Mohon tunggu...
Mutiara Aini Milia fajrin
Mutiara Aini Milia fajrin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Kehendak-Nya

31 Maret 2021   22:28 Diperbarui: 31 Maret 2021   22:41 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari pun berlalu, minggu demi minggu, bulan demi bulan. Aku berbaring diatas ranjangku. Menatap kosong langit-langit kamar. Hampa. Aku lelah dengan semua paksaan ini. Seketika air mataku menetes, semakin lama mengalir semakin deras. Dadaku terasa sangat sesak, sakit sekali rasanya. Tubuhku bergetar karena takut. Yang terlintas di kepalaku adalah dosa-dosaku. 

Rasa penyesalan mengelilingi jiwa ini. Rasa takut, haru dan syukur menjadi satu. Aku tumpahkan semua yang membuatku sesak. Kemudian ketenangan datang. Yaa Allah, apakah ini? Aneh sekali. Inikah hidayah? Yang selama ini Engkau beri kepadaku dan aku tidak menyadarinya? Inikah jalan lurus-Mu yang diberikan kepada orang-orang yang Engkau pilih? Dan ternyata Engkau memilihku. Bukankah pakaian seperti ini sangat nyaman? Bukankah lingkungan ini sangat indah? Aku tersenyum sambil menyeka air mataku. Aku menyadarinya.

***

Cuaca hari ini sangat cerah, matahari menyorotkan cahayanya ke mesjid kuning besar itu. Aku yang duduk di balkon kamarku, melihat langsung ke kubahnya. Aku mahasiswi STIBA Ar-Raayah sekarang. Lagi-lagi, ini kehendak-Nya. Belajar Bahasa Arab, menghafal al-Qur'an, belajar ilmu-ilmu syar'i bahkan semua ini tidak pernah menjadi tujuanku sebelumnya. Memikirkannya pun tidak pernah. Lucu sekali rasanya mengingat seorang remaja yang dulu pernah menentang keras dan mengurung diri di kamar mandi karena ayahnya mendaftarkannya ke sebuah pesantren, tiba-tiba ingin masuk pesantren setelah menempuh 2 semester di universitas negeri.

Takdir Allah begitu indah meskipun harus ditempuh dengan cara yang menyakitkan. Ada banyak cara untuk Allah mengetuk pintu hati hamba-Nya. Pertanyaannya, apakah kita sadar akan hal itu?

Di dunia akan selalu ada warna-warni kehidupan. Entah manis ataupun pahit, keduanya memiliki kebaikan. Kembali pada diri yang mampu untuk sadar bahwa kita adalah seorang hamba Allah. Ketika kita sadar bahwa kita hamba-Nya seharusnya tak ada lagi kegelisahan dalam hidup. Ketika kita sadar bahwa kita hamba-Nya, maka yang kita lakukan adalah cukup dengan taat atas kehendak Allah. Allah yang menciptakan, dan kita yang diciptakan seharusnya mematuhi aturan-Nya, bukan memilih kehendak nafsu diri dan masuk pada lubang kesesatan. Abaikan semua bisik keburukan pada hatimu, karena itu hanya penggoda iman yang perlu kau jauhi.

***

Hiduplah mengalir seperti tetesan air titrasi, walaupun hanya menetes sedikit demi sedikit, tapi mampu berproses dan berprogres menetralkan pH pahit dalam hidupmu, mengubah warna gelap jalan hidupmu, dan akan bersama melangkah pada tujuan taat pada Rabb mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun