam berbagai bidang ilmu ditekankan, tapi di film ini, kejeniusannya tidak begitu ditonjolkan. Akibatnya, saat Artemis melakukan aksinya memecahkan kode dan mencuri peri, terasa tidak masuk akal dan mustahil, karena kemampuannya tidak diperlihatkan secara memadai sebelumnya.

Dengan alur cerita yang berantakan dan karakter utama yang kurang dieksplorasi, wajar jika petualangan fantasi Artemis Fowl di film ini terasa kurang menarik dan sulit untuk dinikmati. Padahal di novel, kisah petualangannya sangat seru dan brilian. Sayang sekali potensi cerita hebat ini tidak dimaksimalkan dengan baik dalam filmnya.

Beralih ke Dunia fantasi bawah tanah tempat tinggal para peri yang ditampilkan dalam film Artemis Fowl ini memang tidak seindah dan sememesona seperti deskripsi di novelnya. Di novel, dunia peri digambarkan sangat detail dan fantastis dengan berbagai ras peri, teknologi canggih, dan nuansa magis yang kental. Sayangnya di film, dunia peri terkesan sangat sederhana dan tanpa elemen magis yang kuat. Misalnya, kota bawah tanah Haven tempat para peri tinggal terlihat sangat umum layaknya kota manusia biasa, tidak ada keajaiban dan daya tarik fantasi yang istimewa. Ras peri yang beraneka ragam juga tidak dieksplorasi dengan baik, semua peri terlihat sangat mirip satu sama lain. Teknologi peri seperti camfoil juga dicitrakan secara sederhana, tidak ada sensasi fantasi dari teknologi peri yang futuristik seperti di novel.

Klimaks film yang seharusnya menjadi puncak petualangan Artemis di dunia peri juga terkesan sangat dipaksakan dan flat. Konfrontasi final Artemis melawan peri jahat Opal Koboi berlangsung singkat dan tanpa ketegangan yang mendalam. Semuanya terjadi terlalu cepat sehingga rasanya kurang puas dan menggantung. Secara keseluruhan, dunia peri yang merupakan daya tarik utama novel, sayangnya tidak dapat dihadirkan dengan baik dalam film ini. Akibatnya dunia fantasi yang seharusnya memesona, justru terkesan biasa dan kurang menarik. Padahal elemen fantasi inilah yang dinantikan penggemar novelnya.

Chemistry antar karakter utama di film Artemis Fowl memang kurang mendalam sehingga hubungan mereka kurang bisa dirasakan penonton. Misalnya chemistry antara Artemis dan Captain Holly Short seharusnya merupakan inti dari film ini. Di novel, keduanya digambarkan sebagai karakter yang saling melengkapi satu sama lain. Artemis yang jenius dan Holly yang tangguh dan berpendirian keras. Interaksi mereka yang unik menciptakan chemistry yang menarik. Sayang chemistry ini tidak dieksplorasi dengan baik dalam film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun