Selain metafora, saya juga belajar banyak tentang simile, yaitu perbandingan langsung yang menggunakan kata "seperti" atau "bagai".
Dalam analisis, saya menemukan bahwa simile sering digunakan untuk memperjelas atau memberi gambaran yang lebih hidup tentang sesuatu.
Sebagai contoh, dalam menggambarkan seorang tokoh yang sedang marah, penulis mungkin menggunakan simile seperti "matanya berapi-api seperti bara yang membara", yang dengan jelas menggambarkan intensitas emosi tokoh tersebut.
Hal ini membuat saya lebih peka terhadap aspek estetika bahasa yang sebelumnya tidak saya sadari.
Secara keseluruhan, pengalaman belajar stilistika memberi saya banyak wawasan baru tentang bagaimana bahasa dapat digunakan untuk menciptakan efek yang kuat dan mempengaruhi pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H